Pemanfatan Rujukan Poli TB MDR RSUP HAM Medan

104 Ketepatan diagnosis mikroskopik untuk menetapkan kasus dengan BTA +, dan tingkat kepatuhan penderita untuk minum obat. Hasil penelitian ini sejalan dengan teori Donabedian 2005, menyatakan bahwa pemanfaatan pelayanan kesehatan merupakan interaksi antara konsumen dengan provider penyedia pelayanan. Tingkat kesakitan atau kebutuhan yang dirasakan oleh konsumen berhubungan langsung dengan penggunaan atau permintaan terhadap pelayanan kesehatan. Salah satu kebutuhan adalah kebutuhan atas hasil diagnosa klinis evaluated need. Manajemen rumah sakit agar berupaya memperbaiki persepsi responden terhadap keyakinan atas hasil diagnosa klinis petugas medis dokter, perawat, konselor dan khususnya ketika mengkomunikasikan penjelasan hasil diagnosa klinis untuk meyakinkan pasien menjalani terapi TB MDR.

5.3 Pemanfatan Rujukan Poli TB MDR RSUP HAM Medan

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa pemanfaatan rujukan poli TB MDR lebih banyak pada kategori tidak memanfaatkan kunjungan 1 kali, yaitu sebanyak 50,9. Hasil penelitian ini sesuai dengan latar belakang sebelumnya yang mengungkapkan pemanfaatan rujukan poli TB MDR belum optimal. Berdasarkan hasil wawancara bahwa pasien yang datang memanfaatkan lebih banyak didampingi oleh keluarga untuk menguatkan diri dalam menjalani terapi. Pemanfaatan rujukan poli TB MDR yang belum optimal dapat ditinjau dari sisi consumer dan provider. Berdasarkan faktor consumer suspek TB MDR yang Universitas Sumatera Utara 105 tidak memanfaatkan dengan beragam alasan seperti; sebanyak 2 orang 1,8 menyatakan sebagai tulang punggung keluarga, sebanyak 6 orang 5,6 dengan alasan tidak ada keluarga yang mendampingi, sebanyak 34 orang 31,5 dengan alasan gejala penyakit tidak mengganggu aktivitas, sebanyak 13 orang 12,0 menyatakan mencari alternatif lain. Berdasarkan faktor provider sikap petugas medis yang belum sepenuhnya baik dalam memberikan pelayanan dan penyuluhan yang masih minim kepada suspek TB MDR. Berdasarkan hasil penelitian ini dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa walaupun faktor yang menghambat pasien tidak memanfaatkan kembali poli TB MDR lebih banyak dari faktor konsumen, namun hal ini tidak terlepas dari peran faktor provider untuk memotivasi pasien agar dapat memanfaatkan poli TB MDR. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Daku 2012 menyimpulkan bahwa penyebab MDRXDR- TB di Afrika Selatan berkisar tiga tema utama: a penyebab berpusat pada pasien 32,6 ; b kurangnya prosedur pengendalian infeksi 18,7 , dan c kegagalan sistem kesehatan 19,4. Solusi pendekatan pengobatan untuk mengatasi MDR XDR-TB difokuskan pada a pasien yang ditargetkan 38,4; b meningkatkan pengendalian infeksi 12,3; c sistem restrukturisasi 10,6, dan d diagnostik dan terapeutik 10. Demikian juga hasil penelitian Toungoussova 2001 menyimpulkan bahwa TB yang resistan terhadap obat merupakan masalah penting di Arkhangelsk Oblast, Russia. Penyebaran galur yang resistan terhadap obat dari TB MDR terkait dengan Universitas Sumatera Utara 106 beberapa faktor risiko seperti riwayat sebelumnya dan terputusnya pengobatan tuberkulosis. TB resisten obat anti TB OAT pada dasarnya adalah suatu fenomena buatan manusia, sebagai akibat dari pengobatan pasien TB tidak adekuat yang menyebabkan terjadinya penularan dari pasien TB MDR ke orang lainmasyarakat. Menurut Soepandi 2010 faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya TB MDR, yaitu: 1 Faktor mikrobiologik meliputi ; a resisten yang jarang terjadi misalnya resistensi terhadap rifampicin, b resisten yang didapat, c virulensi kuman, d tertular galur kuman MDR. 2 Faktor klinik meliputi; a penyelenggara kesehatan, keterlambatan diagnosis, pengobatan tidak mengikuti guideline, penggunaan paduan OAT yang tidak adekuat, yaitu karena jenis obatnya yang kurang atau karena lingkungan tersebut telah terdapat resitensi yang tinggi terhadap OAT yang digunakan misal rifampisin atau INH, tidak ada guideline, tidak ada kurangnya pelatihan TB, tidak ada pemantauan pengobatan, fenomena addition syndrome, yaitu suatu obat yang ditambahkan pada satu paduan yang telah gagal. Bila kegagalan ini terjadi karena kuman tuberkulosis telah resisten pada paduan yang pertama maka “penambahan” 1 jenis obat tersebut akan menambah panjang daftar obat yang resisten dan organisasi program nasional TB yang kurang baik Universitas Sumatera Utara 107 b obat, pengobatan TB jangka waktunya lama lebih dari 6 bulan, sehingga membosankan pasien, c pasien; PMO tidak ada kurang baik 3 Faktor Program meliputi; a tidak ada fasilitas untuk biakan, dan uji kepekaan, b amplifier effect, c tidak ada program DOTS-PLUS, d program DOTS belum berjalan dengan baik, e memerlukan biaya besar, 4 Faktor HIV-AIDS meliputi; a kemungkinan terjadi TB MDR lebih besar, b gangguan penyerapan, c kemungkinan terjadi efek samping lebih besar. 5 Faktor kuman, kuman M. tuberculosis super strains sangat virulen, daya tahan hidup lebih tinggi, berhubungan dengan TB MDR Menurut Soepandi 2010 pengobatan jangka pendek untuk TB MDR tidak tepat. Merupakan suatu kenyataan bahwa pengobatan TB apapun, tulang punggungnya adalah penetrapan strategi DOTS. Strategi DOTS diperlukan untuk mencegah resistensi dan pengobatan TB. Pada penatalaksanaan TB MDR yang diterapkan adalah strategi DOTS- plus. “S” diartikan strategi bukan Short –course therapy , “Plus” yang dimaksud adalah menggunakan OAT lini kedua dan kontrol infeksi. Becker 1974 dalam Notoatmodjo 2010, menyatakan tindakan individu untuk mencari pengobatan dan pencegahan penyakit akan didorong oleh keseriusan penyakit terhadap individu. Hal tersebut memperlihatkan bahwa terdapat kesesuaian antara teori dan fakta di lapangan bahwa pemanfaatan poli TB MDR dipengaruhi oleh salah satu faktor, yaitu keseriusan kerentanan penyakit yang dirasakan. Universitas Sumatera Utara 108

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan latar belakang penulisan, tujuan dan hipotesis maka sebagai kesimpulan penelitian sebagai berikut: 1. Faktor provider sikap petugas medis, penjelasan tentang pengobatan, penyuluhan berhubungan positif dan signifikan dengan pemanfaatan rujukan Poli TB MDR RSUP Haji Adam Malik Medan. 2. Faktor consumer pengetahuan, persepsi tentang penyakit, persepsi tentang pelayanan, diagnosa klinis berhubungan positif dan signifikan dengan pemanfaatan rujukan Poli TB MDR RSUP Haji Adam Malik Medan. 3. Faktor consumer yang terbesar hubungannya dengan pemanfaatan rujukan Poli TB MDR RSUP Haji Adam Malik Medan adalah variabel persepsi tentang penyakit. 6.2 Saran Dalam rangka meningkatkan pemanfaatan rujukan Poli TB MDR, maka disarankan kepada:

1. Manajemen RSUP Haji Adam Malik Medan sebagai Provider

1. Mengupayakan peningkatan kemampuan dan keterampilan petugas medis dokter, perawat, konselor tentang teknik berkomunikasi melalui pelatihan Service 108 Universitas Sumatera Utara