Hubungan Diagnosa Klinis dengan Pemanfaatan

101 Menurut Donabedian dalam Wijono 2000, ada tiga pendekatan penilaian mutu, yaitu dari aspek struktur, proses dan outcome. Aspek-aspek dalam struktur dan proses melekat langsung dalam hubungan pasien dengan dengan pemberi jasa pelayanan. Aspek-aspek tersebut meliputi pelayanan kesehatan, kompetensi petugas, peralatan dan fasilitas dan jaminan kesehatan yang mempengaruhi pemanfaatan pelayanan kesehatan. Manajemen RSUP H. Adam Malik Medan agar berupaya memperbaiki persepsi responden tentang pelayanan khususnya pada saat komunikasi petugas kesehatan dokter, perawat dan konselor dengan pasien. Komunikasi antara dokter atau konselor dengan pasien diupayakan untuk ditingkatkan agar tercipta bahwa dokter dan pasien TB MDR sebagai temanmitra

5.2.4 Hubungan Diagnosa Klinis dengan Pemanfaatan

Hasil penelitian diagnosa klinis sebanyak 63,9 pada kategori tidak baik. Diagnosa klinis merupakan penentuan jenis penyakit berdasarkan tanda dan gejala dengan menggunakan cara dan alat seperti; hasil analisa laboratorium, foto, dan klinik. Selama mendapatkan pelayanan penderita TB MDR seharusnya mendapat informasi yang akurat berdasarkan hasil diagnosa klinis. Diagnosis TB MDR dipastikan berdasarkan uji kepekaan. Semua suspek TB MDR diperiksa dahaknya untuk selanjutnya dilakukan pemeriksaan biakan dan uji kepekaan. Jika hasil uji kepekaan terdapat yang resisten minimal terhadap rifampisin dan INH, maka dapat ditegakkan diagnosis TB MDR. Diagnosis dan pengobatan yang cepat dan tepat Universitas Sumatera Utara 102 untuk TB MDR didukung oleh pengenalan faktor risiko untuk TB MDR, pengenalan kegagalan obat secara dini dan uji kepekaan obat Soepandi, 2010. Menurut Judarwanto 2013 menegakkan diagnosis suatu penyakit oleh seorang dokter seringkali tidak semudah yang dibayangkan. Beberapa kelainan atau penyakit yang berbeda sering menampakkan tanda dan gejala klinis yang sama, sehingga dalam beberapa kasus acapkali terjadi “Wrong Diagnosis” atau kesalahan diagnosis atau overdiagnosis suatu penyakit padahal seseorang tidak menderitanya. Dokter dengan kurangnya pengetahuan dalam pemberian dosis, lama pengobatan, efek samping dan paduan standar, pemakaian merek obat yang berganti dan kurangnya memberikan motivasi kepada pasien menambah besar masalah resistensi TB MDR. Dalam sebuah dari studi-studi di mana resep obat dari 449 dokter dianalisa, 75 dari para dokter ditemukan memiliki beberapa kesalahan resep obat Tambahan lagi adalah kurangnya penyuluhan dan fasilitas training bagi mereka. Kurangnya partisipasi pasien karena kurangnya informasi, kurangnya keuangan pasien, efek samping obat, mitos sosial tentang obat sering menyebabkan pengobatan tidak adekuat Aditama, 2002. Berdasarkan hasil wawancara dapat diambil suatu makna bahwa pasien yang tidak memanfaatkan poli TB MDR, yaitu sebesar 50,9, sebagian besar memiliki alasan bahwa; a belum sepenuhnya dapat menerima hasil diagnosa klinis, b penjelasan petugas kesehatan atas diagnosa klinis belum meyakinkan dan c hasil diagnosa klinis petugas kesehatan belum sepenuhnya tepat untuk mengatasi keluhan, sehingga tidak memanfaatkan poli TB MDR. Sedangkan pasien yang memanfaatkan, Universitas Sumatera Utara 103 yaitu sebesar 49,1 memiliki alasan bahwa hasil diagnosa klinis petugas kesehatan sudah meyakinkan, sehingga memanfaatkan poli TB MDR. Interaksi antara dokter dan pasien dalam aplikasi komunikasi diartikan tercapainya pengertian dan kesepakatan yang dibangun dokter bersama pasien pada setiap langkah penyelesaian masalah pasien. Hal ini sejalan dengan pendapat Konsil Kedokteran Indonesia 2006, keputusan pergi berobat ke dokter memerlukan proses dalam diri pasien. Ia perlu merumuskan alasan yang jelas bagi dirinya, mengapa merasa perlu pergi ke dokter. Selanjutnya, pertemuan pasien dengan dokter akan memengaruhi keputusannya, apakah ia akan meneruskan niatnya berobat ke dokter atau memilih cara lain. Aspek yang cukup dominan memengaruhi keputusan pasien dalam berobat ke dokter adalah komunikasi. Sikap dokter dan konselor dalam berkomunikasi dengan pasien dapat memberikan kesimpulan bagi pasien dalam pengambilan keputusan. Hasil uji statistik secara multivariat menunjukkan variabel diagnosa klinis berhubungan positif dan signifikan dengan pemanfaatan poli TB MDR dengan nilai probabilitas p=0,023p=0,05; dan nilai Exp B sebesar 8,773, artinya responden dengan diagnosa klinis yang baik mempunyai peluang 9 kali memanfaatkan poli TB MDR dibandingkan dengan diagnosa klinis tidak baik. Hasil penelitian ini didukung hasil penelitian Gitawatie dkk, 2004 menyimpulkan bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi angka resistensi TB MDR terkait kinerja program penanggulangan TBC paru di daerah setempat. Universitas Sumatera Utara 104 Ketepatan diagnosis mikroskopik untuk menetapkan kasus dengan BTA +, dan tingkat kepatuhan penderita untuk minum obat. Hasil penelitian ini sejalan dengan teori Donabedian 2005, menyatakan bahwa pemanfaatan pelayanan kesehatan merupakan interaksi antara konsumen dengan provider penyedia pelayanan. Tingkat kesakitan atau kebutuhan yang dirasakan oleh konsumen berhubungan langsung dengan penggunaan atau permintaan terhadap pelayanan kesehatan. Salah satu kebutuhan adalah kebutuhan atas hasil diagnosa klinis evaluated need. Manajemen rumah sakit agar berupaya memperbaiki persepsi responden terhadap keyakinan atas hasil diagnosa klinis petugas medis dokter, perawat, konselor dan khususnya ketika mengkomunikasikan penjelasan hasil diagnosa klinis untuk meyakinkan pasien menjalani terapi TB MDR.

5.3 Pemanfatan Rujukan Poli TB MDR RSUP HAM Medan