14
Anderson dan Newman dalam Notoatmodjo 2010 membuat suatu kerangka kerja teoritis untuk pengukuran pemanfaatan pelayanan kesehatan pribadi. Suatu hal
yang sangat penting dari artikel mereka adalah diterimanya secara luas definisi dari dimensi-dimensi penggunaan atau pemanfaatan pelayanan kesehatan. Anderson dan
Newman dalam Notoatmodjo 2010 menyamakan 3 dimensi dari kepentingan utama dalam pengukuran dan penentuan pelayanan kesehatan, yaitu tipe, tujuan atau
maksud, dan unit analisis.
a. Tipe Pelayanan Kesehatan
Tipe pelayanan kesehatan digunakan untuk memisahkan berbagai pelayanan kesehatan antara satu dengan yang lainnya. Anderson dan Newman dalam
Notoatmodjo 2010 menunjukkan bahwa ada perbedaan jangka waktu panjang dan pendek untuk masing-masing tipe pelayanan kesehatan seperti pelayanan rumah
sakit, pelayanan dokter, perawatan di rumah dan lain-lain. Faktor-faktor penentu determinan pada individu bervariasi dalam hal tipe
penggunaan pelayanan kesehatan. Karena perbedaan faktor penentu tersebut maka komponen utama dalam pengaturan pelayanan kesehatan harus memehartikan tipe
pelayanan kesehatan yang digunakan.
b.Tujuan Pelayanan Kesehatan
Tingkatan pelayanan kesehatan berdasarkan perawatan yang dilakukan dibedakan menjadi: pelayanan tingkat I primary, pelayanan tingkat II secondary,
pelayanan tingkat III tertiary, pelayanan tingkat dan IV custodial. Perawatan I dikaitkan dengan perawatan pencegahan preventive care. Perawatan II dikaitkan
Universitas Sumatera Utara
15
dengan perawatan perbaikan pengembalian individu ke tingkat semula dari fungsionalnya. Perawatan III dikaitkan dengan stabilitas dari kondisi yang
memehartikan penyakit jangka panjang. Perawatan IV dikaitkan semata-mata dengan kebutuhan pribadi dari pasien dan tidak dihubungkan dengan perawatan penyakit
Anderson dan Newman dalam Notoatmodjo, 2010.
c. Unit Analisis Pelayanan Kesehatan
Unit analisis pelayanan kesehatan merupakan dimensi ketiga 3 dalam kerangka kerja Anderson dan Newman dalam Notoatmodjo 2010 yang mendukung
3 perbedaan diantara unit-unit analisis, yaitu: kontak dengan pelayanan, volume pelayanan, frekuensi penyakit.
Alasan utama bagi perbedaan ini adalah bahwa ciri-ciri khas individu mungkin terkait dengan sejumlah penyakit yang diderita setiap individu, sedangkan
ciri-ciri khas dari sistem pelayanan khususnya pada dokter mungkin menjadi tanggung jawab utama bagi sejumlah akibat dari kontak kunjungan sebagai akibat
dari setiap frekuensi penyakit. Karena jumlah kontak, frekuensi dan volume pelayanan yang digunakan ditentukan oleh faktor-faktor yang berbeda, maka
pengukuran penggunaan pelayanan kesehatan akan membuat suatu perbedaan di antara unit-unit pelayanan kesehatan yang berbeda.
Sebagai contoh kita ingin mengukur pelayanan rumah sakit per 100 orang dalam 1 tahun, jumlah kunjungan dokter dalam tahun tertentu atau presentasi orang
yang mengunjungi seorang ahli gigi dalam 1 tahun. Ketiga indikator ini telah dipakai di Amerika dalam menguji kecenderungan penggunaan pelayanan kesehatan. Untuk
Universitas Sumatera Utara
16
itu kita perlu menaruh perhatian pada pengertian sifat umum pengaturan pelayanan kesehatan sebagaimana yang di cerminkan dalam konsep Anderson dan Newman
dalam Notoatmodjo 2010.
