Hubungan Persepsi tentang Penyakit dengan Pemanfaatan

94 tentang TB paru mempunyai hubungan yang signifikan dengan kegagalan konversi p 0,001. Hasil penelitian ini juga sesuai dengan pendapat Notoatmodjo 2010, bahwa tindakan seseorang terhadap masalah kesehatan pada dasarnya dipengaruhi oleh pengetahuan seseorang tentang masalah tersebut. Dalam hal ini, pengetahuan yang dimiliki oleh penderita TB MDR berhubungan dengan tingkat kepatuhan berobat, semakin tinggi pengetahuan penderita TB MDR tentang penyakitnya maka akan semakin patuh berobat. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang overt behavior. Perilaku yang didasari pengetahuan akan lebih baik daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Kebiasaan sebagai bentuk perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan memengaruhi baik atau buruknya pengetahuan seseorang tentang penyakit. Menurut Notoadmojo 2010, pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Sebagian besar pengetahuan diperoleh melalui mata dan telinga. Pendapat di atas didukung teori Green dalam Notoatmodjo 2010 yang menyatakan bahwa pengetahuan merupakan bagian dari faktor predisposisi yang sangat menentukan dalam membentuk perilaku seseorang.

5.2.2 Hubungan Persepsi tentang Penyakit dengan Pemanfaatan

Hasil penelitian persepsi tentang penyakit 53,7 pada kategori tidak baik. Hal ini memberikan gambaran bahwa responden belum sepenuhnya menyadari tentang masalah penyakit TB MDR secara umum. Tuberkulosis adalah penyakit menular Universitas Sumatera Utara 95 langsung yang disebabkan oleh kuman yang disebut Mycobacterium tuberculosis dan bukan penyakit keturunan tetapi dapat ditularkan dari seseorang ke orang lain. Sebagian besar kuman TB paru menyerang paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya. Angka TB MDR diperkirakan sebesar 2 dari seluruh kasus TB baru lebih rendah dari estimasi di tingkat regional sebesar 4 dan 20 dari kasus TB dengan pengobatan ulang. Diperkirakan terdapat sekitar 6.300 kasus TB MDR setiap tahunnya Kemenkes RI, 2011 Persepsi merupakan suatu proses yang timbul akibat adanya aktivitas pelayanan yang diterima yang dapat dirasakan oleh suatu objek Persepsi setiap orang terhadap suatu objek akan berbeda-beda karena persepsi memiliki sifat subjektif yang merupakan suatu rasa puas atau tidak oleh adanya pelayanan. Menurut Robbins 2006 persepsi adalah suatu proses seorang individu memilih, mengorganisasi, dan menafsirkan informasi untuk menciptakan suatu gambaran yang bermakna. Persepsi seorang dapat berbeda satu sama lainnya, meskipun dihadapkan pada suatu situasi dan kondisi yang sama. Hal ini terkait dengan karakteristik responden sebagian besar dengan tingkat pendidikan SLTP-SLTA, yaitu sebanyak 87, pekerjaan sebagian besar BuruhTukang, yaitu sebanyak 52,8 dan sebanyak 63,9 tidak memiliki PMO. Berdasarkan hasil wawancara dapat disimpulkan bahwa pasien yang memanfaatkan poli TB MDR sebanyak 49,1 memiliki persepsi baik tentang penyakit dengan alasan rasa sakit yang dikeluhkan telah mengganggu aktivitas sehari- hari dan keluhan yang dirasakan dapat ditangani dengan teknologi medis. Sedangkan pasien yang tidak memanfaatkan poli TB MDR sebanyak 50,9 memiliki alasan Universitas Sumatera Utara 96 yang beragam, yaitu sebanyak 1,8 sebagai tulang punggung keluarga; sebanyak 5,6 tidak ada keluarga yang mendampingi, sebanyak 31,5 gejala penyakit tidak mengganggu aktivitas, dan sebanyak 12,0 mencari alternatif lain. Kedisiplinan pasien dalam menjalankan pengobatan juga perlu diawasi oleh anggota keluarga terdekat yang tinggal serumah, yang setiap saat dapat mengingatkan penderita untuk minum obat. Obat tuberkulosis harus diminum oleh penderita secara rutin selama enam bulan berturut-turut tanpa henti. Apabila pengobatan terputus tidak sampai enam bulan, penderita sewaktu-waktu akan kambuh kembali penyakitnya dan kuman tuberkulosis menjadi resisten sehingga membutuhkan biaya besar untuk pengobatannya Hiswani, 2006. Pengertian penyakit yang mempunyai konotasi biomedik dan sosio kultural. Dalam bahasa Inggris dikenal kata disease dan illness. Disease dimaksudkan gangguan fungsi atau adaptasi dari proses-proses biologik dan psikofisiologik pada seorang individu, sedangkan illness merupakan reaksi personal, interpersonal, dan kultural terhadap penyakit atau perasaan kurang nyaman. Menurut Suchman dalam Notoatmodjo, 2010 pada tahap asumsi peranan sakit the assumption of the sick role, individu berusaha mengobati sendiri dengan caranya sendiri, mulai