Pembahasan 1. Efektivitas pendekatan saintifik dengan metode Problem Based Learning
93 Farhan 2014 yang menunjukkan bahwa Problem Based Learning PBL efektif
ditinjau dari prestasi belajar. Selain itu, penelitian ini didukung oleh R.D.Padmavathy 2013. Dalam penelitiannya menunjukkan bahwa penggunaan
metode Problem Based Learning PBL efektif dalam pembelajaran matematika dan meningkatkan pemahaman dan kemampuan dalam menggunakan konsep di
dunia nyata.
2. Efektivitas pembelajaran ekspositori pada pembelajaran matematika ditinjau dari prestasi belajar matematika peserta didik.
Rumusan masalah pada hipotesis kedua dalam penelitian ini adalah apakah pembelajaran ekspositori pada pembelajaran matematika efektif ditinjau dari
prestasi belajar matematika peserta didik di SMA. Pembelajaran ekspositori merupakan suatu pembelajaran yang biasa dilakukan oleh seorang guru pada
kelas kontrol. Pengambilan data sebanyak 34 siswa di kelas X-3 yang dijadikan sebagai kelas kontrol. Efektivitas pembelajaran ekspositori ini ditinjau dari prestasi
belajar peserta didik pada pembelajaran matematika. Pemberian perlakuan pada kelas kontrol dikatakan efektif jika prestasi belajar matematika yang diperoleh
peserta didik berupa rata-rata nilai posttest mencapai KKM yang telah ditetapkan yaitu 75.
Dalam penelitian ini dilakukan analisis data berupa analisis deskriptif dan uji hipotesis. Namun sebelum dilakukan uji hipotesis, peneliti melakukan uji asumsi
yang meliputi uji normalitas, uji homogenitas, dan uji kemampuan awal. Hasil dari uji asumsi tersebut menunjukkan bahwa data yang diperoleh dari kelas
eksperimen dan kelas kontrol berasal dari subjek penelitian yang berdistribusi normal, kedua kelas memiliki variansi yang sama homogen, dan kedua kelas
mempunyai kemampuan awal yang sama.
94 Untuk mengetahui keefektifan pembelajaran ekspositori yang diberikan pada
kelas kontrol dilakukan uji one sample t-test pada nilai posttest yang diperoleh. Hasil dari pengujian hipotesis yang dilakukan menunjukkan bahwa pembelajaran
ekspositori efektif ditinjau dari prestasi belajar dilihat dari �
ℎ��
= , �
� ��
= , 9 . Sehingga hasil tersebut sesuai dengan hipotesis yang peneliti ajukan dalam
penelitian ini. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ni Kadek
Dianita 2013 bahwa metode pembelajaran konvensional efektif. Dalam penelitiannya menunjukkan bahwa proporsi ketuntasan belajar ruang dimensi tiga
siswa yang menerapkan metode pembelajaran konvensional lebih besar atau sama dengan 75. Keefektifan pembelajaran ekspositori ini sesuai dengan
pendapat Ausebel Wasty Soemanto, 2012: 229, jika pembelajaran ekspositori dapat diorganisasi dan disajikan secara baik akan dapat menghasilkan pengertian
dan resensi yang baik pula.
3. Efektivitas pembelajaran menggunakan pendekatan saintifik dengan metode Problem Based Learning PBL dibandingkan dengan
pembelajaran ekspositori pada pembelajaran matematika ditinjau dari prestasi belajar matematika peserta didik.
