152
4.2.1 Peningkatan Keterampilan Mengekspresikan Pikiran dan Perasaan
dengan Kegiatan Bercerita Menggunakan Media Wayang Kartun pada
Siswa Kelas VII A SMP Negeri I Kangkung
Sebelum pembelajaran bercerita menggunakan media wayang kartun diterapkan pada pembelajaran, tindakan pertama yang dilakukan yaitu tes
tindakan. tes ini bertujuan untuk mengetahui gambaran kondisi awal keterampilan siswa kelas VII A SMP negeri I Kangkung dalam bercerita. Berdasarkan hasil
analisis siswa kelas VII A SMP I Kangkung diperoleh rata-rata sebesar 47,53 termasuk kategori kurang.
Setelah peneliti melihat kondisi awal keterampilan siswa bercerita melalui hasil tes tindakan tersebut, peneliti melakukan tindakan pembelajaran
mengungkapkan pikiran dan perasaan dengan kegiatan bercerita menggunakan media wayang kartun. Proses pembelajaran bercerita dengan media wayang
kartun dilakukan 2 siklus, tiap siklus terdiri atas 2 pertemuan. Setiap pertemuan dilaksanakan dalam tiga tahap, yaitu kegiatan awal atau pendahuluan, kegiatan
inti, dan kegiatan akhir atau penutup. Pada pertemuan pertama, pembelajaran diawali dengan pendahuluan, yaitu peneliti melakukan apersepsi untuk
membentuk suasana kelas menjadi siap untuk menerima pelajaran dan memberitahukan kepada siswa materi yang akan dibahas pada pembelajaran hari
itu dan peneliti menjelaskan unsur-unsur bercerita. Selanjutnya, peneliti menjelaskan metode pembelajaran yang akan digunakan, yaitu pembelajaran
menggunakan media wayang kartun. Peneliti juga menyampaikan tujuan pembelajaran bercerita dengan menggunakan media wayang kartun dan
153
memotivasi siswa dengan cara menginformasikan manfaat bercerita dalam kehidupan sehari-hari. Pada siklus II sebelum masuk ke kegiatan inti, guru
memberikan penghargaan kepada tim yang berprestasi yang presentasi di depan kelas, kemudian ditanggapi tim lain.
Setelah pendahuluan, pembelajaran menuju kegiatan inti, yaitu peneliti menjelaskan materi mengenai keterampilan bercerita menggunakan media wayang
kartun, aspek-aspek apa saja yang harus dikuasai siswa dalam keterampilan bercerita. Guru membagi siswa menjadi 7 kelompok tim, tiap tim beranggotakan
6 siswa dengan berbagai jenis kelamin dan tingkat prestasi berdasarkan hasil dari tes siklus I sebelumnya.
Tabel 37. Perolehan Nilai Rata-rata Keterampilan Bercerita pada Siklus I, dan Siklus II
Aspek SI SII
Peningkatan
1 73 80 7
2 57 81 24
3 51 75 24
4 44 76 32
5 42 76 34
6 56 80 24
7 54 78 24
8 60 81 21
9 54 76 22
10 35 76 41
11 49 75 26
12 61 77 16
13 37 76 39
154
NA 618 1007 389
R 47.53 77.46 29.93
K eterangan :
Perolehan nilai rata-rata keterampilan bercerita. Aspek yang dinilai antara lain: 1 Ketepatan ucapan; 2 Penempatan tekanan, nada dan durasi yang
sesuai; 3 Pilihan kata diksi; 4 Ketepatan sasaran pembicaraan; 5 Sikap yang wajar, tenang, dan tidak kaku; 6 Pandangan ke arah audience 7 Pemaparan isi
pikiran dan perasaan; 8 Volume suara; 9 Kelancaran pengujaran; 10 Relevansi dan Penalaran; 11 Penguasaan topik; 12 Gerak-gerik dan mimik yang tepat; 13
Penggunaan media wayang kartun. Berdasarkan rekapitulasi data hasil tes keterampilan bercerita pada
siklus I, siklus I, dan siklus II, dapat diketahui bahwa jketerampilan bercerita terus meningkat. Uraian dari tabel 37 tersebut dapat dijelaskan secara rinci sebagai
berikut. Hasil tes siklus I nilai rata-rata 47,53 termasuk kategori kurang dalam
rentang nilai 40-59. Rata-rata tersebut berdasarkan dari jumlah skor rata-rata masing-masing aspek. Hasil tes siklus I pada aspek ketepatan ucapan sebesar 73.
Aspek penempatan, tekanan, nada, dan durasi yang sesuai sebesar 57. Aspek pilihan kata diksi sebesar 51.
