Sejarah Pemerintahan Visi Misi Slogan Surakarta

commit to user 92 Sala segera berubah menjadi Surakarta Hadiningrat. Melihat perjalanan sejarah tersebut, nampak jelas bahwa perkembangan dan dinamika Surakarta Solo pada masa dahulu sangat dipengaruhi selain oleh Pusat Pemerintahan dan Budaya Keraton Kasunanan dan Mangkunegaran, juga oleh kolonialisme Belanda Benteng Varstenberg. Sedangkan pertumbuhan dan persebaran ekonomi melalui Pasar Gedhe Hardjonagoro. 149 Solo tidak lebih dari sebuah desa terpencil yang tenang, 10 km di sebelah timur Kartasura, ibukota kerajaan Mataram. Pakubuwana II yang menjadi Raja Mataram mendukung Cina melawan Belanda, kemudian Pakubuwono II mencari tempat yang lebih menguntungkan untuk membangun kembali kerajaannya, dan di tahun 1745 Kerajaan dibongkar dan diarak menuju Kota Surakarta yang terletak di tepi Kali Sungai Bengawan Solo. 18 Februari 1745 dianggap sebagai hari kelahiran kota yang resmi.

3. Sejarah Pemerintahan

Tanggal 16 Juni merupakan hari jadi Pemerintah Kota Surakarta. Secara de facto tanggal 16 Juni 1946 terbentuk Pemerintah Daerah Kota Surakarta yang berhak mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri, sekaligus menghapus kekuasaan Kerajaan Kasunanan dan Mangkunegaran. Secara yuridis Kota Surakarta terbentuk berdasarkan Penetapan Pemerintah tahun 1946 Nomor 16SD, yang diumumkan pada 149 Ibid. hlm. 26 commit to user 93 tanggal 15 Juli. Dengan berbagai pertimbangan faktor-faktor historis sebelumnya, tanggal 16 Juni 1946 ditetapkan sebagai hari jadi Pemerintah Kota Surakarta. 150

4. Visi Misi

Visi dan Misi Kota Surakarta berdasarkan Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 10 Tahun 2001, tanggal 13 Desember 2001 adalah : Visi : Terwujudnya Kota Sala sebagai Kota Budaya yang bertumpu pada potensi Perdagangan, Jasa , Pendidikan, Pariwisata dan Olah Raga. Misi: a. Revitalisasi kemitraan dan partisipasi seluruh komponen masyarakat dalam semua bidang pembangunan, serta perekatan kehidupan bermasyarakat dengan komitmen cinta kota yang berlandaskan pada nilai-nilai “Sala Kota Budaya”. b. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang memiliki kemampuan dalam pengusahaan dan pendayagunaan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni, guna mewujudkan inovasi dan integrasi masyarakat madani yang berlandaskan ke-Tuhanan Yang Maha Esa. c. Mengembangkan seluruh kekuatan ekonomi daerah, sebagai pemacu pertumbuhan dan berkembangnya ekonomi rakyat yang berdaya saing tinggi, 150 “Sejarah Pemerintahan” http:www.surakarta.go.ididnewssejarah.pemerintahan.html . 1012201014.00 commit to user 94 serta mendayagunakan potensi pariwisata dan teknologi terapan yang akrap lingkungan. d. Membudayakan peran dan fungsi hukum, pelaksanaan Hak Asasi Manusia dan demokratisasi bagi seluruh elemen masyarakat, utamanya para penyelenggara pemerintahan. 151

5. Slogan Surakarta

Surakarta memiliki semboyan Berseri yang merupakan singkatan dari Bersih, Sehat, Rapi, dan Indah, sebagai slogan pemeliharaan keindahan kota. Sedangkan slogan pariwisata adalah “Solo, The Spirit of Java” Jiwanya Jawa, sebagai upaya pencitraan kota Solo sebagai pusat kebudayaan Jawa.

