Pengaruh Teknologi Al Quran Digital dan Motivasi Belajar terhadap Kemampuan Baca Tulis Al Quran Siswa SMPN 185 Jakarta

(1)

MOTIVASI BELAJAR TERHADAP KEMAMPUAN BACA-TULIS AL QURAN SISWA

SMPN 185 JAKARTA TESIS

Disusun oleh : Ridholloh

NIM : 21140110000003

Dosen Pembimbing : Prof. Dr. Rif’at Syauqi Nawawi, MA Dr. Ahmad Sofyan, M.Pd

PROGRAM MAGISTER PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2016 M/ 1437 H


(2)

(3)

(4)

(5)

I

Ridholloh (NIM: 2114011000003) Pengaruh Teknologi Al Quran Digital dan Motivasi Belajar Terhadap Kemampuan Baca Tulis Al Quran Siswa SMPN 185 Jakarta. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh teknologi pembelajaran Al Quran dengan pendekatan Al Quran Digital dan motivasi belajar terhadap kemampuan baca tulis Al Quran (selanjutnya disebut “BTA”). Latar belakang dalam penelitian ini bersumber dari landasan agama yakni perintah inovasi dalam Al Quran surat At-taubah ayat 122, perintah ini diperkuat dengan kondisi dan situasi kegiatan belajar mengajar di sekolah yang masih bersifat tradisional dan tidak adaptif terhadap perkembangan zaman. Selain itu, diperkuat dengan penelitian akademis terdahulu yang relevan membuktikan pembelajaran Al Quran dengan pendekatan teknologi Quran digital dan motivasi belajar dapat meningkatkan prestasi belajar Al Quran khususnya pada sudut kemampuan BTA. Penelitian dilakukan pada siswa kelas IX SMPN 185 Jakarta, menggunakan metode penelitian eksperimen dengan teknik treatment by level design, untuk menganalisis dan menguji hipotesis peneliti menggunakan analisis varian (ANAVA) dua jalur. Kelas yang mengikuti pembelajaran Al

Quran dengan Quran Digital disebut “kelas eksperimen”, sedangkan kelas yang mengikuti pembelajaran Al Quran secara manual atau konvensional disebut “kelas kontrol”. Instrumen yang digunakan berupa soal tes dan angket. Hasil penelitian dengan analisis varian (ANAVA) dua Jalur, menunjukkan bahwa(1) Ada pengaruh pemberian teknologi pembelajaran Al Quran Digital terhadap kemampuan BTA. Berdasarkan uji hipotesis bertaraf signifikansi 0.05 menunjukan bahwa angka sig. untuk Al Quran digital= 0.03, berarti Ho ditolak dan H1 diterima. Hal ini diperkuat dengan adanya perbedaan rata-rata kemampuan BTA yang signifikan antara kelas ekspreimen dengan nilai 80.61, sedangkan kelas kontrol dengan nilai 76.60. (2) Ada pengaruh tingkat motivasi belajar siswa terhadap kemampuan BTA siswa. Hasil penelitian menunjukkan adanya perbedaan rata-rata antara siswa yang memiliki motivasi tinggi yaitu 82,1 sedangkan rata-rata siswa yang memiliki motivasi rendah sebesar 75.9. (3) Kemampuan BTA siswa yang memiliki motivasi tinggi pada kelas ekperimen lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol. Hasil perhitungan bahwa kelompok siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi pada kelas eksperimen memiliki skor rata-rata sebesar 90.26. Bagi siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi pada kelas kontrol memiliki skor rata-rata sebesar 73.95. (4) Kemampuan BTA siswa yang memiliki motivasi rendah pada kelas kontrol lebih tinggi dibandingkan kelas eksperimen. Hasil perhitungan bahwa kelompok siswa yang memiliki motivasi belajar rendah pada kelas kontrol diperoleh subset 80.28. Bagi siswa siswa yang memiliki motivasi belajar rendah pada kelas eksperimen diperoleh subset 71.54. (5) Ada interaksi yang signifikan antara penggunaan Al Quran Digital dan Motivasi Belajar terhadap kemampuan BTA. Hasil penelitian diperoleh angka sig= 0.003, lebih kecil dari taraf sig=0.05 dengan demikian Ho ditolak dan H1 diterima. Kesimpulan yang diperoleh adalah Pembelajaran Al Quran dengan pendekatan Teknologi Quran Digital bagi siswa yang memiliki tingkat motivasi belajar tinggi dirasakan sangat baik dan tepat, namun bagi siswa yang memiliki motivasi rendah, mereka lebih nyaman belajar dengan manual dengan cara sederhana.

Kata kunci: Pembelajaran Al Quran, Teknologi Quran Digital, Motivasi Belajar, Kemampuan Baca Tulis Al Quran.