Aspek ketepatan sasaran pembicaraan sebesar 44. Aspek sikap yang wajar, tenang, dan tidak kaku sebesar 42. Aspek pandangan ke arah audience 56. Aspek
pemaparan isi pikiran dan perasaan 54. 8 Aspek volume suara sebesar 60. Aspek kelancaran pengujaran 54. Aspek relevansi dan penalaran sebesar 35. Aspek
155
penguasaan topik sebesar 49. Aspek gerak-gerik dan mimik yang tepat sebesar 61. Aspek penggunaan media wayang kartun sebesar 37.
Hasil tes siklus II nilai rata-rata 77,46 termasuk kategori baik dalam rentang nilai 75-84. Rata-rata tersebut berdasarkan dari jumlah skor rata-rata
masing-masing aspek. Hasil tes siklus II pada aspek ketepatan ucapan sebesar 80. Dari hasil tersebut terjadi peningkatan sebesar 7 bila dibandingkan dengan hasil
tes pada siklus II. Aspek penempatan, tekanan, nada, dan durasi yang sesuai sebesar 81. Dari hasil tersebut terjadi peningkatan sebesar 24 bila dibandingkan
dengan hasil tes pada siklus I. Aspek pilihan kata diksi sebesar 75. Dari hasil tersebut menunjukkan peningkatan sebesar 24 bila dibandingkan dengan hasil tes
pada siklus I. Aspek penggunaan kalimat yang efektif sebesar 76. Dari hasil tersebut menunjukkan peningkatan sebesar 32 bila dibandingkan dengan hasil tes
pada siklus I. Aspek sikap yang wajar, tenang dan tidak kaku sebesar 76. Dari hasil tersebut menunjukkan peningkatan sebesar 34 bila dibandingkan dengan
hasil tes pada siklus I. Aspek kenyaringan suara sebesar 80. Dari hasil tersebut menunjukkan peningkatan sebesar 24 bila dibandingkan dengan hasil tes pada
siklus I. Aspek penguasaan topik sebesar 78. Dari hasil tersebut terjadi peningkatan sebesar 24 bila dibandingkan dengan hasil tes pada siklus I. Aspek
kelancaran pengujaran sebesar 81. Dari hasil tersebut terjadi peningkatan sebesar 21 bila dibandingkan dengan hasil tes pada siklus I. Aspek pandangan harus di
arahkan ke lawan bicara sebesar 76. Dari hasil tersebut menunjukkan peningkatan sebesar 22 bila dibandingkan dengan hasil tes pada siklus I. Aspek gerak-gerik
dan mimik yang tepat sebesar 76. Dari hasil tersebut terjadi peningkatan sebesar
156
41 bila dibandingkan dengan hasil tes pada siklus I. Aspek relevansi dan penalaran sebesar 75. Dari hasil tersebut menunjukkan peningkatan sebesar 26.
Aspek pemaparan isi, pikiran dan perasaan sebesar 77. Dari hasil tersebut terjadi peningkatan sebesar 16 bila dibandingkan dengan hasil tes pada siklus I. Aspek
ketepatan pendapat, sanggahan, dan solusi sebesar 76. Dari hasil tersebut menunjukkan peningkatan sebesar 39 bila dibandingkan dengan hasil tes pada
siklus I. Perolehan skor rata-rata tiap aspek pada siklus II dari uraian di atas
dapat disimpulkan bahwa keterampilan bercerita dengan menggunakan media
wayang kartun sudah banyak mengalami peningkatan sebesar 47,53 dari rata-rata
siklus I dan sebesar 77,46 dari rata-rata siklus II. Dari nilai tersebut dapat dimasukkan ke dalam kategori nilai baik pada rentang skor 75-84 dan sudah
memenuhi target nilai yang ditetapkan peneliti antara 75-80. Dengan demikian, tindakan siklus III tidak perlu dilakukan.
Peningkatan keterampilan bercerita menggunakan media wayang kartun siklus I dan siklus II, keterampilan bercerita masih kurang. Setelah
diterapkannya pembelajaran dengan media wayang kartun dapat membantu siswa untuk meningkatkan keterampilan bercerita menjadi lebih baik, dan siswa dapat
menggunakan media wayang kartun. Siswa menjadi terlatih dan terbiasa bercerita untuk mengungkapkan pikiran dan perasaaannya. Setelah dilakukannya
pembelajaran bercerita menggunakan media wayang kartun, siswa kelas VII A SMP I Kangkung lebih kreatif dan termotivasi untuk bercerita.
157
4.2.2 Perubahan Tingkah Laku Siswa Kelas VII A SMP I Kangkung