Rumusan masalah pada hipotesis ketiga dalam penelitian ini adalah apakah pendekatan saintifik dengan metode Problem Based Learning PBL lebih efektif
daripada pembelajaran ekspositori pada pembelajaran matematika ditinjau dari prestasi belajar matematika peserta didik di SMA. Pengujian hipotesis dilakukan
pada nilai posttest yang diperoleh dari kelas eksperimen dan kelas kontrol. Dari hasil uji hipotesis dapat disimpulkan bahwa pendekatan saintifik dengan metode
Problem Based Learning PBL tidak lebih efektif daripada pembelajaran
95 ekspositori ditinjau dari prestasi belajar matematika peserta didik di SMA. Hasil
perhitungan statistika dengan independent sample t-test yaitu membandingkan posttest kelas eksperimen dan kelas kontrol menunjukkan bahwa
�
ℎ��
= − , , 9 sehingga H
diterima. Kesimpulan yang diperoleh dalam penelitian ini ternyata tidak sesuai dengan hipotesis yang dibuat oleh peneliti. Kesimpulan yang
diperoleh juga tidak relevan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ni Kadek Dianita 2013 yang menyatakan bahwa metode pembelajaran PBL lebih efektif
daripada pembelajaran konvensional. Ketidaksesuaian hasil penelitian dengan hipotesis penelitian juga dapat dikaji
melalui hasil pekerjaan peserta didik di kelas eksperimen. Berdasarkan gambar 32 halaman 80 menunjukkan bahwa peserta didik belum dapat menuliskan informasi
terkait dengan masalah yang diberikan. Hal tersebut terlihat ketika peserta didik tidak menuliskan apa yang diketahui dan apa yang ditanyakan yang terdapat
dalam suatu masalah. Pada pembelajaran di kelas eksperimen, PBL juga mengajak peserta didik
untuk terlibat aktif dalam proses belajar mulai dari berhadapan dengan masalah, mencari informasi yang relevan, serta menganalisis masalah. Menurut Muhamad
Farhan 2014: 228, pembelajaran yang aktif yang mencakup pada peserta didik aktif bertanya, berdiskusi, mengungkapkan pendapat, memberikan saran, dan
memecahkan masalah. Namun berdasarkan hasil pengamatan langsung yang secara lengkap dapat dilihat pada lampiran 3.6 halaman 281 menunjukkan bahwa
masih ada peserta didik yang tidak mengikuti kegiatan diskusi. Dari delapan kelompok diskusi yang ada, hanya dua atau tiga siswa yang bekerja dalam setiap
kelompok. Hal tersebut mengindikasikan bahwa dalam kegiatan diskusi kelas
96 eksperimen belum berjalan secara maksimal karena hanya 50 dari peserta didik
yang aktif mengikuti kegiatan diskusi. Selain itu, jika dilihat dari hasil keterlaksanaan pembelajaran pada lampiran
3.6 halaman 284 dalam proses pembelajaran matematika di kelas eksperimen pada fase keempat pertemuan ketiga pokok bahasan jarak dalam ruang
menunjukkan bahwa waktu diskusi melebihi alokasi waktu yang disediakan. Alokasi waktu pada kegiatan inti berdasarkan RPP yang dibuat oleh peneliti yaitu
selama 70 menit, tetapi kenyataannya peserta didik melakukan pengamatan dan percobaan investigasi lebih lanjut membutuhkan waktu yang lebih lama. Hal ini
mengindikasikan bahwa penerapan metode PBL membutuhkan waktu yang tidak sedikit. Penambahan waktu mengakibatkan alokasi waktu peserta didik dalam
mempresentasikan hasil diskusi dan melakukan refleksi pembelajaran menjadi berkurang. Refleksi pembelajaran merupakan kegiatan penting dalam
pembelajaran karena menyangkut pemahaman konsep peserta didik. Pemahaman peserta didik yang kurang optimal akan mempengaruhi prestasi
belajar peserta didik. Hal lain yang menyebabkan ketidaksesuaian hasil penelitian dengan hipotesis
penelitian yaitu dapat dilihat pada gambar 33 halaman 81 yang menunjukkan bahwa peserta didik belum mampu menyelesaikan masalah yang diberikan secara
tepat. Selain itu, peserta didik belum mampu memberikan alasan untuk mendukung dan memperkuat cara penyelesaian masalah yang telah mereka
gunakan. Hal ini mengindikasikan bahwa masih ada peserta didik yang belum paham konsep dan masih ada peserta didik yang belum mampu mengaitkan
pengetahuan yang telah dimilikinya untuk menyelesaikan suatu masalah. Pemahaman konsep merupakan kompenen penting dalam suatu pengetahuan
97 untuk mengatasi suatu masalah NCTM, 2002: 20. Sehingga peserta didik yang
belajar tanpa disertai dengan pemahaman akan mengalami kesulitan dalam menyelesaikan berbagai macam masalah.