(6)

II

Ridholloh (NIM: 2114011000003) Pengaruh Teknologi Al Quran Digital dan Motivasi Belajar Terhadap Kemampuan Baca Tulis Al Quran Siswa SMPN 185 Jakarta. This research was aurned to know the effect of digital Quran Learning Technology and learning Motivation on student Quran literacy, known as BTA (Baca Tulis Al Quran). The background underlying this research was religious based reason. That is the command of being opened to innovation explained in At-Taubah verse 122, in wich the command is emphasized and is contradicted to the condition and the situation of teaching-learning activities at school wich still use the traditional methods and unreliable to the changing of era. Beside, previous related researches was also used to become the reason underlying tihis study, wich have proven scientifically that Quran digital learning technology and learning motivation can improve student’s learning achievement of BTA and can improve their motivation in learning Quran. Then, this study was expected to create, active learning, innovation, creativity, effectiveness, fun, happy, and meaningful. Experimental study was applied to get through this research using “treatment by level design technique”. Then, two ways ANOVA (Analysis of Variance) was used for dara analysis and hypothesis testing. This research found that (1)there was an effect of giving student s a treatment using digital Quran learning technology on student BTA. It was proven by using the significant value of 0.05 showed that the score was 0.03, which means that the Ho is rejected and H1 is accepted. (2) there was an effect of learning motivation on student Quran Literacy. The result showed that there was difference of the average score between student with high motivation 82.1 and student who have low motivation 75.9 (3) the ability of student BTA with high motivation in experiment class was higher than in the control one The result showed that the group of students who have high motivation to learn the experimental class had an average score of 90.26. For students who have high motivation to learn the control class has an average score of 73.95. (4) The ability of BTA students who have low motivation in the control class higher than the experimental class. The result showed that the group of students who have low learning motivation in class gained control subset 80.28. For students of the students who have low learning motivation in the experimental class gained 71.54 subset. (5) There was a significant interaction between the use of the Quran Digital and Motivation to the abilty of BTA. The results were obtained figures sig = 0.003, smaller than the level sig = 0:05 so Ho refused and H1 accepted. The conclusion is learning Quran with Quran Digital Technology approach for students who have a high level of motivation to learn has been very good and appropriate, but for students who have low motivation, they are more comfortable learning the user in a simple methode and media.

Keywords: Learning the Koran, Quran Digital Technology, motivation to learn, Quran Literacy.


(7)

III BTA

.

ANOVA)

BTA H1

BTA BTA

BTA

BTA

BTA


(8)

IV

Alhamdulillah, segala puji hanya layak untuk dipersembahkan kepada Allah swt. Dzat Maha Alim yang telah mempercikkan sedikit dari keilmuan-Nya yang sangat luas sehingga penulis dapat menyelesaikan Tesis yang berjudul “Pengaruh Teknologi Al Quran Digital dan Motivasi Belajar Terhadap Kemampuan Baca

Tulis Al Quran Siswa SMPN 185 Jakarta” untuk memperoleh gelar Magiter Pendidikan Agama Islam pada Program Pascasarjana Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Sholawat serta salam selalu tercurahkan kepada manusia yang menjadi pusat magnet keilmuan dunia-akhirat serta penuntun umat, yakni Nabi Muhammad saw. Harapan dan doa penulis semoga Tesis ini menjadi bagian dari khazanah keilmuan dalam kategori Pendidikan Islam Modern Abad 20.

Dengan selesainya penyusunan tesis ini, penulis sampaikan terima kasih dan penghargaan kepada:

1. Prof. Dr. Dede Rosyada, MA. Rektor UIN Syarif hidayatullah Jakarta yang telah memberikan izin dan motivasi untuk melanjutkan studi pada program Pascasarjana Fakultas Ilmu Tarbiyah dan keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA. Dekan FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan dorongan untuk terus semangat dalam menggarap tesis ini.

3. Dr. Fahriany, M.Pd. Ketua Prodi Magister FITK yang telah memicu dan memacu penulis, agar dapat menyelesaikan studi dengan baik.

4. Dr. Jejen Musfah, MA. Sekjur Prodi Magister FITK yang telah mendorong dan menasehati pribadi agar tegar dalam menjalani proses penggarapan tesis ini.

5. Pof. Dr. Rif‟at Syauqi Nawawi, MA. Guru besar FITK yang menjadi Pembimbing I dalam tesis ini telah memberikan bimbingan dengan penuh keikhlasan dan kesabaran, serta arahan kelimuan Pendidikan Islam sehingga tesis ini menjadi bermutu dan berbobot.

6. Dr. Ahmad Sofyan, M.Pd. Wakil Dekan Bidang Administrasi Umum FITK yang menjadi Pembimbing II dalam tesis ini telah memberikan konsep metodologi yang baik sehingga alur dan metodologi dalam tesis ini menjadi sistematis dan teruji secara statistik.


(9)

V

izin penelitian di sekolah SMPN 185 sehingga peneliti dapat mengambil data secara valid dan lengkap.

8. Fajar Subijakto, M.Pd. Wakasek SMPN 185 yang telah membantu menemukan referensi dalam penyusunan dalam tesis ini.

9. Guru-guru SMPN 185. Seluruh guru bidang studi yang telah memberikan doa restu demi terlaksananya penelitian dengan lancar dan baik.

10. Orangtua dan keluarga. Ayahanda Ismatullah, Ibunda Tarwiyah, Adinda

Nurjannah, Nur‟aini dan Nur shifa yang selalu memberikan senyuman dan nasihat ketabahan ketika asa dirasa sudah sampai di ujung batas.

11. Shifa fauziah, S.Pd.I. Guru Al Azhar Cibubur yang telah membantu dan memberikan saran dan kritik dalam penulisan tesis ini.

12. Velma Alicia, S.Pd, Hayin Azizah, S.Pd dan Khudri, S.Pd serta seluruh rekan Pengurus, dan BPH FORMA dan Kelas A Magister PAI angkatan 2014 yang selalu ada dan memberikan dorongan demi selesainya tesis ini. 13. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu demi satu yang telah

memberikan dukungan dalam penyelesaian tesis ini.