B. Imigran Jepang

Jepang mulai memasuki Indonesia ketika tahun 1942 untuk menjajah Indonesia. Bisa dikatakan itulah kontak pertama antara warga Jepang dengan penduduk pribumi Indonesia. Pada Mei 1940, awal Perang Dunia II, Belanda diduduki oleh Nazi Jerman. Hindia-Belanda mengumumkan keadaan siaga dan di Juli mengalihkan ekspor untuk Jepang ke AS dan Britania. Negosiasi dengan Jepang yang bertujuan untuk mengamankan persediaan bahan bakar pesawat gagal di Juni 1941, dan Jepang memulai penaklukan Asia Tenggara di bulan Desember tahun itu. Di bulan yang sama, faksi dari Sumatra 151 “Visi Misi Kota Surakarta”http:surakarta.go.idnewsvisi.misi.kota.surakarta.html. 1012201014.00 commit to user 95 menerima bantuan Jepang untuk mengadakan revolusi terhadap pemerintahan Belanda. Pasukan Belanda yang terakhir dikalahkan Jepang pada Maret 1942. Pada Juli 1942, Soekarno menerima tawaran Jepang untuk mengadakan kampanye publik dan membentuk pemerintahan yang juga dapat memberikan jawaban terhadap kebutuhan militer Jepang. Soekarno, Mohammad Hatta, dan para Kyai didekorasi oleh Kaisar Jepang pada tahun1943. Tetapi, pengalaman dari penguasaan Jepang di Indonesia sangat bervariasi, tergantung di mana seseorang hidup dan status sosial orang tersebut. Bagi yang tinggal di daerah yang dianggap penting dalam peperangan, mereka mengalami siksaan, terlibat perbudakan seks, penahanan sembarang dan hukuman mati, dan kejahatan perang lainnya. Orang Belanda dan campuran Indonesia-Belanda merupakan target sasaran dalam penguasaan Jepang. Masa penjajahan Jepang di Indonesia dimulai pada tahun 1942 dan berakhir pada tanggal 17 Agustus 1945 seiring dengan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia oleh Soekarno dan M. Hatta atas nama bangsa Indonesia. 152 Asal muasal orang Jepang sebenarnya belum begitu jelas. Namun, dari fakta bahwa sebagian besar bayi orang Jepang lahir dengan tanda biru yang dikenal dengan titik Mongolian di dasar tulang punggung, pada umumnya disetujui bahwa orang- orang Jepang adalah Ras Asia Mongoloid. 153 152 “Sejarah Pendudukan Jepang” http:history1978.files.wordpress.com200808sejarah‐ pendudukan ‐jepang.pdf1001201117.00 153 Nippon Steel Human Resources Development, Nippon: The Land And Its People Japan: Gakuseisha, 1993 hlm. 45 commit to user 96 Dari seluruh budaya Asia, Jepang merupakan Negara yang minim menggunakan komunikasi verbal. Bahasa Jepang memiliki kontekstual yang sangat tinggi dan seringkali bersifat ambigu. Hal itu disebabkan karena kata kerja selalu diucapkan pada akhir kalimat dan membuat komunikan tidak akan memahami maksud pesan yang hendak disampaikan hingga kalimat selesai diucapkan. 