kelas III SDMI. Dengan demikian, bagi santri kelompok TKA, sekalipun mereka sudah tadarus al-
Qur’an TKA Paket B mereka belum dituntut target penguasaan ilmu Tajwid. Bagi mereka, yang
diutamakan pembiasaan dan ketapatan membaca bacaan “Mujawwad” tanpa harus tahu secara teotitis kaidah-kaidah Ilmu
Tajwid. Kalaupun harus memperkenalkan teorinya, hal itu bersifat terbatas, yakni terbatas pada bagian ilmu Tajwid yang mudah
diingat dan dipahami anak. Itu pun dengan mempertimbangkan tingkat kecerdasan anak yang bersangkutan.
b Proses pembelajarannya dilakukan secara klasikal melalui metode
dan alat bantu atau media yang praktis, komunikatif, dan menarik bagi anak. Dalam hubungan ini, alat peraga dalam bentuk bagan,
alat permainan dan kemasan dalam bentuk lagu-lagunyanyian adalah termasuk cara-cara yang menarik dan disenangi anak. Dan
terbukti cukup efektif. Karenanya perlu dikembangkan dan dimasyarakatkan.
c Mengenai buku pegangan santri, Buku “Cara Cepat Belajar Tajwid
Praktis” susunan K.H. As’ad Humam Alm. cukup memadai untuk dijadikan standar. Namun demikian, guru yang bertugas dituntut
untuk mengembangkannya, terutama dalam segi metodologi pengajarannya. Karena buku tersebut belum dilengkapi dengan
cara mengerjakannya. d
Seperti halnya pada tahap paket Iqra’, maka pada tahap tadarus ini, bimbingan dan peyimakan dari guru lebih menekankan pada target
ketepatan membaca ketimbang kecepatan pencapaian jumlah yang dibacanya. Dengan kata lain, lebih menekankan segi kualitas
bacaan daripada kuantitas jumlah bacaannya orientasi kualitas ini dilakukan secara intensif sejak juz-juz awal minimal juz 1 sampai
juz IIIakhir surah Ali Imran. Untuk juz-juz berikutnya, santri dirangsang untuk giat membacanya tidak hanya pada jam-jam
belajar di TKTP al- Qur’an, melainkan pula terutama di
rumahnya masing-masing. Seiring dengan kegairahan membaca al- Qur’an tersebut ingat motto Tiada Hari Berlalu Tanpa Tadarus al-
Qur’an, tingkat penguasaan Tadarus tersebut ditunjang dengan
pembelajaran ilmu Tajwid. Dalam Kurikulum 1997, materi ilmu Tajwid ini diberlakukan bagi santri kelompok TPA Paket B.
5. Hafalan Ayat Pilihan
a Yang dimaksud dengan ayat pilihan adalah ayat al-Qur’an yang
dipilih dari surah tertentu selain surah yang terhimpun dalam Juz „AmmaJuz ke-30 sebagai bahan hafalan bagi santri. Dalam hal ini
santri TPA Paket B. Ayat Pilihan dimaksud adalah sejumlah ayat tertentu yang berisi tuntunan tentang Aqidah, Syari’ah, Akhlaq,
dan Ayat yang berisi tentang rahasia alam Ayat Kauniyah Paket materi hafalan ayat pilihan tersebut adalah sebagai berikut:
Surah al-Baqarah Q.S. 2 ayat 284-286 Surah Ali Imran Q.S. 3 ayat 133-136
Surah an-Nahl Q.S. 16 ayat 65-69 Surah al-Mu’minun Q.S. 23 ayat 1-11
Surah Luqman Q.S. 31 ayat 12-19 Surah al-Fath Q.S. 48 ayat 28-29
Surah ar-Rahman Q.S. 55 ayat 1-16 Surah al-Jumu’ah Q.S. 62 ayat 9-11
b Proses pembelajaran hafalan ayat pilihan, dalam banyak hal tidak
berbeda dengan proses pembelajaran hafalan surah pendek, yaitu: Disajikan melalui pendekatan klasikal dengan variasi pendekatan
individual, dihafal bersam secara bertahap dan berulang-ulang, dan bukti kelulusannya didata dalam Data Prestasi Hafalan. Bedanya
hafalan ayat pilihan ini tidak disatu-paketkan dengan Materi hafalan bacaan shalat dan praktik shalat.