2.2.2. Tipe Umum dari Model Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan
Sejumlah riset telah dilakukan ke dalam faktor-faktor penentu determinan pemanfaatan pelayanan kesehatan. Kebanyakan dari riset inilah model-model adanya
penggunaan pelayanan kesehatan dikembangkan dan dilengkapi. 1. Tujuan Model Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan
Anderson dan Newman dalam Notoatmodjo 2010 menjelaskan bahwa model pemanfaatan pelayanan kesehatan ini dapat membantu atau memenuhi satu atau lebih
dari 5 tujuan sebagai berikut : a. Untuk melukiskan hubungan kedua belah pihak antara faktor penentu dari
pemanfaatan pelayanan kesehatan. b. Untuk meringankan peramalan kebutuhan masa depan pelayanan kesehatan.
c. Untuk menentukan ada atau tidak adanya pelayanan dari pemakaian pelayanan kesehatan yang berat sebelah.
d. Untuk menyarankan cara-cara memanipulasi kebijaksanaan yang berhubungan dengan variabel-variabel agar memberikan perubahan-perubahan yang
diinginkan. e. Untuk menilai pengaruh pembentukan program atau proyek-proyek pemeliharaan
atau perawatan kesehatan yang baru.
Universitas Sumatera Utara
17
2. Kategori Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Menurut Anderson dan Newman dalam Notoatmodjo 2010, kategori dari model-
model pemanfaatan pelayanan kesehatan adalah kependudukan, struktur sosial, psikologi sosial, sumber keluarga, sumber daya masyarakat, organisasi, dan
model-model sistem kesehatan. a. Model Demografi Kependudukan
Anderson dan Newman dalam Notoatmodjo 2010 menyatakan model demografi dalam pemanfaatan pelayanan kesehatan terkait dengan variabel-variabel : umur,
seks, status perkawinan, dan besarnya keluarga. Variabel-variabel yang digunakan sebagai ukuran mutlak atau indikator fisiologis yang berbeda umur, seks dan
siklus hidup status perkawinan, besarnya keluarga dengan asumsi bahwa perbedaan derajat kesehatan, derajat kesakitan, dan penggunaan pelayanan
kesehatan sedikit banyak akan berhubungan dengan variabel diatas. Karakteristik demografi juga mencerminkan atau berhubungan dengan
karateristik sosial perbedaan sosial dari jenis kelamin memengaruhi berbagai tipe dan ciri-ciri sosial.
b. Model-model Struktur Sosial Social Structur Models Pemanfaatan pelayanan kesehatan berdasarkan model-model struktur sosial
menurut Anderson dan Newman dalam Notoatmodjo 2010 melalui variabel : pendidikan, pekerjaan, dan kebangsaan. Variabel-variabel ini mencerminkan
keadaan sosial dari individu atau keluarga di dalam masyarakat.
Universitas Sumatera Utara
18
Pemanfaatan pelayanan kesehatan adalah salah satu aspek dari gaya hidup ini, yang ditentukan oleh lingkungan sosial, fisik, dan psikologis. Masalah utama dari
model struktur sosial dari pemanfaatan pelayanan kesehatan adalah bahwa kita tidak mengetahui mengapa variabel ini menyebabkan penggunaan pelayanan
kesehatan. c. Model-model Sosial Psikologis Psychological Models
Dalam model ini, Anderson dan Newman dalam Notoatmodjo 2010 menyatakan variabel yang dipakai adalah ukuran dari sikap dan keyakinan individu. Variabel-
variabel sosio-psikologis pada umumnya terdiri dari 4 kategori: 1. Pengertian kerentanan terhadap penyakit
2. Pengertian keseluruhan dari penyakit 3. Keuntungan yang diharapkan dari pengambilan tindakan, dalam menghadapi
penyakit 4. Kesiapan tindakan individu
Masalah utama dengan model ini adalah menganggap suatu mata rantai penyebab langsung antara sikap dan prilaku yang belum dapat dijelaskan.