Semoga Allah membalas amal kebaikan semua pihak terkait. Semoga karya ilmiah ini menjadi permulaan yang baik untuk pribadi penulis khususnya dan pembaca umumnya untuk terus mencari dan menggali ilmu pengetahuan sampai akhir hayat.

Jakarta, 3 Mei 2016


(10)

VI LEMBAR PERSETUJUAN

LEMBAR PENGESAHAN

SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI

ABSTRAK ... I KATA PENGANTAR ... IV DAFTAR ISI ... VI DAFTAR TABEL ... VII DAFTAR GAMBAR ... VIII BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 6

C. Batasan Masalah ... 7

D. Rumusan Masalah ... 7

E. Tujuan Penelitian ... 7

F. Manfaat Penelitian ... 8

BAB II KAJIAN TEORI A. Teknologi Al Quran Digital dalam Pembelajaran ... 9

B. Motivasi Belajar Al Quran ... 20

C. Pembelajaran Al Quran ... 31

D. Penelitian Terdahulu ... 47

E. Kerangka Berfikir ... 49

F. Hipotesis Teoritis ... 50

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian ... 48

B. Populasi dan Sampel ... 51

C. Tempat dan Waktu Penelitian ... 52

D. Sumber Data ... 52

E. Teknik Pengumpulan Data ... 53

F. Teknik Analisis Data ... 59

G. Hipotesis Statistika ... 61

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data Penelitian ... 65

B. Pengujian Persyaratan Analisis Data ... 79

C. Hasil Pengujian Hipotesis ... 80

D. Pembahasan Hasil Penelitian ... 88

E. Keterbatasan Penelitian ... 95

BAB V KESIMPULAN IMPLIKASI DAN SARAN A. Kesimpulan ... 96

B. Implikasi ... 98

C. Saran ... 99

DAFTAR PUSTAKA ... 101


(11)

VII

Tabel 2.1 Klasifikasi Pembelajaran Sesuai dengan Generasi ... 14

Tabel 2.2 Teori Atribusi ... 24

Tabel 2.3 Rumus Teori Ekspektasi Motivasi ... 25

Tabel 2.4 Cara Membaca Huruf Al ... 45

Tabel 3.1 Desain Pembelajaran . ... 51

Tabel 3.2 Desain Faktorial 2x2 ... 53

Tabel 4.1 Komposisi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 65

Tabel 4.2 Komposisi Responden Berdasarkan Asal Sekolah ... 65

Tabel 4.3 Komposisi Responden Berdasarkan Usia ... 66

Tabel 4.4 Komposisi Responden Berdasarkan Pendidikan Orangtua ... 66

Tabel 4.5 Hasil Kemampuan BTA Siswa dengan Quran Digital ... 67

Tabel 4. 6 Distribusi Frekuensi Hasil Kemampuan BTA Siswa dengan Quran Digital ... 68

Tabel 4.7 Hasil Kemampuan Siswa dengan Pembelajaran Konvensional ... 69

Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Hasil Kemampuan Siswa dengan Pembelajaran Konvensional ... 70

Tabel 4.9 Hasil Kemampuan BTA Siswa dengan Quran Digital dan Memiliki Motivasi Belajar Rendah ... 71

Tabel 4.10 Distribusi Frekuensi Hasil Kemampuan BTA Siswa dengan Quran Digital dan Memiliki Motivasi Belajar Rendah ... 72

Tabel 4.11 Hasil Kemampuan BTA Siswa dengan Quran Digital dan memiliki Motivasi Tinggi ... 73

Tabel 4.12 Distrbusi Frekuensi Hasil Kemampuan BTA Siswa dengan Quran Digital dan memiliki Motivasi Tinggi ... 74

Tabel 4.13 Kemampuan Baca Tulis Al Quran Siswa yang mengikuti Pembelajaran Al Quran secara Manual dengan Motivasi Rendah ... 75

Tabel 4.14 Distribusi Frekuensi Hasil Kemampuan BTA Siswa yang Mengikuti Pembelajaran Al Quran Secara Manual denganMotivasi Rendah ... 76

Tabel 4.15 Kemampuan BTA Siswa yang mengikuti Pembelajaran Al Quran secara manual dengan Motivasi Tinggi ... 77

Tabel 4.16 Distribusi Frekuensi Kemampuan BTA Siswa yang mengikuti Pembelajaran Al Quran secara manual dengan Motivasi Tinggi ... 78

Tabel 4.17 Hasil Perhitungan Uji Normalitas ... 79

Tabel 4.18 Hasil Perhitungan Uji Homogenitas ... 79

Tabel 4.19 Hasil Mean dan Standar Deviasi Siswa dengan Quran Digital dan Konvensional ... 80

Tabel 4.20 Hasil Uji Hipotesis Penggunaan Quran Digital dan Manual atau konvensional ... 81

Tabel 4.21 Hasil Mean dan Standar Deviasi siswa Motivasi Tinggi dan Motivasi Rendah ... 82


(12)

VIII

Tabel 4.23 Hasil Mean dan Standar Deviasi Siswa Motivasi Tinggi Quran Digital

dan Manual atau konvensional ... 83 Tabel 4. 24 Hasil Uji Hipotesis kemampuan BTA siswa dengan Motivasi Belajar

Tinggi melalui Teknologi Quran Digital dan Manual atau konvensional ... 84

Tabel 4.25

Hasil Mean dan Standar Deviasi Quran Digital dan Manual

atau konvensional Siswa Motivasi Rendah ... 85

Tabel 4.26 Hasil Uji Hipotesis kemampuan BTA siswa

yang Memiliki Motivasi Belajar Tinggi Melalui Pendekatan Teknologi Quran Digital dan Manual

atau Konvensional ... 85

Tabel 4.27 Hasil Uji Hipotesis Interaksi antara Teknologi dengan

Motivasi Belajar ...