Pada gambar 34 halaman 81 merupakan contoh masalah yang dirasa sulit untuk dipecahkan peserta didik kelas X-2 di SMA Negeri 2 Banguntapan. Menurut
Warsono dan Hariyanto 2013: 152, penerapan metode PBL menjadikan peserta didik merasa tertantang untuk menyelesaikan masalah. Namun menurut Wina
Sanjaya 2014: 221, pada pembelajaran berbasis masalah manakala peserta didik tidak memiliki minat atau tidak mempunyai kepercayaan bahwa masalah
yang dipelajari sulit untuk dipecahkan, maka mereka enggan untuk mencoba. Sedangkan peserta didik yang enggan untuk mencoba menyelesaikan masalah
dalam kegiatan diskusi dan tidak terlibat secara aktif akan berdampak pada rendahnya prestasi belajar peserta didik tersebut.
Suatu masalah dirasa sulit bagi peserta didik dapat juga dikarenakan subjek dalam penelitian yaitu peserta didik kelas X yang merupakan peserta didik tingkat
awal tingkat pertama di bangku SMA yang belum terbiasa dengan pemberian masalah. Pada jenjang sebelumnya peserta didik terbiasa mengikuti pembelajaran
yang bersifat teacher centered sehingga penerapan metode PBL merupakan hal baru bagi peserta didik. Hal tersebut diperkuat dari hasil wawancara dengan
beberapa peserta didik secara tidak terstruktur. Dapat disimpulkan bahwa salah satu penyebab prestasi belajar peserta didik kurang optimal yaitu karena
penerapan metode belajar baru membutuhkan penyesuaian diri peserta didik yang tidak mudah sehingga PBL belum sepenuhnya dilakukan oleh subjek penelitian.
Selain dari deskripsi pelaksanaan pembelajaran kelas eksperimen, hal lain yang dapat menyebabkan adanya ketidaksesuaian hasil penelitian dengan
98 hipotesis yaitu pada penerapan metode Problem Based Learning PBL
memerlukan waktu yang panjang dalam proses pembelajaran. Pernyataan tersebut juga diperkuat oleh Trianto 2013: 97 bahwa kekurangan Problem Based
Learning PBL yaitu konsumsi waktu. Konsumsi waktu ini berarti bahwa PBL memerlukan waktu yang cukup dalam proses penyelidikan. Sehingga terkadang
dibutuhkan banyak waktu untuk melakukan proses tersebut. Sedangkan lamanya waktu perlakuan dalam penelitian ini termasuk dalam variabel kontrol. Menurut
Sugiyono 2013: 41, variabel kontrol merupakan variabel yang dikendalikan atau dibuat konstan atau tetap sehingga pengaruh variabel bebas terhadap variabel
terikat tidak dipengaruhi oleh faktor luar yang tidak diteliti. Dalam melakukan penelitian ini diperlukan alokasi waktu yang sama untuk kelas eksperimen maupun
kelas kontrol yaitu selama enam kali pertemuan. Mengingat bahwa PBL membutuhkan waktu yang lama dalam proses pembelajaran sedangkan dalam
penelitian ini alokasi waktu dibatasi agar proses pembelajaran di kelas eksperimen dan kontrol mempunyai konsumsi waktu yang sama, menyebabkan pemahaman
konsep yang diterima peserta didik kelas eksperimen kurang optimal jika dibandingkan dengan peserta didik di kelas kontrol. Hal tersebut dikarenakan pada
pembelajaran kelas kontrol, guru dapat menyampaikan konsep secara tepat waktu. Pemahaman konsep tersebut dapat dilihat melalui rata-rata hasil posttest
peserta didik kelas eksperimen yaitu sebesar 77,67 lebih rendah jika dibandingkan dengan rata-rata hasil posttest peserta didik kelas kontrol yaitu sebesar 77,79.
Berdasarkan uraian di atas penyebab pendekatan saintifik dengan metode Problem Based Learning PBL tidak lebih efektif daripada pembelajaran
ekspositori disebabkan karena secara kualitas fase dalam proses pembelajaran kelas eksperimen belum terlaksana secara optimal. Walaupun pendekatan saintifik
99 dengan metode Problem Based Learning PBL pada kelas eksperimen tidak lebih
efektif daripada pembelajaran ekspositori pada kelas kontrol, keduanya efektif dalam pembelajaran matematika jika ditinjau dari prestasi belajar matematika
peserta didik.
100