d. Model Sumber Keluarga Family Resource Models Dalam model ini variabel yang dipakai adalah pendapat keluarga, cakupan asuransi
keluarga atau sebagai anggota suatu asuransi kesehatan dan pihak yang membiayai pelayanan kesehatan keluarga dan sebagainya. Karakteristik ini untuk menggukur
kesanggupan dari individu atau keluarga untuk memperoleh pelayanan kesehatan mereka Notoatmodjo, 2010.
Universitas Sumatera Utara
19
e. Model Sumber Daya Masyarakat Community Resource Models Pada model ini tipe model yang digunakan adalah penyediaan pelayanan kesehatan
dan sumber-sumber di dalam masyarakat, dan ketercapaian dari pelayanan kesehatan yang tersedia dan sumber-sumber di dalam masyarakat. Model sumber
daya masyarakat selanjutnya adalah suplai ekonomis yang berfokus pada ketersediaan sumber-sumber kesehatan pada masyarakat setempat Notoatmodjo,
2010. f. Model-model Organisasi Organization Models
Dalam model ini variabel yang dipakai adalah pencerminan perbedaan bentuk- bentuk sistem pelayanan kesehatan Notoatmodjo, 2010. Biasanya variabel yang
digunakan adalah: 1. Gaya style praktik pengobatan sendiri, rekanan, atau grup
2. Sifat nature dari pelayanan tersebut membayar langsung atau tidak 3. Letak dari pelayanan tempat pribadi, rumah sakit, atau klinik
4. Petugas kesehatan yang pertama kali kontak dengan pasien dokter, perawat asisten dokter.
g. Model Sistem Kesehatan Keenam kategori model pemanfaatan fasilitas kesehatan tersebut tidak begitu
terpisah, meskipun ada perbedaan dalam sifat nature. Model sistem kesehatan mengintegrasikan keenam model terdahulu ke dalam model yang lebih sempurna.
Untuk itu maka demografi, ciri-ciri struktur sosial, sikap, dan keyakinan individu atau keluarga, sumber-sumber di dalam masyarakat dan organisasi pelayanan
kesehatan yang ada, digunakan bersama dengan faktor-faktor yang berhubungan
Universitas Sumatera Utara
20
seperti kebijaksanaan dan struktur ekonomi pada masyarakat yang lebih luas negara. Dengan demikian apabila dilakukan analisis terhadap penyediaan dan
penggunaan pelayanan kesehatan oleh masyarakat maka harus diperhitungkan juga faktor-faktor yang terlibat didalamnya Notoatmodjo, 2010.
h. Model Kepercayaan Kesehatan The Health Belief Models Model kepercayaan adalah suatu bentuk penjabaran dari model sosiopsikologis
seperti disebutkan di atas. Munculnya model ini didasarkan pada kenyataan bahwa problem-problem kesehatan ditandai oleh kegagalan-kegagalan orang atau
masyarakat untuk menerima usaha-usaha pencegahan dan penyembuhan penyakit yang diselenggarakan oleh provider Notoatmodjo, 2010.
Kegagalan ini akhirnya memunculkan teori yang menjelaskan perilaku pencegahan penyakit preventive health behavior, yang dikembangkan dari teori lapangan oleh
Lewin dalam Notoatmodjo 2010 menjadi model kepercayaan kesehatan health belief model.
Teori Lewin menganut konsep bahwa individu hidup pada lingkup kehidupan sosial masyarakat. Dalam kehidupan ini individu akan bernilai, baik positif maupun
negatif di suatu daerah atau wilayah tertentu. Apabila keadaan individu dalam keadaan sehat maka individu tersebut dianalogikan dalam kondisi positif atau berada
pada daerah positif, artinya individu tersebut bebas dari suatu penyakit atau rasa sakit yang dianalogikan sebagai daerah negatif Notoatmodjo, 2010.