154 Dalam bahasa Jepang, sejumlah kata memiliki bentuk yang berbeda-beda sesuai dengan situasi yang berlangsung. Sebagai contoh, terdapat banyak cara untuk menyebut “kamu”: omae, kimi, anata, kisama, anata-sama. Sebagai tambahan, di Jepang, kata-kata yang digunakan wanita dan pria berbeda. Kata-kata tertentu hanya bisa digunakan antara suami dan istri untuk mengekspresikan hubungan mereka. Seorang pria akan menggunakan kata omae dalam dua kondisi: saat memanggil orang lain dengan kasar dan saat memanggil istrinya. Dengan kata lain, hanya ada satu pria yang bisa memanggil seorang wanita dengan sebutan omae, yaitu jika pria tersebut adalah suaminya. 155 Orang Jepang memiliki karakteristik yang bisa dikatakan unik. Salah satunya adalah untuk menumbuhkan kepercayaan kepada orang Jepang perlu waktu dan tidak mudah. Pada awal perkenalan dengan orang Jepang, terdapat kesan mereka sangat hati-hati. Akan tetapi, kesan bahwa orang Jepang menghormati orang lain terlihat 154 Larry A. Samovar. 1998. Op. Cit. hlm. 127 155 Ibid. hlm. 128 commit to user 97 jelas. Dalam mengekspresikan persahabatan ada kesamaan budaya antara orang Jepang dengan orang Indonesia, yaitu budaya memberikan oleh-oleh atau omiyage. 156 Orang Jepang juga termasuk pekerja yang ulet dan pekerja keras serta memiliki disiplin yang tinggi terhadap apa yang mereka tekuni. Selain dalam bidang pekerjaan, orang Jepang juga memiliki disiplin waktu yang sangat tinggi. 157 Tidak hanya dalam keadaan senang atau gembira orang Jepang tersenyum, dalam keadaan yang memilukan hati pun orang Jepang bisa tersenyum. Sedemikian penting arti senyum orang Jepang sampai-sampai ada buku yang berjudul The Japanese Smile yang ditulis oleh Lafcadio Hearn, seorang sastrawan asal Inggris yang tinggal di Jepang dan menjadi warganegara Jepang sejak 1890 sampai 1904. Seperti juga sikap membungkuk atau bersimpuh memberi hormat, tersenyum juga merupakan sikap untuk menyenangkan dan sekaligus menghormati orang yang diajak bicara atau dihadapi. Sikap demikian adalah wajib bila orang Jepang menghadapi orang tua, atasan, teman, dll., terutama orang yang harus dihormati. Namun orang yang bukan orang Jepang dan belum mengenal budaya Jepang pasti akan terkejut menyaksikan senyum Jepang di tengah duka atau keadaan berat. Hal tersebut pasti mengundang tanda-tanya bahkan salah persepsi. Sebenarnya sikap tersenyum, terutama di kalangan wanita, merupakan salah satu sikap kendali diri yang sudah berakar dalam kebudayaan Jepang. Perlu diketahui bahwa orang Jepang terbiasa untuk tidak mengungkapkan perasaannya atau emosinya 156 Japan Foundation, Image Jepang: Jepang Di Mata Orang Indonesia Jakarta: The Japan Foundation, 2005 hlm. 88‐89 157 Ibid. hlm. 93 commit to user 98 secara ekspresifjelas. Kalau gembira tidak perlu berteriak atau tertawa lepas meluapkan kegembiraan, dan dalam kesedihan tidak perlu menangis meraung-raung. Pokoknya harus bisa mengendalikan perasaan atau emosi, menekan emosi yang menggebu-gebu, terutama bagi wanita. Emosi baru boleh lepas bebas waktu berlangsung festival, misalnya ketika kelompok-kelompok ramai-ramai menggotong omikoshi kuil kecil, mereka berteriak-teriak dengan gembira. Namun, berbagai ciri yang disebutkan di atas tidak mutlak selalu demikian karena sudah banyak terjadi perubahan di kalangan generasi muda Jepang yang bersikap lebih individualis dan ekspresif seperti budaya Barat. 