Proses Komunikasi Antarbudaya Komunikasi Antarbudaya

commit to user 47 pengharapan terhadap prestasi dan perbedaan gender, dan time orientation merujuk pada pencarian seseorang terhadap kebaikan dan idealisme yang tahan lama. 50

b. Proses Komunikasi Antarbudaya

Komunikasi bukan dipandang sebagai sebuah kegiatan yang menghubungkan manusia dalam keadaan pasif, tetapi komunikasi harus dipandang sebagai sebuah proses yang menghubungkan manusia melalui sekumpulan tindakan yang terus menerus diperbaharui. Komunikasi disebut sebagai suatu proses karena komunikasi itu dinamik. Sebuah proses yang terdiri dari beberapa sekuen yang dapat dibedakan namun tidak dapat dipisahkan. Semua sekuen berkaitan satu sama lain meskipun selalu berubah-ubah. Pada hakikatnya proses komunikasi antarbudaya sama dengan proses komunikasi lain, yaitu proses yang interaktif dan transaksional serta dinamis. 51 Wahlstrom 1992 menjelaskan bahwa komunikasi antarbudaya yang interaktif adalah komunikasi yang dilakukan oleh komunikator dengan komunikan dalam dua arah timbal balik namun masih berada pada tahap rendah. Apabila ada proses pertukaran pesan itu memasuki tahap tinggi, misalnya saling mengerti, memahami perasaan dan tindakan bersama maka komunikasi tersebut telah memasuki tahap transaksional seperti yang diungkapkan oleh Hybels dan Sandra 1992. 52 Komunikasi transaksional meliputi tiga unsur penting yaitu 1 keterlibatan emosional yang tinggi, yang berlangsung terus menerus dan berkesinambungan atas 50 Myron W. Lustig. Op. Cit hlm. 132 51 Alo Liliweri, Dasar‐Dasar Komunikasi Antarbudaya, Cet.III Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007 hlm. 24 52 Ibid. commit to user 48 pertukaran pesan; 2 peristiwa komunikasi meliputi seri waktu, artinya berkaitan dengan masa lalu, kini dan yang akan datang; dan 3 partisipan dalam komunikasi antarbudaya menjalankan peran tertentu. 53 Baik komunikasi interaktif maupun transaksional mengalami proses yang bersifat dinamis, karena proses tersebut berlangsung dalam konteks sosial yang hidup, berkembang dan bahkan berubah-ubah berdasarkan waktu, situasi dan kondisi tertentu. Karena proses komunikasi yang dilakukan adalah komunikasi antarbudaya maka kebudayaan merupakan dinamisator bagi proses komunikasi tersebut. 54 53 Ibid. hlm. 24‐25 54 Ibid. hlm. 25 commit to user 49 Di bawah ini adalah model komunikasi antarbudaya: Bagan 1. Model Komunikasi Antarbudaya 55 Model komunikasi antarbudaya tersebut menampilkan pengembangan dari definisi Perceived Cultural Differences PCD atau yang bisa diartikan sebagai 55 Carley H. Dodd, Dynamics of Intercultural Communication 5 th edition Boston: McGraw Hill, 1998 hlm. 7 Uncertainty anxiety motivate intercultural adaptive communication strategies by forming an arena of potentially positive adaption, Cultural C: Culture C Is an invented third culture in which A B experience positive climate, commonality and trust leading to adaptation Functional strategies utilizing intercultural knowledge and skills involving rules, roles, customs, beliefs, social style, affirmation, approachability and adaptability Intercultural Communicatin Effectiveness Outcome: Task, Positive Relationships, Cultural Adjustment Uncertainty Anxiety Dysfunctional strategis such as relying on stereotypes, withdrawal denial , hostily Interpersonal relationship Personality Culture Perceived Cultural Difference Interpersonal relationship Personality Culture commit to user 50 mengenali perbedaan cultural. William Gudykunst dan Young Kim menerapkan metafora dari orang asing menjadi orang-orang yang dikenal sebagai “berbeda denganku”. Dari tampilan gambar model komunikasi antarbudaya di atas terdapat keterangan-keterangan: 1 mengindikasi bahwa budaya adalah satu-satunya sumber yang menerangkan kenapa orang-orang mengenali perbedaan; 2 menjelaskan dinamika PCD sebagai motivasi yang mengarahkan pada pengurangan ketidakpastian dan kecemasan; 3 menggambarkan bagaimana kita bisa memajukan pendekatan yang fungsional maupun tidak fungsional untuk memutuskan dalam perbedaan yang ada; 4 menunjukkan bahwa membuat budaya ketiga C menyediakan landasan umum untuk memajukan strategi membangun hubungan; 5 menggarisbawahi bagaimana kita bisa menggunakan beberapa kemampuan dan insight antarbudaya yang sederhana namun kuat; dan 6 mengungkapkan hasil antarbudaya positif yang diinginkan. Singkatnya, model ini adalah model komunikasi antarbudaya yang adaptive, yang membutuhkan pertisipan-partisipan untuk menunda penilaian dan bias ketika mereka bertemu dalam budaya ketiga yang dibuat oleh partisipan-partisipan antarbudaya untuk menemukan tujuan dan ketertarikan bersama. Dengan kata lain, di luar pandangan ketidaksamaan, partisipan A dan B bisa membagi kebudayaan ketiga di antara mereka, budaya tentang kesamaan. 56 Untuk membuat kebudayaan baru menjadi arena yang adaptif secara fungsional bukanlah hal yang otomatis. Beberapa konsep dan keahlian membantu kita 56 Ibid. hlm 6 commit to user 51 memahami bagaimana caranya membuat kebudayaan C berhasil. Ada tiga prinsip yang penting dalam mengembangkan sebuah interaksi yang sukses di dalam budaya C antara A dan B. 57 Pertama, harus ada perasaan positif terhadap orang atau kelompok lain, seperti kepercayaan, kenyamanan, keamanan, kepastian, atau kecemasan yang kecil. Tanpa perasaan ini, seseorang mungkin kurang mampu berkomunikasi dengan baik dengan orang lain yang berbeda. Lebih jauh lagi, penilaian dan efektivitas dalam sebuah kebudayaan baru mungkin diperkecil atau diperpanjang atau bahkan tidak pernah terjadi sama sekali. 58 Area kedua yang dibutuhkan untuk membuat iklim budaya ketiga yang sukses melibatkan pengenalan kepercayaan-kepercayaan yang kita bawa pada interaksi antarbudaya. Kepercayaan tersebut meliputi harapan, ketidakyakinan, salah mengerti terhadap peraturan atau prosedur, kurangnya strategi yang layak untuk melatih kompetensi akulturasi, aktifasi tanda yang memicu pemikiran sosial yang negatif maupun positif seperti stereotip dan atribut. Tanpa mengerti seseorang secara akurat, kecil kemungkinan untuk bisa berkomunikasi dengan baik dengan orang lain yang berbeda. 59 Area ketiga yang dibutuhkan adalah aksi komunikasi antarbudaya. Ini berarti mengembangkan kemampuan dan aksi seperti penampilan komunikasi verbal dan 57 Ibid. hlm. 11 58 Ibid. 59 Ibid. commit to user 52 nonverbal, keahlian untuk bertahan, dan menghadapi sistem dan institusi dalam budaya yang baru. 60

