Amonia Hubungan antara Sifat-sifat Kimia Air dengan Ekosistem Mangrove.

partikel yang berukuran kecil, dimana pergerakan air yang sangat lambat hanya dapat mengangkut sedimen yang berukuran kecil atau halus. Sama halnya dengan partikel yang terendap dengan cara tersuspensi merupakan fungsi dari ukuran partikel dan kecepatan air pada saat partikel-partikel tersebut tersuspensi. Pasir lebih dahulu terendap sedangkan debu ditransportasaikan lebih jauh sebelum terendap dan debu yang sangat halus akan tersuspensi sampai dengan jangka waktu tertentu sebelum diendapkan. Triatmodjo 1999 menginformasikan bahwa substratsedimen yang berada di daerah pantai perairan pantai, muara sungai, estuari, teluk adalah sedimen kohesif dengan diameter butiran sangat kecil, yaitu dalam beberapa mikron. Sifat-sifat sedimen lebih tergantung pada gaya-gaya permukaan gaya tarik dan gaya tolak daripada gaya berat. Lebih lanjut diinformasikan bahwa pantai berlumpur terjadi di daerah pantai dimana terdapat banyak muara sungai yang membawa sedimen suspensi dalam jumlah besar ke laut. Selain itu kondisi gelombang di pantai tersebut relatif tenang sehingga tidak mampu membawa sedimen ke perairan laut lepas. Sedimen yang tersuspensi dapat menyebar pada suatu daerah pantai yang luas sehingga membentuk pantai yang luas, datar dan dangkal.

5.9. Hubungan antara Sifat-sifat Kimia Air dengan Ekosistem Mangrove.

Anilisis dilakukan terhadap 5 sifat kimia air. Sifat-sifat air tersebut meliputi Amonia, fosfat, DHL, BOD dan COD. Hasil pengukuran parameter kimia air, disajikan pada Lampiran 15.

5.9.1. Amonia

Gambar 22 menunjukkan grafik nilai rata-rata amonia pada masing- masing stasiun dan posisi penelitian. Hasil analisis sidik ragam Lampiran 16 menunjukkan bahwa stasiun penelitian dan interaksi antara stasiun penelitian dan posisi berbeda sangat nyata dalam hal nilai amonia. Sedangkan posisi berbeda nyata dalam hal nilai amonia. Gambar 22. Nilai rata-rata amonia pada masing-masing stasiun dan posisi penelitian. Nilai rata-rata amonia tertinggi terdapat pada stasiun II posisi C sebesar 1,36 mgl dan terendah pada stasiun I posisi D sebesar 0,31 mgl . Hasil uji lanjut hubungan stasiun penelitian dan posisi mangrove terhadap nilai amonia disajikan pada Tabel 26. Tabel 26. Uji beda rata-rata Amonia Stasiun Posisi A Depan B Tengah C Belakang D Transisi I Nurussalam 1.06 bc 0.97 cd 0.87 d 0.31 a II Darul Aman 1.26 ab 0.97 cd 1.36 a 1.26 ab III Idi Rayeuk 1.06 b 0.87 d 0.97 cd 1.06 bc BNJ 5 0.10 Keterangan : angka rata-rata yang diikuti oleh huruf yang sama berarti tidak berbeda nyata pada taraf uji BNJ 5. Tabel 26 menunjukkan bahwa stasiun II posisi C mempunyai rata-rata amonia paling tinggi namun tidak berbeda nyata dengan stasiun I posisi D, stasiun II posisi A dan D. Sedangkan stasiun II posisi C berbeda nyata dengan stasiun I posisi A, B, dan C, stasiun II posisi B dan stasiun III posisi A, B, C dan D. Amonia merupakan bahan toksik bagi organisme perairan dan umumnya ditemukan dalam jumlah sedikit dalam perairan yang tidak tercemar. Pencemaran oleh limbah domestik, pertanian dan industri dapat meningkatkan kandungan amonia Kusmana, et al., 2005. Secara alami, amonia terdapat dalam konsentrasi kecil, dimana amonia dapat terbentuk dari proses deaminasi senyawa organik yang mengandung nitrogen, dan dari hidrolisis urea. Menurut Patrick 1960, dan Boto and 0.5 1 1.5 IA IB IC ID IIA IIB IIC IID IIIA IIIB IIIC IIID Stasiun dan Posisi A m on ia m g l Wellington 1984, kandungan amonia dalam suatu perairan sebaiknya tidak melampaui 1,5 mgL. Melihat hasil rata-rata nilai NH 4 + yang diperoleh, maka nilai tersebut masih berada dibawah ambang batas.

5.9.2. Fosfat