c Berhubung materi hafalan ayat pilihan ini tidak sepopuler surah-
surah pendek karena surah pendek sering dibaca waktu shalat, maka teknis pembelajarannya, selain dihafal di luar kepala, juga
ditopang melalui tulisan. Maksudnya, ayat pilihan tersebut ditulis dan pada buku catatan anak. Hal ini dapat didapatkan dengan
program materi Tahsinul Kitabah Materi Penunjang. Dengan demikian diharapkan dapat menunjang memori anak, baik dari segi
ketepatan dalam cara pengucapannya maupun segi penulisannya, dan yang tak kurang pentingnya adalah segi pemahaman dan
penghayatan terhadap kandungan maknanya. Untuk itu sebaiknya guru memberikan penjelasan tentang isi ayat yang bersangkutan.
Tentu saja dengan penafsiran yang proporsional dan dengan bahasa yang mudah dimengerti anak- anak. Dengan cara demikian, para
santri diharapkan menjadi akrab terhadap ayat pilihan tersebut, sehingga upaya untuk menghafalkannya semakin antusias.
6. Tahsinul Kitabah
a Materi Tahsinul Kitabah ialah bahan pengajaran tentang cara
belajar menulis huruf al- Qur’an huruf dan angka Arab.
Bimbingan belajar menulis huruf al- Qur’an ini pada dasarnya
diikuti oleh semua santri, baik santri TKA maupun santri kelompok TPA.
b Materi dan teknis pembelajaran Tahsinul Kitabah ini disesuaikan
denga taraf kemampuan anak. Bagi anak yang masih taraf pemula, terutama anak TKA, materi ini diawali dengan pendekatan
menggambarmewarnai TKA Paket A. Hal ini dimaksudkan sebagai pemberian dasar-dasar menulis, sekaligus dalam rangka
melatih keterampilan motorik halus mereka. c
Proses pembelajarannya, selain melalui pendekatan klasikal, juga melalui pendekatan individual. Untuk materi ini, guru yang
bertugas dituntut keahlian khusus berupa keterampilan menulis yang benar dan baik, sesuai dengan kaidah huruf Arab. Salah satu
alat batunya adalah papan tulis, kapur tulis, buku tulis, pensil khusus, pensil berwarna, buku panduan Tahsinul Kitabah, dan
sebagainya.
Berdasarkan uraian di atas maka dapat dikatakan bahwa ruang lingkup pembelajaran baca tulis al-
Qur’an mencakup pengenalan huruf hijaiyyah, Ilmu Tajwid termasuk makharijul huruf cara membunyikan
huruf menurut tempat keluarnya, menulis huruf al- Qur’an huruf dan
angka Arab dengan metode yang menyenangkan dan disesuaikan dengan karakteristik anak didik.
B. Anak Usia Dini
1. Pengertian Anak Usia Dini
Di Indonesia, anak usia dini ditujukan kepada anak yang berusia 0 sampai 6 tahun. The National Association for the Education for Young
Children NAECY, membuat klasifikasi rentang usia dini early childhood yaitu sejak lahir sampai usia delapan tahun.
25
Anak usia prasekolah juga termasuk dalam kategori anak usia dini. Biechler dan Snowman menegaskan anak usia prasekolah yaitu anak yang
berusia antara 3-6 tahun.
26
Jadi, yang dimaksud dengan anak usia dini di Indonesia adalah anak yang masih kecil dimana termasuk dalam kategori rentangan usia dari
sejak lahir sampai usia sekitar enam tahun.
