commit to user 90
BAB II DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
A. Kota Surakarta
1. Kondisi Geografis Surakarta
Kota Surakarta yang juga sangat dikenal sebagai Kota Solo, merupakan sebuah dataran rendah yang terletak di cekungan lereng pegunungan Lawu dan
pegunungan Merapi dengan ketinggian sekitar 92 m di atas permukaan air laut. Dengan luas sekitar 44 km2 . Kota Surakarta terletak diantara 110 45` 15 - 110 45`
35 Bujur Timur dan 70` 36 - 70` 56 Lintang Selatan. Kota Surakarta dibelah dan dialiri oleh 3 tiga sungai besar yaitu sungai Bengawan Solo, Kali Jenes dan Kali
Pepe. Sungai Bengawan Solo pada jaman dahulu sangat terkenal dengan keelokan panorama serta lalu lintas perdagangan.
Batas wilayah Kota Surakarta sebelah Utara adalah Kabupaten Karanganyar dan Kabupaten Boyolali. Batas wilayah sebelah Timur adalah Kabupaten Sukoharjo
dan Kabupaten Karangnyar, batas wilayah sebelah Barat adalah Kabupaten Sukoharjo dan Kabupaten Karanganyar, sedang batas wilayah sebelah selatan adalah
Kabupaten Sukoharjo. Surakarta terbagi dalam lima wilayah Kecamatan yaitu Banjarsari, Jebres, Laweyan, Pasar Kliwon, Serengan.
146
Suhu udara maksimum Kota Surakarta adalah 32,5 derajad Celsius, sedang suhu udara minimum adalah 21,9 derajad Celsius. Rata-rata tekanan udara adalah
146
Endri Yulianti, “Media Cetak Berbahasa Jawa dan Pelestarian Budaya Jawa: Studi Deskriptif Kualitatif
tentang Suplemen Jagad Jawa dam Harian Umum Solopos dan Pelestarian Budaya Jawa di Surakarta”
Universitas Sebelas Maret Surakarta, 2009 S1 Komunikasi, hlm. 27
commit to user 91
1010,9 MBS dengan kelembaban udara 75. Kecepatan angin 4 Knot dengan arah angin 240 derajad. Solo beriklim tropis, di mana musim penghujan dan kemarau
bergantian sepanjang 6 bulan tiap tahunnya.
147
2. Sejarah Kelahiran
Sejarah kelahiran Kota Surakarta Solo dimulai pada masa pemerintahan Raja Paku Buwono II di Keraton Kartosuro. Pada masa itu terjadi pemberontakan
Mas Garendi Sunan Kuning dibantu kerabat-kerabat keraton yang tidak setuju dengan sikap Paku Buwono II yang mengadakan kerjasama dengan Belanda. Salah
satu pendukung pemberontakan ini adalah Pangeran Sambernyowo RM Said yang merasa kecewa karena daerah Sukowati yang dulu diberikan oleh keraton Kartosuro
kepada ayahandanya dipangkas. Karena terdesak, Paku Buwono mengungsi ke daerah Jawa Timur Pacitan dan Ponorogo. Dengan bantuan pasukan kompeni di bawah
pimpinan Mayor Baron Van Hohendrof serta Adipati Bagus Suroto dari Ponorogo, pemberontakan berhasil dipadamkan. Setelah tahu Keraton Kartosuro dihancurkan,
Paku Buwono II lalu memerintahkan Tumenggung Tirtowiguno, Tumenggung Honggowongso, dan Pangeran Wijil untuk mencari lokasi ibu kota kerajaan yang
baru.
148
Pada tahun 1745, dengan berbagai pertimbangan fisik dan supranatural, Paku Buwono II memilih desa Sala sebuah desa di tepi sungai Bengawan Solo sebagai
daerah yang terasa tepat untuk membangun istana yang baru. Sejak saat itulah, desa
147
Ibid.
148
Ibid. hlm. 25
commit to user 92
Sala segera berubah menjadi Surakarta Hadiningrat. Melihat perjalanan sejarah tersebut, nampak jelas bahwa perkembangan dan dinamika Surakarta Solo pada
masa dahulu sangat dipengaruhi selain oleh Pusat Pemerintahan dan Budaya Keraton Kasunanan dan Mangkunegaran, juga oleh kolonialisme Belanda Benteng
Varstenberg. Sedangkan pertumbuhan dan persebaran ekonomi melalui Pasar Gedhe Hardjonagoro.
149
Solo tidak lebih dari sebuah desa terpencil yang tenang, 10 km di sebelah timur Kartasura, ibukota kerajaan Mataram. Pakubuwana II yang menjadi Raja
Mataram mendukung Cina melawan Belanda, kemudian Pakubuwono II mencari tempat yang lebih menguntungkan untuk membangun kembali kerajaannya, dan di
tahun 1745 Kerajaan dibongkar dan diarak menuju Kota Surakarta yang terletak di tepi Kali Sungai Bengawan Solo. 18 Februari 1745 dianggap sebagai hari kelahiran
kota yang resmi.
3. Sejarah Pemerintahan