commit to user 105
Kaoru mengungkapkan bahwa tujuannya berkomunikasi adalah untuk
mencapai kehidupan yang harmonis. “Ya untuk mencapai kehidupan yang harmonis. Tetapi menurut saya, itu
bukan tujuan ya tapi itu adalah hal yang wajar.”
169
Dalam konteks ini, komunikasi yang mereka lakukan merupakan komunikasi
antarbudaya karena melibatkan orang-orang dari latar belakang kebudayaan yang berbeda. Carley H. Dodd menunjukkan bahwa komunikasi antarbudaya mengarah
pada pengaruh variabel-variabel dan perbedaan budaya dalam hasil komunikasi interpersonal. Perbedaan dalam gaya komunikasi dan sosial, pendangan terhadap
dunia, adat, harapan, aturan, peran, dan mitos menggambarkan sedikit elemen yang menjelaskan bagaimana kebudayaan membentuk proses komunikasi.
170
Selayaknya komunikasi, komunikasi antarbudaya pun melibatkan unsur-unsur komunikasi berupa:
1. Komunikator
Komunikator dalam komunikasi antarbudaya adalah pihak yang memprakarsai komunikasi dan berasal dari latar belakang kebudayaan
tertentu.
171
Dalam penelitian ini, warga Jepang yang tinggal di Solo juga merupakan komunikator dalam komunikasi antarbudaya tersebut. Warga
169
Wawancara dengan Kaoru Serizawa, responden Tempat tinggal Kaoru serizawa: Rabu, 24 November
2010, jam 15.00‐16.00
170
Carley H. Dodd. Op. Cit. hlm. 4
171
Alo Liliweri.2007. Op. Cit. hlm. 25
commit to user 106
Jepang yang tinggal di Solo pun memiliki keinginan untuk menyampaikan pesan kepada warga di sekitarnya. Baik kepada suami, anak, tetangga, dosen,
atau rekan kerja.
2. Pesan
Dalam model komunikasi antarbudaya, pesan adalah apa yang ditekankan atau yang dialihkan oleh komunikator kepada komunikan.
172
Pesan yang dipertukarkan dalam komunikasi antarbudaya yang terjadi antara warga Jepang yang tinggal di Solo dengan penduduk sekitarnya bermacam-
macam. Tergantung kepada siapa mereka berkomunikasi. Jika dengan dosen, hal yang biasa dibicarakan adalah tentang
perkuliahan. Umumnya, mereka berkomunikasi jika ada hal yang kurang dimengerti saat kuliah, menanyakan jadwal kuliah, untuk mengeluarkan
pendapat, juga mangkritisi cara mengajar. Namun, ada juga yang meminta saran dosen saat menghadapi suatu situasi yang problematik. Seperti yang
diungkapkan oleh beberapa responden berikut. “Kalau dengan dosen, biasanya kalau ada yang tidak
dimengerti.”
173
“Terus apa ya, kalau dosen, misalnya ada pertanyaan “boleh tanya? Kalau gini, caranya gimana?”. Kalau ada pertanyaan-pertanyaan,
pasti tanya.”
174
172
Ibid. hlm 28
173
Wawancara dengan Mami Yamamura, Responden Kos Mami: Jumat, 19 November 2010, jam 20.00
‐21.00
174
Wawancara dengan Hitomi Matsuda, Responden Gedung H ISI Surakarta: Senin, 29 November 2010,
jam 11.00‐12.00
commit to user 107
“Kalau di sini kan harus ada komunikasi dengan dosen soalnya jadwalnya sering diubah kan, ada perubahan juga. Otomatis jumlah
komunikasinya kan lebih banyak. Kalau ada yang tidak dimengerti di perkuliahan ya kan harus ada pertanyaan.”
175
“Dengan dosen ISI juga, biasanya kritik terhadap cara mengajar, kenapa memakai literature seperti itu, atau kenapa harus mengulang-ulang
materi. Kritik apa saja.”
176
“Tapi ada dosen, jadi kalau ada masalah saya sering mendapat nasehat, misalnya saat saya sedang bimbang memutuskan untuk pulang ke
Jepang atau tidak.”
177
Selain dengan dosen, komunikasi pun dilakukan dengan sesama rekan kerja baik teman kantor ataupun sesama teman seniman. Pesan yang
dipertukarkan biasanya seputar pekerjaan atau pentas seni. Seperti yang diungkapkan oleh Hiromi Kano.
