78
4.3.7 Hubungan Diagnosa Klinis dengan Pemanfaatan
Berdasarkan diagnosa klinis diketahui bahwa dari 69 orang responden yang menyatakan hasil diagnosa klinis tidak baik ada sebanyak 51 orang 73,9 kategori
tidak memanfaatkan dan sebanyak 18 orang 26,1 memanfaatkan. Ada kecenderungan responden yang menyatakan diagnosa klinis tidak baik lebih banyak
tidak memanfaatkan. Berdasarkan uji statistik Chi-square diperoleh nilai
x
2
=40,400; p=0,001p=0,05, artinya ada hubungan yang signifikan antara diagnosa klinis
dengan pemanfaatan. Hasil uji secara statistik disajikan pada Tabel 4.24.
Tabel 4.24 Hubungan Diagnosa Klinis dengan Pemanfaatan
Diagnosa Klinis
Pemanfaatan Jumlah
X
2
p Memanfaatkan
Tidak Memanfaatkan
n n
n
Tidak baik 18
26,1 51
73,9 69
100 40,400 0,001
Baik 35
89,7 4
10,3 39
100
4.4 Analisis Multivariat
4.4.1 Menilai Kelayakan Model Regresi
Sebelum dilakukan uji hipotesis terlebih dahulu dihitung goodness of fit, yaitu untuk mengetahui apakah model regresi sudah fit. Uji hipotesis menggunakan uji
Hosmer and Lomeshow Test. Berdasarkan hasil uji Hosmer and Lomeshow test diperoleh nilai Chi Square test sebesar 13,919 dengan nilai p=0,084p=0,05, hal ini
memberikan makna bahwa model regresi sudah fit atau layak. Artinya variabel faktor provider dan consumer dapat digunakan untuk memprediksi variabel pemanfaatan.
Hasil uji Hosmer and Lemeshow Test pada lampiran 4.
Universitas Sumatera Utara
79
4.4.2 Menilai Keseluruhan Model Overall Model Fit
Langkah ini bertujuan untuk menguji model secara keseluruhan melalui uji Nagelkerke R square. Berdasarkan koefisien Nagelkerke R square diperoleh bahwa
ketujuh indikator variabel faktor provider dan faktor consumer mampu menjelaskan sebesar 86,4 keragaman total dari pemanfaatan dan sisanya sebesar 13,6
dijelaskan oleh faktor lain diluar model. Hasil pengujian overall model fit disajikan pada Tabel 4.25.
Tabel 4.25 Model Summary
Step -2 Log likelihood
Cox Snell R Square Nagelkerke
R Square
1 37,004
0,648 0,864
4.4.3 Pengujian Hipotesis
Analisis multivariat model regresi logistik berganda harus memenuhi persyaratan hasil pengujian. Persyaratan yang dimaksud, yaitu indikator variabel
independen yang disertakan kedalam uji multivariat harus memiliki nilai uji statistik p0,25 pada uji bivariat Tabel 4.18, Tabel 4.19, Tabel 4.20, Tabel 4.21, Tabel
4.22, Tabel 4.23. dan Tabel 4.24 Berdasarkan hasil uji bivariat dengan metode chi-square seluruh variabel
bebas memiliki nilai p0,25, karena nilai p0,25, sehingga seluruh indikator variabel bebas faktor provider, yaitu sikap petugas medis, penjelasan tentang pengobatan, dan
penyuluhan sedangkan faktor consumer, yaitu pengetahuan, persepsi tentang penyakit, persepsi tentang pelayanan, dan diagnosa klinis disertakan dalam uji regresi
logistik.
Universitas Sumatera Utara
80
Hasil uji regresi logistik menggunakan metode enter diketahui bahwa indikator faktor provider dan consumer yang diuji seluruhnya berhubungan signifikan
terhadap pemanfaatan p0,05 Tabel 4.26. Dengan demikian hipotesis yang berbunyi “Faktor provider sikap petugas medis, penjelasan tentang pengobatan,
penyuluhan dan Consumer pengetahuan tentang TB MDR, persepsi tentang penyakit TB MDR, persepsi tentang pelayanan TB MDR, diagnosa klinis TB MDR
berhubungan dengan Pemanfaatan Rujukan Poli Tuberkulosis Multi Drug Resistant di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan” diterima.