86

Tabel 4.28 Uji Tukey ... 87 Tabel 4.29 Rekapitulasi Temuan Kuantitatif selama Penelitian ... 91


(13)

IX

Gambar 2.1 Kerucut Pengalaman Belajar Edgar Dale ... 10

Gambar 2.2 Sistem Kerja Komputer ... 12

Gambar 2.3 Evolusi Sumber Daya Pembelajaran ... 15

Gambar 2.4 Indeks Al Quran Digital ... 18

Gambar 2.5 Tampilan Terjemah Al Quran Digital ... 19

Gambar 2.6 Teori Hierarchy Moslow ... 25

Gambar 2.7 Alur Komunikasi Metode Ceramah ... 31

Gambar 2.8 Interaksi antara Komputer-Guru dan Siswa ... 35

Gambar 2.9 Indikator Kemampuan Membaca Al Quran ... 46

Gambar 2.10 Indikator Kemampuan Menulis Al Quran ... 46

Gambar 4.1 Histogram kemampuan BTA siswa dengan pembelajaran Al Quran Digital ... 68

Gambar 4.2 Histogram kemampuan BTA siswa dengan pembelajaran manual atau konvensional ... 70

Gambar 4.3 Histogram kemampuan BTA siswa yang memiliki motivasi belajar rendah dengan pembelajaran Al Quran Digital ... 72

Gambar 4.4 Histogram Kemampuan BTA Siwa yang Memiliki Motivasi Belajar Tinggi dengan Pendekatan pembelajaran Al Quran Digital ... 74

Gambar 4.5 Histogram Kemampuan BTA Siswa yang Memiliki Motivasi Belajar Rendah pembelajaran manual atau konvensional ... 76

Gambar 4.6 Histogram Kemampuan BTA Siswa Memiliki Motivasi Belajar Tinggi Dengan pembelajaran manual atau konvensional ... 78

Gambar 4.7 Suasana Belajar pada kelas yang menggunakan Al Quran Digital ... 88


(14)

X

Lampiran 1 Surat Izin Penelitian ... 107

Lampiran 2 Kisi-kisi Soal BTA dan angket Motivasi Belajar ... 109

Lampiran 3 Instrumen mengukur Pengetahuan BTA ... 111

Lampiran 4 Lembar Praktikum BTA ... 117

Lampiran 5 Angket Motivasi Belajar ... 118

Lampiran 6 Panduan Skoring/penilaian ... 125

Lampiran 7 Hasil Uji Validitas Instrumen ... 126

Lampiran 8 Hasil Uji Reliabilitas ... 144

Lampiran 9 Hasil Uji Tingkat Kesukaran ... 146

Lampiran 10 Daftar Nilai siswa ... 154

Lampiran 11 Distribusi Frekuensi... 157

Lampiran 12 RPP ... 161

Lampiran 13 Daftar Hadir Siswa ... 165

Lampiran 14 Daftar Uji Referensi ... 167

Lampiran 14 Foto Kegiatan Belajar Mengajar SMPN 185 ... 175


(15)

PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah

Di Indonesia, penggunaan teknologi dalam pembelajaran masih jarang digunakan. Sebagaimana dikutip dalam Susilana & Riana (2009: 65) pada praktek pembelajaran, masih banyak guru yang tidak menggunakan media atau tanpa media. Hal ini disebabkan karena kemampuan guru yang sangat minim terhadap perkembangan iptek, namun begitu keadaan ini tidak serta merta membuat guru menjadi objek kesenjangan teknologi dan komunikasi. Banyak faktor penyebab fenomena ini, diantaranya karena mereka lahir dalam situasi kondisi yang berbeda generasi, zaman, perkembangan teknologi, informasi bahkan transportasi.

Generasi umat manusia sebagaimana dikemukakan Marc Prensky (2001) terbagi menjadi dua macam tipologi yaitu, digital native dan digital immigrants. Guru tergolong dalam kategori digital immigrants (pendatang baru dalam dunia digital) mereka diperkenalkan dengan dunia iptek zaman ini, dimana pada masa silam guru belajar di sekolah atau di kampus tidak pernah mengenal dunia digital seperti; komputer dan internet. Fenomena ini tentu saja berdampak pada proses pembelajaran di kelas. Belajar saja tidak pernah apalagi bisa mengoperasikannya dengan lancar.

Siswa masuk dalam kategori digital native (kaum yang lahir, tumbuh dan berkembang dalam kondisi serba canggih dengan teknologi mutakhir). Sejak dini, mereka sudah diperkenalkan dengan dunia digital, sehingga mereka aktif dan terampil dalam menjalankan dan menggunakan teknologi tersebut. Perbedaan kemampuan teknologi antara guru dengan siswa menjadi sebuah perbedaan yang kontras di dalam kelas, maka tidak heran jika anak-anak usia sekolah sekarang lebih cekatan dibanding gurunya dalam ranah teknologi modern.