“Kalau sama-sama seniman itu kan beda ya. Tapi kan seniman kalau kumpul pasti omongannya sudah..anoo..seni dipanggung. Tapi itu
juga beda, laki-laki sama wanita itu beda banget. Kalau saya itu kan lebih suka ngomong itu kan sama seniman laki-laki. Karena topiknya itu benar-
benar seni gitu pikirannya. Tapi, kalau sinden itu kan, gosip lagi.”
178
“Kalau dengan seniman biasanya tentang kegiatan seni klenengan, evaluasi pertunjukan, kritik, saran. Kami bertukar pikiran tentang
pertunjukan tersebut. Sering ada beda pendapat, tapi itu wajar.”
179
“Urusan pekerjaan biasanya.”
180
175
Wawancara dengan Naomi Kawasaki, Responden Gedung III FSSR: Selasa, 14 Desember 2010, jam 15.30
‐16.30
176
Wawancara dengan Kaoru Serizawa, Responden Tempat tinggal Kaoru Serizawa: Rabu, 24 November
2010, jam 15.00‐16.00
177
Wawancara dengan Miki Orita, Responden D’Mesem: Selasa, 23 November 2010, Jam 17.00‐ 18.00
178
Wawancara dengan Hiromi Kano, Responden Tempat tinggal Hiromi Kano: Selasa, 23 November 2010,
jam 15.00‐16.00
179
Wawancara dengan Kaoru Serizawa, Responden Tempat tinggal Kaoru Serizawa: Rabu, 24 November
2010, jam 15.00‐16.00
commit to user 108
Selain pembicaraan mengenai kedua hal tersebut, responden juga berkomunikasi layaknya pembicaraan sehari-hari misalnya menanyakan
kegiatan, menanyakan kabar atau sekedar menyapa. “Hmm, apa ya? Ya pembicaraan sehari-hari seperti “Dari mana?”
gitu.”
181
“Ya, hal-hal yang biasa. Menanyakan kabar, dan sebagainya. Yang ringan-ringan saja.”
182
“Ya, paling percakapan biasa sehari-hari. “Hai, lagi apa?”, “Sudah makan?”, “Sudah mandi?”. Ya seperti itu. Iya.”
183
Selain ketiga jenis masalah tersebut, mereka juga sering bertukar
cerita mengenai hal-hal yang bersifat pribadi. Mereka juga kerap mencurahkan isi hati jika menghadapi suatu masalah. Meskipun hal tersebut
tidak dilakukan kepada sembarang orang. Hanya kepada keluarga, sesama teman dari Jepang dan dengan teman dekat saja mereka biasanya bercerita
tentang masalah pribadinya. “Dengan teman dekat saja dan teman-teman orang Jepang.”
184
“Tidak semua orang. Dengan teman-teman Jepang. Dengan teman dekat saja.”
185
180
Wawancara dengan Akira Kawakami, responden Food Court SGM: Minggu 21 November 2010, jam
15.00‐16.00
181
Wawancara dengan Naoko Ujiie, Responden Tempat tinggal Naoko Ujiie: rabu, 15 desember 2010,
jam 16.00‐16.30
182
Wawancara dengan Yumiko Takenouchi, responden Yayasan Music Indonesia: Selasa, 30 November
2010, jam 17.00‐18.00
183
Wawancara dengan Mami Yamamura, Responden Kos Mami: Jumat, 19 November 2010, jam 20.00
‐21.00
184
Wawancara dengan Mika Masui, Responden Kantin sastra: Rabu, 17 November 2010, jam 12.00‐ 12.45
commit to user 109
“Paling dengan orang Jepang. Sama suami dan anak. Saya masih punya family atau teman yang sering datang ke sini. Ya, mungkin dengan
rekan-rekan kerja di sini. Saya di YMI sudah lama, sudah 20 tahun.”
186
Meski begitu, ada juga yang menceritakan hal yang bersifat pribadi kepada dosen dan meminta saran dosen tersebut. Seperti yang diakui oleh
Kurniati, salah satu pengajar tari di ISI Surakarta. “Ada juga yang cerita tentang masalah pribadinya. Curhat itu
kadang-kadang juga ada yang namanya tidak broken home ya, ya memang ada yang cerai dengan suami, gitu. Itu ada yang cerita seperti itu, tapi
ceritanya tidak terlalu dalam.”
187
3. Media