158 Masyarakat Jepang merupakan masyarakat yang bersifat vertikal, artinya berdasarkan hubungan atas-bawah, sekaligus bersifat patriakal. Sistem ini tidaklah terkait dengan kelas-kelas dalam masyarakat, melainkan lebih pada penekanan terhadap kesenioran. Hubungan kesenioran bisa diartikan sebagai hubungan antara atasan-bawahan, antara siswa kelas yang lebih atas dan siswa kelas yang bawah di sekolah, atau bisa juga hubungan antara orangtua-anak. Sistem vertikal dan patriakal ini pada dasarnya masih tetap berakar dalam masyarakat Jepang karena Jepang belum sampai satu setengah abad terlepas dari sistem feudal masa lampaunya. Dapat dikatakan bahwa dalam kenyataan kehidupan Jepang, kesadaran tentang kesenioran ini sangat berperan dalam masyarakat Jepang, terutama dalam menjaga 158 “ Serba‐serbi Karakter Jepang: Kesadaran Kelompok, Kerja Keras, Bushido dan Senyum Jepang” http:www.id.emb ‐japan.go.jpaj305_01.html.3012200915.16 commit to user 99 berlangsungnya tatanan sosial secara baik. Untuk itu, ada aturan-aturan moral yang menjaga kelancaran dan kelanggengan hubungan demikian. Mereka yang secara sosial lebih tinggi kedudukannya merasa terpanggil atau bahkan berkewajiban untuk melindungi atau mengurus orang-orang yang berkedudukan di bawahnya, baik untuk urusan sosial maupun pribadi. Di lain pihak, orang-orang yang kedudukannya lebih rendah merasa patut membalas kebaikan tersebut dengan menyatakan hormat, kesetiaan. Perasaan demikian disebut on rasa utang budi. Orang-orang yang tidak mempedulikan on kurang disukai dalam masyarakat karena dianggap kurang bermoral. Kemudian ada pula istilah giri yang dapat dapat diterjemahkan kira-kira sebagai kewajiban moral dari orang-orang yang merasa menanggung on terhadap orang-orang tertentu. Contoh nyata dari ungkapan rasa on yang diwujudkan dalam pemberian yang bersifat giri kewajiban secara moral adalah antara lain pemberian hadiah akhir tahun atau tengah tahun dari orangtua murid kepada guru. 159 Di dunia bisnis, orang Jepang terkenal dengan pribadi yang tidak mudah menyerah, tidak takut pada cobaan dan kesusahan, menjaga harga diri dan kehormatan bangsa serta melakukan pekerjaan dengan sungguh-sungguh. 160 Selain itu orang Jepang juga terkenal sanggup berkorban dengan bekerja lembur tanpa mengharapkan bayaran. Serta orang jepang sangat mengaitkan disiplin 159 “Serba‐serbi Karakter Jepang: Masyarakat yang Vertikal‐Patriakal, Senpai‐Kohai” http:www.id.emb ‐japan.go.jpaj306_01.html. 3012200915.16 160 Ann Wang Seng, Rahasia Bisnis Orang Jepang: Langkah Raksasa Sang Nippon Menguasai Dunia. Bandung: Hikmah, 2007 hlm. 10 commit to user 100 dengan harga diri. Jika mengalami kegagalan, bukan organisasi dan perusahaan yang menanggung malu, melainkan para pekerja yang akan merasa malu dan kehilangan harga diri. 161

