52
2.3 Kerangka Berpikir
Pembelajaran keterampilan bercerita, menuntut siswa kelas VII SMP agar menguasai kompetensi mengekspresikan perasaan dan pikiran sesuai dengan
imajinasi serta pengalaman pribadinya. Siswa dapat berbicara di dalam tim maupun di depan kelas dengan berbagai macam ide.
Pemilihan aspek keterampilan mengekspresikan perasaan dan pikiran dalam penelitian ini dikarenakan penguasaan keterampilan mengekspresikan
perasaan dan pikiran dengan kegiatan bercerita siswa masih rendah, dan siswa kurang aktif untuk mengemukakan pikiran dan perasaannya di depan umum.
Keberhasilan suatu proses pembelajaran salah satunya ditentukan oleh pemilihan media yang tepat, dalam hal ini peneliti menggunakan media pembelajaran
wayang kartun, dengan wayang kartun ini siswa dapat belajar mengemukakan perasaan dan pikirannya dengan bermain wayang kartun.
Pembelajaran keterampilan mengekspresikan perasaan dan pikiran dengan menggunakan media wayang kartun, siswa diminta untuk menceritakan
hal-hal atau masalah-masalah yang dianggap menarik berkisar pada lingkungan kehidupan siswa. Wayang kartun adalah sebuah permainan monolog siswa dalam
menceritakan suatu hal, siswa memainkan wayang kartun dengan berdialog antaranggota kelompoknya. Dari setiap kelompok dipilih mana yang paling baik
yang akan dipentaskan di depan kelas dan dari perwakilan kelompok ditentukan satu yang terbaik yang akan diberikan penghargaan.
Pembelajaran dengan media wayang kartun dapat memotivasi siswa agar aktif mengekspresikan pikiran dan perasaannya dengan bercerita, karena
53
media ini dapat membuat siswa yang enggan untuk bercerita dapat bermain dengan cara monolog. Dalam permainan wayang kartun ekspresi seorang
pencerita memang tidak begitu di perhatikan, sehingga anak yang tidak dapat bercerita di depan umum dapat ditutupi oleh wayang kartun yang dimainkannya.
Wayang kartun itu pun dibuat berdasarkan imajinasi anak atau pengalaman pribadi anak sesuai dengan perasaannya. Bercerita dikaitkan dengan wayang
kartun dapat melatih siswa berpikir secara kritis, imajinatif dan kreatif, serta penyampaian ceritanya kepada orang lain dapat menjadi lebih menarik dari
sekedar bermain monolog. Agar proses pembelajaran bercerita dapat berjalan dengan baik maka
dalam pembelajaran bercerita guru harus menggunakan media penyajian pembelajaran bercerita yang variatif serta sesuai dengan pembelajaran yang
dilakukan. Salah satunya dengan menggunakan media wayang kartun karena dengan media wayang tersebut dapat menarik perhatian dan minat siswa dalam
pembelajaran bercerita. Media wayang kartun juga berfungsi untuk membantu siswa memperoleh kemudahan ketika bercerita, karena dengan bantuan wayang
kartun sebagai media akan membangkitkan ide-ide siswa yang tertuang dalam sebuah cerita yang akan mereka ceritakan di depan kelas. Mereka juga tidak akan
canggung lagi bercerita menggunakan wayang kartun karena mereka tidak bercerita langsung menghadapi siswa-siswa lain melainkan dengan media wayang
mereka merasa menjadi tokoh dalam pewayangan tersebut. Hal itu dilakukan agar pembelajaran bercerita tidak monoton dan lebih
bervariasi. Oleh karena itu peneliti menggunakan media wayang dalam
54
pembelajaran bercerita yang akan dilakukan sehingga tidak membosankan bagi siswa.
Pembelajaran keterampilan bercerita melalui media wayang kartun yang dilakukan oleh peneliti diharapkan agar semua masalah pembelajaran
bercerita dalam kelas dapat teratasi. Guru harus bisa menciptakan suasana pembelajaran bercerita yang
menarik agar siswa antusias dalam kegiatan pembelajaran itu. Biasanya alur bercerita siswa kurang runtut dalam penyampaiannya. Sehingga, guru meminta
siswa membuat kerangka ceritanya terlebih dahulu ketika ingin memulai bercerita. Agar siswa merasa tertarik meka peneliti memberikan penjelasan tentang manfaat
dan tujuan berbicara khususnya bercerita. Selain itu, peneliti menyajikan faktor penentu keberhasilan bercerita serta pemilihan bahan yang sesuai. Semua hal
tersebut diharapkan akan meningkatkan keterampilan bercerita siswa. Skema tentang kerangka berpikir ini akan disajikan sebagai berikut.
55
2.4 Hipotesis Tindakan