commit to user 41
Keempat, multikulturalisme sebagai sebuah ideologi dapat dikatakan sebagai gagasan bertukar pengetahuan dan keyakinan yang dilakukan melalui pertukaran
kebudayaan atau perilaku budaya setiap hari.
35
3. Komunikasi Antarbudaya
Komunikasi berhubungan erat dengan kebudayaan. Komunikasi yang terjadi antara orang-orang yang memiliki latar belakang budaya yang berbeda mendasari
adanya komunikasi antarbudaya. Kontribusi latar belakang kebudayaan sangat penting terhadap perilaku
komunikasi seseorang termasuk memahami makna-makna yang dipersepsi terhadap tindakan komunikasi yang bersumber dari kebudayaan yang berbeda.
36
Budaya bertanggung jawab atas seluruh perbendaharaan perilaku komunikatif dan makna yang dimiliki setiap orang. Konsekuensinya adalah perbendaharan budaya
yang satu dengan yang lain juga berbeda dan dapat menimbulkan bermacam-macam kesulitan.
37
a. Pengertian Komunikasi Antarbudaya
35
Ibid.
36
Alo Liliweri, Gatra‐Gatra Komunikasi Antarbudaya Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2001 hlm. 1
37
Deddy Mulyana dan Jalaluddin Rakhmat ed, Komunikasi Antarbudaya: Panduan Berkomunikasi dengan
orang‐orang berbeda budaya Bandung, Remaja Rosdakarya, 2001 hlm. 21
commit to user 42
Fred E. Jandt menuliskan definisi komunikasi antarbudaya sebagai interaksi tatap muka di antara orang-orang dengan latar belakang budaya yang berbeda
intercultural communication generally refers to face-to-face interaction among people of diverse cultures.
Collier dan Thomas 1988 mendefinisikan komunikasi antarbudaya as communication between people ‘who identify themselves as distinct from’ others in a
cultural sense. Komunikasi antarbudaya adalah komunikasi antara orang yang menganggap dirinya sebagai orang yang berbeda dengan yang lain dalam sebuah
kebudayaan. Andrea L. Rich dan Dennis M. Ogawa menyebutkan bahwa komunikasi
antarbudaya adalah komunikasi antara orang-orang yang berbeda kebudayaan, misalnya suku bangsa, antar etnik dan ras, antar kelas sosial.
38
Sedangkan Carley H. Dodd menunjukkan bahwa komunikasi antarbudaya mengarah pada pengaruh variabel-variabel dan perbedaan budaya dalam hasil
komunikasi interpersonal. Perbedaan dalam gaya komunikasi dan sosial, pendangan terhadap dunia, adat, harapan, aturan, peran, dan mitos menggambarkan sedikit
elemen yang menjelaskan bagaimana kebudayaan membentuk proses komunikasi.
39
Beberapa teori komunikasi telah diterapkan pada situasi antarbudaya. Salah satunya adalah yang berdasar pada teori Uncertainty Reduction oleh Berger dan
Calabrese 1975. Teori tersebut berasumsi bahwa pada fase inisiasi dari interaksi
38
Alo Liliweri, Dasar‐dasar komunikasi antarbudaya Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007 hlm. 10
39
Carley H. Dodd, Dynamics of Intercultural Communication 5
th
Boston‐Massachusetts: Mc Graw Hill, 1998
hlm. 4
commit to user 43
dengan orang lain, yang menjadi tujuan utama adalah untuk mengurangi keraguan terhadap orang itu. Saat itu, kita sedang berusaha untuk mengetahui informasi
mengenai lawan bicara dan untuk membagi informasi mengenai diri kita.
40
Yang kedua adalah teori Coordinated Management of Meaning Cronen, Pearce, Harris, 1982. Teori ini menjelaskan mengenai alam sosial dari
komunikasi: konteks dimana komunikasi terjadi, aturan untuk interpretasi kata-kata dan aksi digunakan, dan aturan untuk menentukan bagaimana harus bersikap saat
seseorang berbicara.
41
Kedua teori tersebut pada dasarnya menerangkan bagaimana tingkah laku dipengaruhi oleh norma dan aturan sosial. Teori Uncertainty Reduction berasumsi
bahwa aturan-aturan dibentuk oleh budaya. Teori Coordinated Management of Meaning menekankan pada persepsi individu mengenai aturan budaya.
42
Karena merupakan salah satu bidang studi ilmu komunikasi, komunikasi antarbudaya mempunyai obyek formal, yakni mempelajari komunikasi antarpribadi
yang dilakukan oleh seorang komunikator dan komunikan yang berbeda budaya. Secara umum terdapat dua dimensi studi ilmu komunikasi antarbudaya, yakni
studi yang dikaitkan dengan: 1 komunikasi yang bersifat interaktif-perbandingan sumbu X; dan 2 komunikasi yang bersifat antarpribadi-penggunaan media sumbu
40
Fred Edmund Jandt, Intercultural Communication: An Introduction London: Sage Publication, 1998
hlm. 38
41
Ibid.