Hasil pengujian dapat dijelaskan sebagai berikut : a. Sikap petugas medis mempunyai nilai Exp B sebesar 9,984, artinya dengan sikap
petugas medis yang baik responden mempunyai peluang 10 kali memanfaatkan poli TB MDR dibandingkan dengan sikap petugas medis tidak baik.
b. Penjelasan tentang pengobatan mempunyai nilai Exp B sebesar 8,167, artinya dengan penjelasan tentang pengobatan yang baik responden mempunyai peluang 8
kali memanfaatkan poli TB MDR dibandingkan dengan penjelasan tentang pengobatan yang tidak baik.
c. Penyuluhan mempunyai nilai Exp B sebesar 7,747, artinya responden yang mendapat penyuluhan mempunyai peluang 8 kali memanfaatkan poli TB MDR
dibandingkan dengan responden yang tidak mendapat penyuluhan. d. Pengetahuan mempunyai nilai Exp B sebesar 6,654, artinya responden yang
memiliki pengetahuan baik tentang TB MDR mempunyai peluang 7 kali memanfaatkan poli TB MDR dibandingkan dengan responden yang memiliki
pengetahuan tidak baik.
Universitas Sumatera Utara
81
e. Persepsi tentang penyakit mempunyai nilai Exp B sebesar 12,017, artinya responden yang memiliki persepsi baik tentang penyakit mempunyai peluang 12
kali memanfaatkan poli TB MDR dibandingkan dengan responden yang memiliki persepsi tidak baik.
f. Persepsi tentang pelayanan mempunyai nilai Exp B sebesar 10,298, artinya responden yang memiliki persepsi baik tentang pelayanan mempunyai peluang 10
kali memanfaatkan poli TB MDR dibandingkan dengan responden yang memiliki persepsi tidak baik.
g. Diagnosa klinis mempunyai nilai Exp B sebesar 8,773, artinya responden dengan diagnosa klinis yang baik mempunyai peluang 9 kali memanfaatkan poli
TB MDR dibandingkan dengan diagnosa klinis tidak baik. h. Variabel persepsi tentang penyakit mempunyai nilai Exp B paling besar, yaitu
12,017 dengan koefisien B 2,486. Hasil uji regresi logistik berganda disajikan pada Tabel 4.26.
Tabel 4.26 Hasil Uji Regresi Logistik Berganda Variabel
B SE
Wald df Sig.
Exp.B
Sikap petugas medis 2,301 1,022 5,069 1 0,024
9,984 Penjelasan tentang pengobatan
2,100 1,004 4,374 1 0,036 8,167
Penyuluhan 2,047 0,989 4,282 1 0,039
7,747 Pengetahuan
1,895 0,949 3,992 1 0,046 6,654
Persepsi tentang penyakit 2,486 0,966 6,627 1 0,010 12,017
Persepsi tentang pelayanan 2,332 1,045 4,976 1 0,026 10,298
Diagnosa klinis 2,172 0,952 5,201 1 0,023
8,773 Constant
-6,851 1,671 16,807 1 0,000 0,001
Universitas Sumatera Utara
82
BAB 5 PEMBAHASAN
5.1 Hubungan Faktor Provider dengan Pemanfaatan Rujukan Poli TB MDR
RSUP Haji Adam Malik Medan
Faktor Provider konsumen dalam penelitian terdiri dari indikator sikap petugas medis, penjelasan tentang pengobatan, dan penyuluhan. Pembahasan
masing-masing indikator sebagai berikut:
5.1.1 Hubungan Sikap Petugas Medis dengan Pemanfaatan
Hasil penelitian menunjukkan sikap petugas medis dokter, perawat dan konselor sebanyak 62,0 pada kategori tidak baik. Hal ini memberikan gambaran
bahwa petugas medis di poli TB MDR belum sepenuhnya bersikap baik dalam memberikan pelayanan kepada pasien, sehingga pasien belum sepenuhnya
memanfaatkan poli TB MDR. Tokoh kunci dalam proses penyembuhan suatu penyakit ialah petugas kesehatan. Umumnya masyarakat menganggap seorang dokter
mempunyai pengetahuan dan ketrampilan untuk mendiagnosa dan menyembuhkan penyakit, sehingga dia memiliki wewenang melakukan tindakan terhadap pasien demi
pencapaian kesembuhannya. Hasil wawancara terhadap pasien yang memanfaatkan poli TB MDR sebagian
besar responden menyatakan bahwa petugas medis dokter, perawat, konselor kurang ramah dalam melayani pasien, dan petugas medis belum sepenuhnya dapat merespon
keluhan pasien, serta dokter belum spenuhnya bersedia untuk membuat janji temu
82
Universitas Sumatera Utara