Kesenjangan teknologi merupakan suatu hal yang tidak bisa dihindari. Kendati demikian, guru diharapkan dapat menyesuaikan diri dengan siswa. Oleh karenanya, mau tidak mau guru harus belajar untuk melakukan adaptasi terhadap perkembangan teknologi anak, agar bisa mengarahkan serta memfungsikan teknologi dengan baik dan benar. Guru harus mengerti apa yang dibutuhkan siswa saat ini, juga hal-hal yang dapat membuat mereka tertarik untuk mengikuti KBM dengan baik. Dengan demikian terciptalah pembelajaran aktif, inovatif, kreatif, menyenangkan, menggembirakan serta berbobot. Salah satu bentuk upaya yang dapat dilakukan yakni dengan menyelipkan teknologi dalam pembelajaran di kelas, termasuk dalam pembelajaran Al Quran yang dikenal dengan mata pelajaran Baca Tulis Al Quran (selanjutnya disebut “BTA”).

Al Quran adalah kitab suci terakhir yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw. Bahasa yang digunakan merupakan bahasa asli setempat masyarakat saat itu, yaitu bahasa Arab yang dikenal mempunyai tingkat kesusasteraan yang tinggi. Bahasa Arab tergolong dalam kategori bahasa asing. Oleh karena itu, dibutuhkan strategi dan metode yang inovatif dalam upaya pemerolehan bahasa tersebut. Al Quran sendiri memerintahkan untuk terus berinovasi, termasuk inovasi dalam bidang pembelajaran. Dalam surat At-Taubah ayat 122 disebutkan:


(16)

“Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya”. (Qs. At-Taubah: 122)

Pendalaman ilmu agama harus dibarengi dengan kajian kitab suci agama tersebut. Sebab, di dalamnya terkandung banyak referensi, solusi serta undang-undang dalam menjalani kehidupan sebagai hamba. Salah satu tahap awal untuk dapat menguasai dan memahami kandungan Al Quran adalah melalui kemampuan membaca. Kemahiran ini ditandai dengan penguasaan huruf hijaiyah lalu dilanjutkan dengan ilmu tajwid. Tujuan kemahiran ini adalah agar supaya bacaan Al Quran sesuai dengan tempat keluarnya huruf (Makharijul Huruf) dan porsi panjang pendek Mad-nya.

Berdasarkan hasil riset yang dilakukan oleh Kemenag (2015), sekitar 65 persen umat Islam Indonesia buta aksara Al Quran, alias tidak dapat membaca Al Quran. Sementara sisanya 35 persen yang bisa membaca Al Quran terdapat 21 persen tidak mau membaca Al Quran. Data ini mengalami kenaikan yang signifikan setelah pada tahun 2008 Kemenag mengadakan riset yang mengacu pada data siswa di sekolah terdapat temuan bahwa setelah belajar dari usia prasekolah/TK, SD, SMP atau SMA umumnya para siswa belum mampu membaca menulis Al Quran dengan baik. Data ini diperkuat dengan hasil seleksi masuk UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dari jumlah 11.747 peserta, 15 persen diantaranya dikategorikan memiliki kemampuan membaca dan menulis kategori rendah-sedang. Kelemahan ini juga berdampak pada tingkatan hafalan dan pemahaman siswa dalam menguasai Al-Quran.

Pada dasarnya Al Quran itu mudah untuk dipelajari dan dikaji berbagai macam makna yang terkandung di dalamnya. Allah swt telah memberikan stimulus terhadap para pembelajar Al Quran melalui firman-Nya yang diulang sebanyak 4 kali dalam surat Al Qamar ayat 17, 22, 32 dan 40 sebagai berikut:

“Dan sungguh, telah Kami Mudahkan al-Quran untuk peringatan, maka adakah

orang yang mau mengambil pelajaran?” (Qs: Al Qamar: 17, 22, 32, 40)

Berdasarkan ayat di atas, seyogyanya guru menggunakan alat bantu/media untuk membantu penyampaian materi bahan ajar agar siswa bisa dengan mudah menyerap informasi lebih utuh. Selain itu, pembelajaran akan menjadi efektif dan efisien waktu. Berdasarkan pengamatan sementara di sekolah, banyak fasilitas dan sarana-prasarana yang bisa digunakan untuk kegiatan belajar mengajar di kelas, namun karena lemah dan kurangnya pelatihan dan pengetahuan dalam mengoperasikan fasilitas tersebut, membuat target pencapaian hasil belajar siswa menjadi kurang maksimal. Fenomena ini terjadi pada semua mata pelajaran termasuk dalam pelajaran BTA.


(17)

Kemampuan BTA harus diupayakan sejak dini. Senada dengan hal tersebut Supardi (2004) melalui Jurnal Penelitian Keislaman yang berjudul “Perbandingan Metode Membaca Al Quran Bagi Pembelajar Pemula Di TKA/TPQ Kelurahan Bareng Malang” melahirkan sebuah teori bahwa “Semakin baik memberikan kemampuan dasar membaca Al Quran berarti semakin berpeluang bagi siswa untuk lebih baik dan professional dalam

mengkaji dan menggali hakikat makna Al Quran”. Kesadaran fonologis yang diperoleh

pada masa anak-anak dapat berperan sebagai prasyarat atau fasilitator bagi keterampilan membaca pada fase berikutnya.