2. Karakteristik dan Aspek Perkembangan Anak Usia Dini
Beberapa karakteristik yang khas pada anak usia dini, antara lain dorongan rasa serba ingin tahu yang besar terhadap apa saja di dekatnya,
mobilitas yang tinggi bergerak dan bergerak, dan bermain tanpa kenal waktu.
27
25
Masnipal, Siap Menjadi Guru dan Pengelola PAUD Profesional, Jakarta: PT. Elex Media Komputindo, 2013, h. 78.
26
Anita Yus, Penilaian Perkembangan Belajar Anak Taman Kanak-Kanak, Jakarta: Kencana, 2011, h. 16.
27
Masnipal, op. cit, h. 82.
Berikut ini dikemukakan ciri-ciri fisik, sosial, emosi, dan kognitif anak menurut Biechler dan Snowman dalam Anita Yus:
28
1. Ciri Fisik
a. Sangat aktif.
b. Melakukan banyak kegiatan.
c. Otot-otot besar lengan, kaki lebih dahulu berkembang dari otot
yang lebih kecil jari. d.
Koordinasi tangan, kaki, dan mata belum sempurna. e.
Tubuh lentur sehingga mudah bergerak. f.
Anak laki-laki umumnya lebih besar dari anak perempuan. 2.
Ciri Sosial a.
Bersahabat hanya pada satu atau dua orang dan mudah berganti. b.
Bermain dalam kelompok kecil. c.
Anak yang lebih muda bermain bersebelahan dengan anak yang lebih besar.
d. Pola bermain bervariasi sesuai dengan kelas sosial dan gender.
e. Sering terjadi perselisihan dan mudah berbaikan kembali.
f. Telah menyadari peran jenis kelamin.
3. Ciri Emosi
a. Mengekspresikan emosinya dengan bebas dan terbuka. Sikap
marah lebih sering diperlihatkan. b.
Iri hati pada anak lain. Selalu memperebutkan perhatian orang dewasa di dekatnya gurunya.
4. Ciri Kognitif
a. Umumnya terampil dalam berbahasa.
b. Memiliki rasa ingin tahu yang besar.
c. Mengemukakan pikiran secara terbuka dan spontan.
Selanjutnya Isjoni menjelaskan lebih rinci tentang karakteristik anak usia dini usia 4-6 tahun sebagai berikut:
29
28
Anita Yus, op. cit, h. 17.
a. Berkaitan dengan perkembangan fisik, anak sangat aktif melakukan
berbagai kegiatan. Hal itu bermanfaat untuk pengembangan otot-otot kecil maupun besar, seperti memanjat, melompat dan berlari.
b. Perkembangan bahasa juga semakin baik. Anak sudah mampu
memahami pembicaraan orang lain dan mampu mengungkapkan pikirannya dalam batas-batas tertentu, seperti meniru, mengulang
pembicaraan. c.
Perkembangan kognitif daya pikir sangat pesat, ditunjukkan dengan rasa ingin tahu anak yang luar biasa terhadap lingkungan sekitar. Hal
itu terlihat dari seringnya anak menanyakan segala sesuatu yang dilihat.
d. Bentuk permainan anak masih bersifat individu, bukan permainan
sosial, walaupun aktivitas bermain dilakukan anak secara bersama. Maka dapat disimpulkan bahwa karakteristik yang terdapat pada anak
usia dini yaitu rasa ingin tahu yang besar terhadap lingkungannya, terus bergerak dan bermain. Dengan mengenali karakteristik tersebut kita akan
memahami tingkah laku anak usia dini dan dapat mengarahkannya kepada hal-hal yang positif.
Menurut Isjoni, aspek-aspek perkembangan pada anak usia dini adalah sebagai berikut:
30
1. Perkembangan Fisik dan Motorik
Terdapat ciri yang sangat menonjol dan berbeda ketika anak mencapai tahapan usia prasekolahkelompok bermain 3-6 tahun,
dengan usia bayi. Perbedaan tersebut terletak pada penampilan, proporsi tubuh, berat panjang badan serta keterampilan yang mereka
miliki. Pada anak usia ini tampak otot-otot tubuh yang berkembang sehingga
memungkinkan mereka
melakukan berbagai
jenis keterampilan. Semakin usia mereka bertambah, maka perbandingan
29
Isjoni, Model Pembelajaran Anak Usia Dini Bandung: Alfabeta, 2009, h. 24-26.