42
Ibid.
commit to user 44
Y. Kemudian, rincian bidang studi ilmu komunikasi dapat dikategorikan berdasarkan:
Kuadran I: mempelajari komunikasi antarbudaya dengan pokok bahasan proses komunikasi antarpribadi dan komunikasi antarbudaya termasuk di dalamnya
komunikasi di antara komunikator dan komunikan yang berbeda kebudayaan, suku bangsa, ras dan etnik.
Kuadran II: komunikasi lintasbudaya dengan pokok bahasan perbandingan pola-pola komunikasi antarpribadi lintasbudaya.
Kuadran III: komunikasi melalui media di antara komunikator dengan komunikan yang berbeda kebudayaan namun menggunakan media, seperti komunikasi
internasional. Kuadran IV: mempelajari perbandingan komunikasi massa, misalnya
membandingkan sistem media massa antarbudaya, perbandingan komunikassi massa, dampak media massa, tatanan informasi dunia baru
43
. Komunikasi antarbudaya memiliki bagian yang disebut unsur-unsur sosio-
budaya yang meliputi banyak kegiatan sosial manusia. Misalnya unsur yang berhubungan dengan persepsi, proses verbal, dan proses nonverbal. Unsur-unsur
tersebut membentuk suatu matriks yang kompleks mengenai unsur-unsur yang sedang berinteraksi bersama-sama, yang merupakan suatu fenomena kompleks yang
disebut komunikasi antarbudaya
44
.
43
Alo Liliweri, Gatra‐Gatra Komunikasi Antarbudaya Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2001 hlm. 1‐28
44
Ibid .
hlm. 22
commit to user 45
Komunikasi antarbudaya akan mudah dipahami sebagai perbedaan budaya dalam mempersepsi obyek-obyek sosial dan kejadian-kejadian. Suatu prinsip penting
dalam pendapat ini adalah bahwa masalah-masalah kecil dalam komunikasi sering diperumit oleh perbedaan-perbedaan persepsi tersebut.
Edward T. Hall membagi kebudayaan ke dalam dua konteks yaitu High- Context Culture dan Low-Context Culture. High-context culture menunjuk pada
penggunaan pesan konteks tinggi dimana sering diimplikasikan melalui bentuk fisik atau dianggap sebagai bagian dari kepercayaan pribadi, nilai-nilai, dan norma-norma.
Sangat sedikit yang tersedia dalam bentuk pesan kode, pesan yang eksplisit. Sedangkan Low-context culture merujuk pada pesan konteks rendah dimana
informasi disebarkan dalam bentuk kode yang eksplisit
45
. High-context Asia
Arab Southern European
Africa South American
Other Northern European Low-Context Australian
American Scandinavia
German Swiss
45
Myron W. Lustig dan Jolene Koester, Intercultural Competence: Interpersonal Communication Across
Cultures, cet.IV Boston, USA: Allyn and Bacon, 2003 hlm. 111
commit to user 46
Tabel 1. High Context Culture-Low Context Culture
46
Konteks kebudayaan dalam berbeda cara mempengaruhi arti dari sebuah pesan. Ciri konteks kebudayaan terdiri dari pesan verbal dan nonverbal yang kita
gunakan untuk memberikan pemahaman saat berinteraksi dengan orang lain
47
. Menurut Hall, dalam high-context culture, isyarat nonverbal sangatlah
penting. Komunikator sangat bergantung pada informasi yang lebih halus atau samar seperti isyarat ekspresi wajah, suara, dan diam untuk menafsirkan pesan.
Sedangkan low-context culture, lebih mengandalkan pada kejelasan bahasa dan arti dari setiap kata-kata serta menggunakan lebih sedikit konteks tersirat untuk
mengirim dan menafsirkan pesan.
48
Geert Hofstede mengidentifikasi lima dimensi sejalan dengan pola dominan dari sebuah budaya yaitu power distance PDI, uncertainty avoidance UAI,
individualism versus collectivism IDV, masculinity versus femininity MAS, dan long-term versus short-term orientation of time.
49
Dimensi-dimensi Hofstede menjelaskan harapan cultural untuk sebuah jenjang perilaku-perilaku sosial, power distance merujuk pada hubungan dengan orang yang
berkedudukan lebih tinggi atau lebih rendah. Uncertainty avoidance merujuk pada pencarian seseorang pada kebenaran dan kepastian. Individualism-collectivism
merujuk pada perilaku terhadap kelompok. Masculinity-femininity merujuk pada
46
Beebe. Loc. Cit.
47
Beebe. Loc. Cit.
48
Ibid.
49
Myron W. Lustig dan Jolene Koester, Intercultural Competence: Interpersonal Communication Across
Cultures, cet.IV Boston, USA: Allyn and Bacon, 2003 hlm. 115
commit to user 47
pengharapan terhadap prestasi dan perbedaan gender, dan time orientation merujuk pada pencarian seseorang terhadap kebaikan dan idealisme yang tahan lama.
50
b. Proses Komunikasi Antarbudaya