Kemahiran BTA termasuk dalam kategori kemahiran berbahasa Asing. Seiring dengan hal tersebut Muhbib (2008: 135) mengatakan bahwa dalam usaha pemerolehan bahasa asing dapat dilakukan dengan empat macam teknik pendekatan, salah satunya dengan pendekatan teknologi (ىجو و ت ا خدم). Pendekatan kemampuan berbahasa melalui teknologi nampaknya harus dikembangkan dan diaplikasikan sesuai dengan perkembangan anak didik. Jamil Itzani dan Ahmad Freinchici dalam kesempatan Konferensi Internasional Tunisia (2012: 236) mengutip perkataan Sahabat Ali bin Abi Thalib bahwa :

“Ajarkanlah anak kalian bukan berdasarkan ilmu pengetahuan (di zaman) kalian, karena sesungguhnya mereka (anak) diciptakan sesuai dengan (ilmu pengetahuan) zaman mereka dan bukan zaman kalian (orangtua).”

Qoul Sahabat Ali k.w di atas dapat direalisasikan pada keadaan di sekolah sebagai tempat belajar dan mengajar. Benang merah pada pesan Sahabat Nabi di atas yakni sebagai guru idealnya adaptif dengan perkembangan teknologi yang juga mempengaruhi iklim, kondisi dan psikologi peserta didik. Yusuf Hadimiarso (2004:6) mengemukakan bahwa

“Teknologi pendidikan mempunyai potensi untuk meningkatkan produktivitas pendidikan

meliputi: mempercepat tahap belajar, membantu guru untuk menggunakan waktunya secara lebih baik, serta membina dan mengembangkan kegairahan belajar anak”

Teknologi berpotensi meningkatkan kemampuan BTA siswa di sekolah. senada dengan hal ini, Clement L Chau (2014) melalui penelitian yang berjudul “Positive Technological Development for Young Children in the Context of Children’s Mobile Apps” berpendapat bahwa “Teknologi dan media interaktif memiliki potensi untuk meningkatkan potensi anakdengan tanpa merubah esensi dari pelajaran”. Diantara upaya yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan kegiatan permainan kreatif, eksplorasi, aktivitas fisik, pengalaman luar, percakapan, interaksi sosial, media dan teknologi. Seluruh aktifitas tersebut merupakan satu kesatuan yang diyakini dapat merangsang kemampuan positif anak. Tentunya semua itu berjalan dengan baik asal penggunaan dan porsinya tepat.

Teknologi dalam pembelajaran memiliki prinsip belajar dimana saja dan dengan siapa saja. Menurut Annete Cederholm (2010) melalui Disertasi yang berjudul “The Use Of Technology In Developmental Education” berpendapat bahwa fasilitas dan gaya mengajar selama proses pembelajaran di dalam kelas berlangsung, perlu diubah format dan desainnya dengan menggunakan blog, ipod dan video game sebagai bagian pengiriman materi bahan ajar mereka. Pembelajaran dari tradisional harus diubah sesuai dengan zamannya dari yang bersifat teksbook sekarang beralih ke zaman serba digital.


(18)

Meskipun banyak pakar mengamini bahwa teknologi membawa kemajuan atau manfaat, ada pula sumber yang mengatakan bahwa teknologi itu bisa berdampak negatif bagi anak. Seperti dikemukakan oleh Maryono & Istiana (2008: 42-43) teknologi membuat seseorang terasing dari lingkungannya, merusak moral, menggangu kesehatan dan mempengaruhi kejiwaannya serta berakibat menurunnya kemampuan berfikir. Disamping itu, teknologi menyebabkan meningkatnya angka pengangguran karena tenaga manusia semakin tergeser dengan komputer. Teknologi pun diduga dapat mencemarkan lingkungan hidup. Karena bahan-bahan pembuatnya terbuat dari plastik dan silikon yang akan membahayakan kesehatan manusia.

Selain melalui teknologi pembelajaran ada banyak faktor yang dapat mendongkrak kemampuan belajar anak diantaranya adalah motivasi belajar. Motivasi diberikan untuk mendorong anak agar terus meningkatkan prestasi belajarnya. Seyogyanya memang motivasi itu lahir dan tumbuh alami dari dalam diri siswa, namun dibutuhkan pula rangsangan dari luar siswa, misalkan dari pihak keluarga, lingkungan dan pihak sekolah.

Berdasarkan informasi yang penulis dapat dari guru BK di sekolah, ternyata banyak sekali siswa yang tersangkut berbagai macam masalah. Sebagian besar permasalahan siswa dilatar-belakangi oleh permasalahan keluarga seperti orangtua yang bersifat diktator, perceraian, tidak adanya perhatian orang tua, bahkan ada diantara mereka yang tidak diasuh orangtua kandungnya dan akhirnya tinggal dengan orang lain. Tentunya permasalahan ini menjadi kendala serius yang dapat menghambat prestasi belajar siswa di sekolah. Kondisi ini membuat kurangnya motivasi belajar pada siswa yang mengalami hal tersebut dan efeknya akan menggangu kelancaran proses KBM di kelas, termasuk dalam pelajaran BTA. Oleh sebab itu, motivasi dari luar seperti pihak sekolah dalam hal ini guru diharapkan bisa dilaksanakan secara maksimal dan berkesinambungan sehingga terciptalah pembelajaran yang nyaman tanpa rasa takut. Rasyad (2006: 90) mengungkapkan bahwa

“bagi guru, peranan motivasi menjadi penting dalam proses belajar mengajar, karena dapat menimbulkan kemauan, memberi semangat, serta menimbulkan kesadaran untuk meningkatkan prestasi belajar.”