C. Profil Responden

Menurut data dari Kantor Dinas Imigrasi Surakarta, tercatat 15 warga Jepang yang tinggal di Solo dengan berbagai keperluan. Ada yang tinggal di Solo untuk keperluan pendidikan, pekerjaan maupun menjadi ibu rumah tangga biasa. Namun dalam penelitian di lapangan, peneliti hanya mampu menemukan 11 warga Jepang saja. Hal tersebut dikarenakan ada beberapa orang yang keberadaanya sulit untuk ditemukan tanpa rekomendasi dari warga Jepang lain dan ada beberapa orang yang menolak untuk diwawancarai. Kesebelas warga Jepang tersebut adalah, Hiromi Kano, Kaoru Serizawa, Yumiko Takenouchi, Naomi Kawasaki, Keisuke Isobe, Mika Masui, Mami Yamamura, Hitomi Matsuda, Akira Kawakami, Miki Orita, dan Naoko Ujiie. Sebagian besar tinggal di Solo untuk keperluan pendidikan, yaitu sejumlah tujuh orang. Tiga orang tercatat sebagai mahasiswa Universitas Sebelas Maret UNS Surakarta yaitu, Naomi Kawasaki, Keisuke Isobe, dan Mika Masui. Keisuke Isobe yang datang ke Solo sejak Februari 2010 lalu dan Mika Masui yang baru datang ke Solo mulai Agustus 2010 terdaftar sebagai mahasiswa Fakultas Sastra dan Seni Rupa FSSR, Jurusan Sastra Indonesia Strata 1. Sedangkan, Naomi Kawasaki yang mulai tinggal di Solo sejak 2009 lalu tercatat sebagai mahasiswa S2 di FSSR UNS. 161 Ibid. hlm. 69 commit to user 101 Empat orang tercatat sebagai mahasiswa di Institut Seni Indonesia ISI Surakarta yaitu, Kaoru Serizawa mengambil jurusan etnomusikologi yang sudah tinggal di Solo sejak tahun 1995, Mami Yamamura mengambil jurusan tari yang mulai tinggal di Solo sejak tahun 2009, Hitomi Matsuda mengambil jurusan karawitan yang tinggal di Solo mulai tahun 2009, dan Miki Orita yang juga mengambil jurusan karawitan yang mulai tinggal di Solo sejak tahun 1997. Lalu, tiga orang lagi tinggal di Solo untuk urusan pekerjaan. Akira Kawakami sebagai seorang General Manager di PT. Bengawan Solo Garment Indonesia. Dia sudah tinggal di Solo untuk waktu tiga tahun. Hiromi Kano berprofesi sebagai seorang sinden dan menikah dengan seniman Jawa yang telah menetap lebih dari 13 tahun di Solo, dan Yumiko Takenouchi yang bekerja sebagai salah satu instruktur di Yayasan Music Indonesia: Yamaha Music School serta menikah dengan seniman pribumi. Ia tinggal di Solo sejak tahun 1981. Satu orang lagi yaitu Naoko Ujiie berprofesi sebagai Ibu rumah tangga. Dia juga menikah dengan penduduk pribumi, dan mulai menetap di Solo sejak tahun 2008. commit to user 102 BAB III PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA Negara Indonesia merupakan negara yang terdiri dari bermacam-macam suku bangsa. Di mana setiap suku dan budaya terpelihara dengan baik. Negara Indonesia adalah contoh yang ideal untuk negara multikultur. Multikulturalisme adalah sebuah kata yang digunakan untuk menjelaskan situasi di dalam suatu masyarakat di mana kelompok-kelompok yang berbeda didukung untuk menjaga perbedaan etnik mereka, dan untuk berpartisipasi di dalam kehidupan sehari-hari dengan masyarakat yang lebih luas. Hal ini berlawanan dengan perbedaan etnik yang dikurangi dan keberagaman diharmonisasikan seperti “melting pot”, atau di mana perbedaan etnik diijinkan tetapi tidak terlibat dalam kehidupan di masyarakat yang lebih luas segregasi. 162 Sangat pas jika dikatakan Negara Indonesia adalah contoh yang ideal. Karena semua etnik dan budaya yang berkembang di Indonesia mendapatkan tempat masing-masing dan tetap bersatu dalam suatu wadah NKRI. Tidak ada pemaksaan penghapusan terhadap suatu etnik tertentu. Indonesia sendiri tidak hanya berisi etnik-etnik asli dari Indonesia, tetapi juga etnik-etnik pendatang seperti Cina dan Arab. Selain itu masih banyak warga asing yang ada di Indonesia baik untuk kepentingan wisata hingga menetap di Indonesia. 162 David L. Sam dan John W. Berry ed, The Cambridge Handbook of Acculturation Psychology New York: Cambridge University Press, 2006 hlm. 20 commit to user 103 Di Surakarta sendiri terdapat berbagai jenis bangsa yang datang berkunjung. Salah satunya adalah negara Jepang. Tujuan mereka ke Surakarta pun berbeda-beda. Ada yang sekedar berwisata, belajar, bekerja, bahkan berumah tangga. Tentunya begitu memasuki sebuah daerah baru, hal yang tidak dapat dihindari adalah komunikasi.

