Kendala Subtitle Penerjemahan Film

Contoh: “Bahwa lelaki berambut panjang itu akan datang tidaklah mengejutk anku.” 74 karakter menjadi “Akuu tidak terkejut mengetahui lelaki berambut panjang itu akan datang.” 77 karakter. 14. Akronim, apostrof, numerik, dan simbol dapat menghemat tempat jika disingkat tetapi harus hati- hati dalam penyingkatannya. Seorang subtitler harus yakin bahwa singkatannya mudah dipahami dan sudah umum dipakai. Contoh: Akronim AS Amerika Serikat lebih dikenal daripada PM Perdna Menteri, apotrof: contoh dalam subtitle berbahasa Inggris I‟d like lebih umum daripada Mid‟bro Middlesborough, numerik: Penggunaan numerik untuk angka lebih dari dua belas. „Umurnya 25 tahun‟ lebih umum daripada „Cinta kita ber- 2‟, simbol lebih dikenal daripada . 15. Hanya dialek yang sudah ditata bahasakan saja yang boleh di subtitling. Contoh: Dalam bahasa Inggris bentuk kuno „you‟ adalah „thee‟. Bentuk ini boleh dipakai karena penggunaanya sudah umum dipakai dalam Bible. Akan tetapi bentuk sosialek seperti “Whadda ya doin?” tidak bisa dipakai karena tidak umum dan tidak dengan cepat dikenali dan dipahami oleh mata. 16. Bahasa tabu seharusnya tidak di sensor kecuali dengan alasan penghematan tempat. Dengan banyaknya aturan- aturan yang harus dipenuhi, kadangkala subtitler terjepit dengan masalah teknis yang muncul, yang menyebabkan subtitle yang dikerjakan tidak sesuai dengan standar, tetapi alangkah lebih baik bia seorang subtitler tetap berusaha sebaik mungkin untuk tetap setia dengan standar-standar yang telah ditetapkan demi menghasilkan kualitas subtitle yang baik.

d. Kendala Subtitle

Menerjemahkan teks film subtitling itu tidak mudah. Menerjemahkan teks film berbeda dengan menerjemahkan suatu karya sastra, buku, dokumen, ataupun teks literatur lainnya. Penerjemah film atau yang lebih dikenal dengan subtitler, akan menemui sejumlah kendala yang tidak bisa dianggap remeh untuk menghasilkan subtitle yang baik dan berkualitas karena subtitling memang memiliki tingkat kesulitan yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan penerjemahan teks pada umumnya. Seorang subtitler sedapat mungkin harus memenuhi sejumlah aturan atau stadar subtitle yang telah ditetapkan. Seorang subtitler tidak hanya sebatas mengalihkan makna bahasa sumber ke dalam bahasa sasaran tetapi juga muatan unsur budaya yang kental yang mungkin bertentangan dengan budaya sasaran. Apalagi, kendala dari sisi teknis, terutama dalam hal sinkronisasi, menjadi masalah cukup pelik bagi seorang subtitler karena dia harus menyesuaikan dengan waktu, batasan layar, dan lain sebagainya. Hatim dan Mason 1997: 78 menguraikannya sebagai berikut: a. Adanya pergerseran mode dari bentuk lisan ke bentuk tulisan. Hal ini akan berimbas pada ciri- ciri tutur tertentu, seperti dialek tak baku, intonasi, alih kode, dan turn taking yang tidak akan terwakili dalam bentuk tulisan. b. Adanya keterikatan dengan media atau saluran tempat pengalihan tersebut berlangsung. Misalnya, jumlah baris dan karakter per tayang yang berkaitan dengan keterbatasan waktu dan tempat. c. Kendala pada poin ke dua seperti diatas akan mengakibatkan adanya reduksi pada teks bahasa sumber. Oleh karenannya penerjemah dituntut untuk menerapkan strategi tertentu agar bahasa sumber dapat dialihkan ke dalam bahasa sasaran dengan baik, tanpa mengurangi pesan yang ada. d. Penyesuaian dengan gambar visual. Aspek visual dan audio dalam film tidak dapat dipisahkan sehingga kemunculan subtitle dengan gambar haruslah sesuai atau bersamaan.

3. Pragmatik