Motivasi belajar Al Quran datang dari banyak dalil Al Quran dan hadis nabi Muhammad saw. Semua dalil mengarahkan umat islam agar merasa dekat dengan Kitab sucinya. Berbagai stimulus diberikan oleh Allah, mulai dari ganjaran pahala dalam membacanya, kesembuhan dari penyakit dan ilmu pengetahuan. Seperti pesan yang terkadung dalam surat Al-Isro ayat 79 Allah berfirman:

ِّ و م آْرقْا ام وه ءافش ة ْحرو ي مْ ِْ او ديّي ي اَّ ا َا اراسخ :ءرسإا( 97 )

“Dan Kami Turunkan dari al-Quran (sesuatu) yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang yang beriman, sedangkan bagi orang yang zalim (al-Quran itu) hanya akan menambah kerugian.” (Qs. Al Isra: 79)

Secara spesifik, Nabi Muhammad saw. memberikan motivasi kepada umatnya agar membaca Al Quran, karena ganjaran pahalanya yang sangat istimewa. Dalam hadis Nabi

yang terhimpun dalam kitab Jami‟ Tirmidzi juga dikutip oleh Seorang Ulama Muhammad Al-Hanafi (1999: 115) dalam kitabnya “Muhyi al-din Syaikh Zadah “berbunyi:


(19)

“Dari Abdullah bin Mas‟ud Rodhiyallahu „anhu berkata, Rasulullah Sholallahu

„alaihi wa sallam bersabda: “Barangsiapa yang membaca satu huruf dari Kitabullah (Al Quran), maka ia akan mendapatkan kebaikan (pahala), dan pahalannya akan dilipatgandakan sebanyak 10 kali lipat. Aku (Nabi Muhammad) tidak mengatakan bahwa Alif Laam Miim, itu satu huruf, tapi Alif satu huruf,

Laam satu huruf, dan Miim satu huruf”. (HR. Tirmidzi)1

1

Takhrij hadis tentang membaca Al Quran secara ringkas sebagai berikut:

Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Basyar telah menceritakan kepada kami Abu Bakar Al Hanafi telah menceritakan kepada kami Adl dlahhak bin Utsman dari Ayyub bin Musa ia berkata; Aku mendengar Muhammad bin Ka'ab Al Quradli berkata; Aku mendengar Abdullah bin Mas'ud berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Barangsiapa membaca satu huruf dari Kitabullah (Al Qur`an), maka baginya satu pahala kebaikan dan satu pahala kebaikan akan dilipat gandakan menjadi sepuluh kali, aku tidak mengatakan ALIF LAAM MIIM itu satu huruf, akan tetapi ALIF satu huruf, LAAM satu huruf dan MIIM satu huruf." (dalam Jami’ Al Tirmidzi bab Ma Ja’a Fi Man Qoro’a Harfan Min Al Quran no 2910)

Kualitas hadis : Abu Isa berkata; Hadits ini mencapai derajat Hasan Shahih Gharib dari jalur ini, aku telah mendengar Qutaibah berkata; telah sampai berita kepadaku bahwa Muhammad bin Ka'ab Al Quradli dilahirkan pada masa Nabi shallallahu 'alaihi wasallam masih hidup, dan Muhammad bin Ka'ab diberi sebutan dengan Abu Hamzah.


(20)

Motivasi belajar Al Quran sebagai variabel kedua dalam penelitian ini diberikan melalui dorongan baik secara verbal (lisan) maupun fisik (penghargaan atau reward). Sedangkan teknologi pembelajaran Al Quran sebagai variabel pertama dalam penelitian ini berbentuk Software Al Quran Digital PC yang akan dipasang pada unit komputer di laboratorium sekolah. Variabel ketiga yang diambil pada penelitian ini adalah kemampuan baca tulis Al Quran siswa.

Tujuan pemberian motivasi belajar Al Quran dan penggunaan teknologi pembelajaran Al Quran sejalan dengan salah satu indikator dalam kurikulum pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam tingkat SMP/MTs. yang berbunyi: “siswa diharapkan dapat membaca dan menulis Al Quran dengan baik dan benar sesuai dengan kaidah yang berlaku dalam tatanan kebahasaan Al Quran”. Oleh karenanya melalui penelitian ini penulis berkeyakinan bahwa dengan menyisipkan kedua variabel tersebut dalam proses pembelajaran Al Quran baik dari segi sarana belajar (faktor eksternal) dan jiwa si pembelajar (internal) diharapkan adanya pengaruh yang positif pada prestasi belajar khususnya kemampuan baca tulis Al Quran, sehingga pada akhirnya kualitas bacaan dan tulisan Al Quran siswa menjadi lebih baik.

Objek Penelitian ini adalah sekolah tingkat satuan SMPN di daerah Kecamatan Kebayoran lama Jakarta Selatan, yaitu SMPN 185. Sekolah tersebut dipilih untuk menjadi obyek penelitian berdasarkan berbagai pertimbangan penulis diantaranya, karena dalam salah satu mata pelajaran di sekolah tersebut terdapat satu mata pelajaran khusus yakni Pelajaran Baca Tulis Al Quran yang tepisah jamnya dengan pelajaran Agama Islam. Dengan kondisi ini guru bisa ber-eksplorasi dalam kegiatan mengajar Al Quran dengan bebas tanpa harus menggangu pelajaran Agama. Namun, tetap mengacu pada Standar Kompetensi dan Kompetensi dasar pelajaran agama Islam pada materi membaca surat Al Quran.