A. Komunikasi Antarbudaya warga Jepang di Surakarta

Sejak dilahirkan, manusia hidup dalam suatu lingkungan tertentu yang menjadi wadah kehidupannya. Manusia tidak bisa hidup sendiri. Mereka memerlukan bantuan dari orang lain di sekitarnya. Untuk itu ia melakukan komunikasi. Sebagai makhluk sosial, manusia akan selalu berkeinginan untuk berbicara, saling tukar gagasan, mengirim dan menerima informasi, membagi pengalaman, bekerja sama dengan orang lain untuk memenuhi kebutuhan, dan sebagainya. 163 Pentingnya dan pengaruh komunikasi pada manusia secara dramatis digarisbawahi oleh Keating ketika ia menuliskan, “Komunikasi itu sangat kuat: mampu membawa teman ke sisi kita atau menceraiberaikan musuh, meyakinkan atau memperingatkan anak-anak, dan menciptakan mufakat atau garis pertempuran di antara kita.” 164 Dengan kata lain, komunikasi merupakan inti dari hubungan manusia. Baik yang tinggal di sebuah kota di Kanada, di desa di India, di tanah pertanian di Israel, maupun di hutan Amazon di Brazil, semuanya mengerjakan aktivitas yang sama 163 Suranto AW. Op. Cit. hlm. 1 164 Pernyataan C. F. Keating seperti dikutip oleh Samovar, dkk dalam Komunikasi Lintas Budaya: Communication Between Cultures, edisi 7 Jakarta: Salemba Humanika, 2010 hlm. 16 commit to user 104 ketika mereka berusaha untuk berbagi pikiran dan perasaan dengan orang lain. Akibat yang ditimbulkan ketika mengirimkan pesan mungkin berbeda, namun alasan orang untuk berkomunikasi cenderung sama. 165 Begitu juga bagi imigran Jepang yang datang ke Indonesia khususnya yang tinggal di Wilayah Surakarta. Mereka mengamini bahwa komunikasi adalah suatu kebutuhan yang mutlak. Tanpa komunikasi manusia tidak dapat hidup. Karena mereka juga menyadari bahwa sebagai manusia, mereka tidak dapat hidup sendiri. Seperti yang diungkapan oleh imigran yang tinggal di Solo. Yumiko Takenouchi menyebutkan bahwa komunikasi adalah sebuah keharusan. “Karena itu keperluan setiap hari, setiap saat. Tanpa itu, ga bisa hidup. Bukannya tujuan, ya keharusan. Kita semua ya hidup dengan orang lain.” 166 Sedangkan bagi Hiromi Kano, ia melakukan komunikasi untuk hidup nyaman di daerah ia tinggal. “Saya, biar hidup nyaman. Karena salah satunya itu kan, aku kan ga bisa semaunya ya,” 167 Senada dengan Hiromi Kano, Miki Orita pun mengaku melakukan komunikasi untuk hidup enak. “Ya, orang itu ga bisa komunikasi ga bisa hidup. Tujuannya untuk hidup enak. Nyaman dan mungkin saya harus bisa bantu, saya buka hati mereka juga mau bantu.” 168 165 Larry A. Samovar, dkk. 2010. Op. Cit. hlm.16 166 Wawancara dengan Yumiko Takenouchi, responden Yayasan Music Indonesia: Selasa, 30 November 2010, jam 17.00‐18.00 167 Wawancara dengan Hiromi Kanou, responden Tempat tinggal Hiromi Kano: Selasa, 23 November 2010, jam 15.00‐16.00 168 Wawancara dengan Miki Orita, responden D’ Mesem: Selasa, 23 November 2010, jam 17.00‐ 18.00 commit to user 105 Kaoru mengungkapkan bahwa tujuannya berkomunikasi adalah untuk mencapai kehidupan yang harmonis. “Ya untuk mencapai kehidupan yang harmonis. Tetapi menurut saya, itu bukan tujuan ya tapi itu adalah hal yang wajar.” 169 Dalam konteks ini, komunikasi yang mereka lakukan merupakan komunikasi antarbudaya karena melibatkan orang-orang dari latar belakang kebudayaan yang berbeda. Carley H. Dodd menunjukkan bahwa komunikasi antarbudaya mengarah pada pengaruh variabel-variabel dan perbedaan budaya dalam hasil komunikasi interpersonal. Perbedaan dalam gaya komunikasi dan sosial, pendangan terhadap dunia, adat, harapan, aturan, peran, dan mitos menggambarkan sedikit elemen yang menjelaskan bagaimana kebudayaan membentuk proses komunikasi. 170 Selayaknya komunikasi, komunikasi antarbudaya pun melibatkan unsur-unsur komunikasi berupa:

1. Komunikator

Dokumen yang terkait

Analisis Hubungan Kecemasan Dan Ketidakpastian Terhadap Kompetensi Komunikasi Antarbudaya Warga Jepang Di Indonesia

8 87 179

Komunikasi Antarbudaya Dalam Proses Asimilasi Pada Pernikahan Campuran (Studi Kasus Tentang Komunikasi Antarbudaya Dalam Proses Asimilasi Pada Pernikahan Campuran Suku Batak Toba-Tionghoa di kota Medan)

17 176 147

KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES ASIMILASI PERNIKAHAN JAWA DAN MINANGKABAU Komunikasi Antarbudaya Dalam Proses Asimilasi Pernikahan Jawa Dan Minangkabau (Studi Deskriptif Kualitatif Komunikasi Antarbudaya Dalam Proses Pernikahan Jawa dan Minangkabau).

0 3 12

PENDAHULUAN Komunikasi Antarbudaya Dalam Proses Asimilasi Pernikahan Jawa Dan Minangkabau (Studi Deskriptif Kualitatif Komunikasi Antarbudaya Dalam Proses Pernikahan Jawa dan Minangkabau).

0 2 24

KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES ASIMILASI PERNIKAHAN JAWA DAN MINANGKABAU Komunikasi Antarbudaya Dalam Proses Asimilasi Pernikahan Jawa Dan Minangkabau (Studi Deskriptif Kualitatif Komunikasi Antarbudaya Dalam Proses Pernikahan Jawa dan Minangkabau).

0 3 13

PERAN IDENTITAS SUKU JAWA DALAM KOMUNIKASI ANTARBUDAYA Peran Identitas Suku Jawa Dalam Komunikasi Antarbudaya (Studi Deskriptif Kualitatif Alumni Pondok Modern Darussalam Gontor Putri yang ada di Demak).

0 1 14

KOMUNIKASI ANTARBUDAYA MAHASISWA JEPANG DI SURABAYA (Studi Kualitatif Proses Penyesuaian Diri Mahasiswa Jepang).

0 0 10

ADAPTASI ANTARBUDAYA MAHASISWA ASING UNS (Studi Deskriptif Kualitatif tentang Hambatan Komunikasi Antarbudaya Mahasiswa Asing dalam Beradaptasi di Solo Tahun 2015).

0 2 13

KOMUNIKASI ANTARBUDAYA MAHASISWA ASING (Studi Tentang Kecenderungan-kecenderungan Komunikasi Antarbudaya Yang Berkembang Di Kalangan Mahasiswa Asing Di Surakarta).

0 0 16

Proses Komunikasi antarbudaya dalam proses

0 0 5