Apabila individu bertindak untuk melawan atau mengobati penyakitnya, ada empat variabel kunci yang terlibat di dalam tindakan tersebut, yakni kerentanan yang
Universitas Sumatera Utara
21
dirasakan, manfaat yang diterima dan rintangan yang di alami dalam tindakannya melawan penyakitnya, dan hal-hal yang memotivasi tindakan tersebut Notoatmodjo,
2010. 1. Kerentanan yang dirasakan Perceived susceptibility
Agar seorang bertindak untuk mengobati atau mencegah penyakitnya, ia harus merasakan bahwa ia rentan susceptibility terhadap penyakit tersebut. Dengan
kata lain, suatu tindakan pencegahan terhadap suatu penyakit akan timbul bila seseorang telah merasakan bahwa ia atau keluarga rentan terhadap penyakit
tersebut Notoatmodjo, 2010. 2. Keseriusan yang dirasakan Perceived serioussness
Tindakan individu untuk mencari pengobatan dan pencegahan terhadap suatu penyakit akan didorong pula oleh keseriusan penyakit tersebut terhadap individu
atau masyarakat. Penyakit demam berdarah, misalnya, akan dirasakan lebih serius dibandingkan dengan demam biasa. Oleh karena itu, tindakan pencegahan demam
berdarah akan lebih banyak dilakukan bila dibandingkan dengan pencegahan pengobatan demam biasa Notoatmodjo, 2010.
3. Manfaat dan rintangan-rintangan yang dirasakan Perceived benefit and barriers Apabila individu merasa dirinya rentan untuk pentakit-penyakit yang dianggap
gawat serius, ia akan melakukan suatu tindakan tertentu. Tindakan ini tergantung pada manfaat yang dirasakan dan rintangan-rintangan yang ditemukan
dalam mengambil tindakan tersebut. Pada umumnya manfaat tindakan lebih menentukan dari pada rintangan-rintangan yang mungkin ditemukan di dalam
melakukan tindakan tersebut Notoatmodjo, 2010.
Universitas Sumatera Utara
22
4. Isyarat atau tanda-tanda cues Untuk mendapatkan tingkat penerimaan yang benar tentang kerantanan,
kegawatan dan keuntungan tindakan, maka diperlukan isyarat-isyarat yang berupa faktor-faktor eksternal seperti : pesan-pesan dari media massa, nasihat atau
anjuran kawan-kawan atau anggota keluarga Notoatmodjo, 2010. i. Model Sistem Kesehatan Health System Model
Anderson dalam Notoatmodjo 2010 menggambarkan model sistem kesehatan health system model kedalam 3 tiga kategori utama pelayanan
kesehatan, yakni karakteristik predisposisi, karakteristik pendukung, dan karekteristik kebutuhan seperti pada Gambar 2.1.
Gambar 2.1 Model Perilaku Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan
Sumber: Anderson dalam Notoatmodjo 2010
Predisposing Enabling
Need
Demografic Age, Sex
Social Structure
Etnicity, Education,
Occupation of Head Family
Health Belief Family
Resourch Income,
Health Assurance
Community Resource
Health facility and
personal Perceived
Symptoms diagnose
Evaluated Symptons
diagnose
Health Services
Universitas Sumatera Utara
23
a. Karakteristik Predisposisi Predisposing Characteristic Masing-masing individu memiliki kecenderungan yang berbeda dalam
memanfaatkan pelayanan kesehatan. Hal ini dapat diramalkan dengan karakteristik pasien yang telah ada sebelum timbulnya episode sakit. Karakteristik ini meliputi :
ciri demografi, struktur sosial dan kepercayaan tentang kesehatan Anderson, dalam Notoatmodjo, 2010.