mencari informasi dari tetangga atau anggota keluarga yang lain, minta pengakuan dari orang lain bahwa dia sakit, bahkan minta dibebaskan sementara dari tugasnya sehari-hari. Hal ini didukung oleh pernyataan Smet 2004 bahwa ada beberapa alasan seseorang menunda bantuan medis. Umumnya tidak adanya rasa sakit merupakan faktor utama dalam penundaan bantuan medis. Faktor ini sangat penting karena rasa sakit bukan merupakan gejala yang utama dari banyak penyakit serius. Hal ini Universitas Sumatera Utara 97 penting karena gejala penyakit kronis tidak begitu kelihatan dan mengganggu pada permulaan kehidupan individu. Jadi apabila gejalanya menjadi serius, seseorang baru mencari pengobatan. Hasil uji statistik secara multivariat menunjukan variabel persepsi tentang penyakit berhubungan positif dan signifikan dengan pemanfaatan poli TB MDR dengan nilai probabilitas p=0,010p=0,05; dan nilai Exp B sebesar 12,017, artinya responden yang memiliki persepsi baik tentang penyakit mempunyai peluang 12 kali memanfaatkan poli TB MDR dibandingkan dengan responden yang memiliki persepsi tentang penyakit tidak baik. Hasil penelitian ini didukung oleh hasil penelitian Amaliah 2012 yang menyimpulkan bahwa persepsi penderita terhadap penyakit TB yang buruk memiliki risiko terjadinya kegagalan konversi sebesar 1,877 kali lebih besar dibanding penderita dengan persepsi penderita terhadap penyakit TB yang baik, Namun secara statistik tidak terdapat hubungan yang signifikan antara persepsi penderita terhadap penyakit TB paru dengan kegagalan konversi. Persepsi masyarakat tentang sehat-sakit ini sangat dipengaruhi oleh unsur pengalaman masa lalu disamping unsur sosial budaya. Sebaliknya petugas kesehatan berusaha sedapat mungkin menerapkan kriteria medis yang obyektif berdasarkan gejala yang tampak guna mendiagnosis kondisi fisik individu. Persepsi tentang sakit antara pasien dan petugas kesehatan berbeda, disebabkan konsep sehat-sakit yang tidak sejalan atau bertentangan dengan konsep sehat-sakit yang diberikan oleh pihak penyelenggara pelayanan kesehatan. Menurut Notoatmodjo 2010, sakit dapat dikelompokkan menjadi 4 bagian, yaitu; 1 seseorang tidak mempunyai atau Universitas Sumatera Utara 98 menderita penyakit dan juga tidak merasa sakit no disease and no illness dalam keadaan ini orang tersebut sehat menurut petugas kesehatan, 2 secara klinis apabila seseorang mendapat serangan penyakit namun orang itu tidak merasakan sakit disease but no illness, oleh karena itu mereka tetap menjalankan kegiatannya sehari- hari sebagaimana orang sehat. Konsep sehat menurut masyarakat bila seseorang dikatakan sakit apabila sudah tidak dapat bangkit dari tempat tidur, sehingga tidak dapat menjalankan pekerjaannya sehari-hari, 3 tidak ada penyakit pada seseorang tetapi orang tersebut merasa sakit illness but no disease, pada kenyataannya kondisi seperti ini jarang ditemui pada masyarakat, dan 4 seseorang memang menderita sakit dan iapun merasa sakit juga illness with disease. Kondisi inilah sebenarnya yang dikatakan bahwa orang tersebut benar-benar sakit dan dalam kondisi seperti inilah pasien baru datang berobat atau mencari pengobatan. Persepsi pasien tentang sakit ini akan memengaruhi perilaku mereka tentang pemanfaatan pelayanan kesehatan. Hasil penelitian ini sejalan dengan teori Donabedian 2005, menyatakan bahwa pemanfaatan pelayanan kesehatan merupakan interaksi antara konsumen dengan provider penyedia pelayanan. Tingkat kesakitan atau kebutuhan yang dirasakan oleh konsumen berhubungan langsung dengan pengunaan atau permintaan terhadap pelayanan kesehatan. Kebutuhan, terdiri atas kebutuhan yang dirasakan perceived need dan diagnosa klinis evaluated need. Kebutuhan yang dirasakan perceived need ini dipengaruhi oleh faktor sosio demografis dan faktor sosio psikologis terdiri dari persepsi, dan kepercayaan terhadap pelayanan medis atau dokter. Universitas Sumatera Utara 99 RSUP Haji Adam Malik Medan agar berupaya memperbaiki persepsi responden yang keliru tentang penyakit TB MDR, sehingga mereka tidak memanfaatkan poli TB MDR. Salah satu cara dalam pemberian informasi adalah melalui kegiatan Promosi Kesehatan Rumah Sakit PKRS kepada kelompok pasien TB MDR yang memanfaatkan pelayanan dengan memberikan penyuluhan secara terintegrasi, yaitu kepada individu, kelompok kecil dan kelompok besar dan bila memungkinkan secara massa dalam rangka memberikan dukungan mental emosional didampingi oleh konselor terlatih.

5.2.3 Hubungan Persepsi tentang Pelayanan dengan Pemanfaatan