30
Ibid., h. 26-31.
antar bagian tubuh akan berubah pula. Selain itu letak gravitasi makin berada di bawah bagian tubuh, sehingga keseimbangan akan berada
pada tungkai bagian bawah. Gerakan anak usia pra sekolah lebih terkendali dan terorganisasi,
dengan pola-pola gerakan seperti mampu menegakkan tubuh dalam posisi berdiri, tangan dapat terjuntai dengan santai, serta mampu
melangkah dengan menggerakkan tungkai dan kaki. Pola-pola tersebut memungkinkan anak untuk merespon dalam berbagai situasi. Pada usia
prasekolahkelompok bermain ini, keterampilan motorik halus sangat pesat perkembangannya.
Pada umumnya anak usia prasekolahkelompok bermain sangat aktif, mereka memiliki penguasaan terhadap tubuhnya dan sangat
menyukai kegiatan yang dilakukan sendiri. Meskipun demikian, mereka tetap memerlukan istirahat yang cukup karena aktivitas yang
dilakukan oleh mereka pada masa ini sangat memerlukan energi yang besar. Selain itu, otot-otot besar lebih berkembang dibandingkan
dengan kontrol terhadap tangan dan kaki, sehingga mereka belum bisa melakukan kegiatan yang rumit.
2. Perkembangan Kognitif
Pada masa prasekolah anak sudah mampu berpikir dengan menggunakan simbol. Meskipun cara berpikir mereka masih dibatasi
oleh persepsi serta masih bersifat memusat dan kaku, namun mereka sudah mulai mengerti bagaimana mengklasifikasi sesuatu berdasarkan
pemahaman mereka yang masih sederhana.
3. Perkembangan Emosi
Merujuk pada pendapat Syamsu Yusuf dalam Isjoni terdapat beberapa
jenis emosi
yang berkembang
pada usia
prasekolahkelompok bermain, yakni:
1. Takut, yaitu perasaan terancam oleh suatu objek yang dianggap
membahayakan. 2.
Cemas, yaitu perasaan takut yang bersifat khayalan tanpa ada objeknya.
3. Marah, yaitu perasaan tidak senang atau benci baik terhadap orang
lain, diri sendiri atau objek tertentu. 4.
Cemburu, yaitu perasaan tidak senang terhadap orang lain yang dipandang telah merebut kasih sayang dari seseorang yang
disayanginya. 5.
Kegembiraan, kesenangan, kenikmatan, yaitu perasaan yang positif, nyaman karena terpenuhi keinginannya.
6. Kasih sayang, yaitu perasaan memberikan perhatian dan
perlindungan pada orang lain. 7.
Phobi, yaitu rasa takut terhadap objek yang tidak perlu ditakutinya irrasional.
8. Ingin tahu, yaitu perasaan ingin mengenal atau mengetahui tentang
objek-objek yang ada di sekitarnya.
4. Perkembangan Sosial
Perkembangan sosial adalah perkembangan perilaku anak dalam menyesuaikan diri dengan aturan-aturan masyarakat dimana anak itu
berada. Perkembangan sosial anak merupakan hasil belajar, bukan hanya sekedar kematangan. Perkembangan sosial diperoleh anak
melalui kematangan dan kesempatan belajar dari berbagai respon terhadap dirinya. Bagi anak TK, kegiatan bermain menjadikan fungsi
sosial anak semakin berkembang. Tatanan sosial yang baik dan sehat serta dapat membantu anak dalam mengembangkan konsep diri yang
positif akan menjadi perkembangan sosialisasi anak menjadi lebih optimal.
Ciri sosial anak pada masa ini adalah mudah bersosialisasi dengan lingkungannya. Suatu hal yang perlu dicatat adalah pada masa ini