b. Karakteristik Pendukung Enabling Characteristic Faktor predisposisi harus didukung pula oleh hal-hal lain agar individu
memanfaatkan pelayanan kesehatan. Karakteristik pendukung ini antara lain, pendapatan, asuransi kesehatan dan ketercapaian sumber pelayanan kesehatan yang
ada. Bila faktor ini terpenuhi maka individu cenderung menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan yang ada pada saat sakit. Penderita penyakit yang tergolong
berat misalnya harus operasi atau rawat inap di rumah sakit, maka kondisi ekonomi merupakan penentu akhir bagi individu dalam memanfaatkan pelayanan
kesehatan Anderson dalam Notoatmodjo, 2010. c. Karakteristik Kebutuhan Need Factor
Faktor ini lebih menitikberatkan pada masalah apakah individu beserta keluarganya merasakan adanya penyakit, atau kemungkinan untuk terjadinya sakit. Kebutuhan
diukur dengan “perceived need” dan “evaluated need” melalui : jumlah hari individu tidak bisa bekerja, gejala yang dialaminya, penilaian individu tentang
status kesehatannya Anderson dalam Notoatmodjo, 2010.
Universitas Sumatera Utara
24
Salah satu faktor dalam predisposisi individu predisposing factor yang menentukan perilaku dalam pemanfaatan pelayanan kesehatan adalah kepercayaan
tentang kesehatan health belief. Kepercayaan tentang kesehatan terkait dengan aspek persepsi, sikap dan pengetahuan tentang penyakit dan pelayanan kesehatan
Anderson dalam Notoatmodjo, 2010.
2.2.3. Model Pemanfaatan Green
Keputusan pasien untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan tidak terlepas dari faktor perilaku yang dimiliki oleh masing-masing individu. Adapun Model perilaku
masyarakat dalam pemanfaatan pelayanan kesehatan dapat dijelaskan dengan Teori Green dalam Notoatmodjo 2010, yang dibedakan dalam tiga faktor yaitu :
a Faktor Predisposisi Predisposing Factors Faktor ini merupakan faktor anteseden, yaitu merupakan adanya sebuah
peristiwa yang dapat menjadikan seseorang berperilaku. Termasuk dalam faktor ini adalah pengetahuan, sikap, keyakinan, nilai dan persepsi yang berkenaan dengan
motivasi seseorang atau kelompok untuk bertindak. b Faktor Pemungkin Enabling Factors
Faktor pemungkin adalah faktor anteseden terhadap perilaku yang memungkinkan suatu motivasi atau aspirasi terlaksana. Termasuk dalam faktor
pemungkin adalah ketrampilan, sumber daya pribadi dan komunitas. Seperti tersedianya pelayanan kesehatan termasuk alat-alat kontrasepsi, keterjangkauan,
kebijakan, peraturan dan perundangan.
Universitas Sumatera Utara
25
c Faktor penguat Reinforcing Factors Faktor penguat adalah faktor yang menentukan apakah tindakan kesehatan
memperoleh dukungan atau tidak. Sumber penguat tentu saja tergantung pada tujuan dan jenis program. Faktor ini terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan
atau petugas lain yang merupakan kelompok referensi dari perilaku masyarakat.
2.3. Persepsi
Persepsi adalah suatu proses seorang individu memilih, mengorganisasi, dan menafsirkan informasi untuk menciptakan suatu gambaran yang bermakna. Persepsi
seorang dapat berbeda satu sama lainnya, meskipun dihadapkan pada suatu situasi dan kondisi yang sama. Hal ini dipandang dari suatu gagasan bahwa seseorang
menerima suatu objek rangsangan melalui penginderaan, penglihatan, pendengaran, pembauan, dan perasaan Robbins, 2006.
Robbins 2006 menyatakan terdapat tiga faktor yang memengaruhi persepsi, yakni pelaku persepsi, target yang dipersepsikan dan situasi. Ketika individu
memandang kepada objek tertentu dan mencoba menafsirkan apa yang dilihatnya, penafsiran itu sangat dipengaruhi oleh karakteristik pribadi individu pelaku persepsi
itu. Karakteristik pribadi yang memengaruhi persepsi adalah sikap, kepribadian, motif, kepentingan atau minat, pengalaman masa lalu, dan harapan.