c. Fungsi Komunikasi Antarbudaya

Dokumen yang terkait

Analisis Hubungan Kecemasan Dan Ketidakpastian Terhadap Kompetensi Komunikasi Antarbudaya Warga Jepang Di Indonesia

8 87 179

Komunikasi Antarbudaya Dalam Proses Asimilasi Pada Pernikahan Campuran (Studi Kasus Tentang Komunikasi Antarbudaya Dalam Proses Asimilasi Pada Pernikahan Campuran Suku Batak Toba-Tionghoa di kota Medan)

17 176 147

KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES ASIMILASI PERNIKAHAN JAWA DAN MINANGKABAU Komunikasi Antarbudaya Dalam Proses Asimilasi Pernikahan Jawa Dan Minangkabau (Studi Deskriptif Kualitatif Komunikasi Antarbudaya Dalam Proses Pernikahan Jawa dan Minangkabau).

0 3 12

PENDAHULUAN Komunikasi Antarbudaya Dalam Proses Asimilasi Pernikahan Jawa Dan Minangkabau (Studi Deskriptif Kualitatif Komunikasi Antarbudaya Dalam Proses Pernikahan Jawa dan Minangkabau).

0 2 24

KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES ASIMILASI PERNIKAHAN JAWA DAN MINANGKABAU Komunikasi Antarbudaya Dalam Proses Asimilasi Pernikahan Jawa Dan Minangkabau (Studi Deskriptif Kualitatif Komunikasi Antarbudaya Dalam Proses Pernikahan Jawa dan Minangkabau).

0 3 13

PERAN IDENTITAS SUKU JAWA DALAM KOMUNIKASI ANTARBUDAYA Peran Identitas Suku Jawa Dalam Komunikasi Antarbudaya (Studi Deskriptif Kualitatif Alumni Pondok Modern Darussalam Gontor Putri yang ada di Demak).

0 1 14

KOMUNIKASI ANTARBUDAYA MAHASISWA JEPANG DI SURABAYA (Studi Kualitatif Proses Penyesuaian Diri Mahasiswa Jepang).

0 0 10

ADAPTASI ANTARBUDAYA MAHASISWA ASING UNS (Studi Deskriptif Kualitatif tentang Hambatan Komunikasi Antarbudaya Mahasiswa Asing dalam Beradaptasi di Solo Tahun 2015).

0 2 13

KOMUNIKASI ANTARBUDAYA MAHASISWA ASING (Studi Tentang Kecenderungan-kecenderungan Komunikasi Antarbudaya Yang Berkembang Di Kalangan Mahasiswa Asing Di Surakarta).

0 0 16

Proses Komunikasi antarbudaya dalam proses

0 0 5