Faktor-faktor yang memengaruhi persepsi terdiri atas dua faktor, yaitu faktor eksternal atau dari luar yakni concreteness, yaitu gagasan yang abstrak yang sulit
dibandingkan dengan yang objektif, novelty atau hal baru, biasanya lebih menarik
Universitas Sumatera Utara
26
untuk dipersepsikan daripada hal-hal lama, velocity atau percepatan, misalnya pemikiran atau gerakan yang lebih cepat dalam menstimulasi munculnya persepsi
lebih efektif dibanding yang lambat, conditioned stimuli yakni stimulus yang dikondisikan. Sedangkan faktor internal adalah motivasi, yaitu dorongan untuk
merespon sesuatu interest dimana hal-hal yang menarik lebih diperhatikan daripada yang tidak menarik, need adalah kebutuhan akan hal-hal tertentu dan terakhir
asumptions yakni persepsi seseorang dipengaruhi dari pengalaman melihat, merasakan dan lain-lain Robbins, 2006.
Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia 2006 persepsi diartikan sebagai: a tangapan penerimaan langsung dari sesuatu dan b proses seseorang mengetahui
beberapa hal melalui panca inderanya. Menurut Komarudin 2006, secara etimologis, persepsi berasal dari bahasa Latin percipere yang mempuyai pengertian:
a kesadaran intuitif berdasarkan firasat terhadap kebenaran atau kepercayaan langsung terhadap sesuatu, b proses dalam mengetahui objek-objek dan peristiwa-
peristiwa obyektif, c sesuatu proses psikologis yang memproduksi bayangan sehingga dapat mengenal obyek melalui berfikir asosiatif dengan cara inderawi
sehingga kehadiran bayangan itu dapat disadari yang disebut juga dengan wawasan. Persepsi seseorang dipengaruhi oleh : a frame of reference yaitu kerangka
pengetahuan yang dimiliki yang diperoleh dari pendidikan, pengamatan, atau bacaan ; b field of experience, yaitu pengalaman yang telah dialami yang tidak terlepas dari
lingkungan sekitarnya. Pembentukan persepsi sangat dipengaruhi oleh informasi atau rangsangan yang pertama kali diperolehnya. Pengalaman pertama yang tidak
Universitas Sumatera Utara
27
menyenangkan pada pelayanan rumah sakit atau informasi yang tidak benar mengenai rumah sakit akan berpengaruh terhadap pembentukan persepsi seorang
terhadap kebutuhan untuk memanfaatkan pelayanan kesehatan di rumah sakit. Menurut Zastrow et al. 2004 persepsi merupakan suatu proses yang timbul
akibat adanya aktifitas pelayanan yang diterima yang dapat dirasakan oleh suatu objek. Mengingat bahwa persepsi setiap orang terhadap suatu objek pelayanan akan
berbeda-beda. Oleh karena itu persepsi memiliki sifat subjektif yang merupakan suatu rasa puas atau tidak oleh adanya pelayanan.
Dari beberapa pengertian yang telah dikemukakan diatas terdapat perbedaan namun dapat disimpulkan bahwa pengertian atau pendapat satu sama lain saling
menguatkan, yaitu bahwa yang dimaksud dengan persepsi adalah suatu proses yang muncul lewat panca indera, baik indera penglihat, pendengar, peraba, perasa, dan
pencium, kemudian terus-menerus berproses sehingga mencapai sebuah kesimpulan yang berhubungan erat dengan informasi yang diterima dan belum sampai kepada
kenyataan yang sebenarnya, proses ini yang dimaksud dengan persepsi.
2.4. Perilaku 2.4.1. Definisi Perilaku