Berdasarkan uraian latar belakang permasalahan di atas, penulis tertarik untuk mengadakan penelitian eksperiment dengan judul: “ Pengaruh Penggunaan Teknologi Al-Quran Digital dan Motivasi Belajar terhadap Kemampuan Baca-Tulis Al Al-Quran Siswa di

SMPN 185 Jakarta.”

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, penulis telah berhasil mengidentifikasi 5 masalah dalam penelitian ini, yaitu:

1. Pembelajaran Agama Islam khususnya Al Quran yang terjadi di kelas pada umumnya berjalan dengan sistem pembelajaran yang terpusat pada guru (teacher centre), dan menjadikan guru sebagai satu satunya sumber pengetahuan sehingga kurang memberikan ruang untuk siswa berkembang. 2. Lemahnya penguasaan guru Pendidikan Agama Islam dalam menggunakan

media yang mutakhir dan mengikuti perkembangan zaman siswa. 3. Rendahnya motivasi belajar siswa di kelas dalam mempelajari Al Quran. 4. Rendahnya minat baca Al Quran siswa disebabkan pembelajaran yang

monoton.

5. Rendahnya kemampuan baca-tulis Al Quran siswa karena minimnya pengetahuan tentang ilmu tajwid.


(21)

C.Batasan Masalah

Dari berbagai macam masalah yang telah teridentifikasi tersebut di atas, juga keterbatasan penulis untuk memfokuskan permasalahan, maka masalah akan dibatasi pada masalah-masalah sebagai berikut:

1. Penggunaan teknologi pembelajaran diidentifikasi dengan teknologi Al Quran digital yang berbentuk Software PC yitu Al-Kalam digital Versi 1.0 yang diterbitkan oleh CV Dipenogoro Bandung dan dibuat oleh Dr. Khadijah Dahlan. Sebagai media alat bantu pembelajaran Agama yang adaptif dengan perkembangan zaman khususnya dalam kemampuan Baca-Tulis Al Quran siswa yang sistem penggunaanya mudah.

2. Pemberian motivasi belajar siswa dilakukan dengan memberikan rangsangan dari luar diri siswa berupa penghargaan (reward) dan penilaian.

3. Kemampuan baca tulis Al Quran siswa ditujukan pada siswa/i SMPN 185 Jakarta kelas IX tahun ajaran 2015/2016.

D.Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah yang ada, penulis memfokuskan penelitian ini pada 3 rumusan masalah sebagai berikut:

1. Apakah penggunaan teknologi Al Quran digital berpengaruh positif terhadap kemampuan baca tulis Al Quran siswa ?

2. Apakah motivasi berpengaruh positi terhadap kemampuan baca tulis Al Quran siswa?

3. Apakah penggunaan teknologi Al Quran digital dan motivasi secara bersama-sama berpengaruh positif terhadap kemampuan baca tulis Al Quran siswa ?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan batasan dan rumusan masalah, penulis menganalisa tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui apakah penggunaan teknologi Al Quran digital memberikan pengaruh positif pada siswa pada ranah kemampuan baca tulis Al Quran siswa dan seberapa besar pengaruh tersebut.

2. Untuk mengungkap motivasi belajar siswa pada pelajaran Baca Tulis Al Quran siswa dan seberapa besar pula pengaruhnya terhadap kemampuan baca tulis Al Quran.

3. Untuk menganalisa apakah penggunaan teknologi Al Quran digital dan motivasi belajar memiliki interaksi terhadap kemampuan baca tulis Al Quran siswa.


(22)

F. Manfaat Penelitian

Melalui penelitian ini diharapkan memberikan manfaat yang penulis bagi dalam penelitian ini menjadi dua bagian, yaitu:

1. Manfaat teoritis

Secara teoritis, hasil penelitian yang dilakukan diharapkan dapat memperkaya khazanah dalam ruang lingkup inovasi pendidikan sehingga terciptalah pembelajaran yang efektif dan menyenangkan yakni melalui teknologi Al Quran digital. Melalui motivasi belajar., terciptalah suasana yang nyaman dan siswa diberi ruang bebas untuk menggali sumber belajar. Manfaat lain adalah untuk memberikan gambaran bagaimana penggunaan teknologi Al Quran digital dan motivasi belajar di dalam kelas, serta memperkuat kedudukan teori tentang teknologi pembelajaran dan pemberian motivasi belajar sebagai alternatif untuk membantu mempermudah proses belajar mengajar di kelas.

2. Manfaat praktis

Manfaat praktis yang bisa diperoleh dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Bagi penulis, untuk memperkaya khazanah keilmuan pribadi khususnya Pendidikan Islam.

b. Bagi guru, untuk menambah referensi tentang media pembelajaran dengan menggunakan teknologi di sekolah sehingga menumbuhkan kreatifitas guru untuk terus belajar dan meningkatkan kompetensi dalam psikologi peserta didik agar dapat memahami karakteristik siswa yang beragam.

c. Bagi sekolah, sebagai bahan masukan untuk sekolah agar dapat memfasilitasi ruangan kelas. Meningkatkan mutu pendidikan di tingkat SMPN dengan pembelajaran yang berbasis pada IT.

d. Bagi pihak pengelola Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (UIN JKT) untuk menambah karya ilmiah yang berbasis riset dan teknologi pembelajaran yang efektif untuk digunakan dalam ruang kelas di sekolah.

e. Pemerintah penentu kebijakan pendidikan, sebagai bahan informasi penggunaan media yang tepat untuk siswa di sekolah (percontohan), agar dapat dilakukan merata di seluruh jenjang pendidikan, tentunya disertai dengan pelatihan kompetensi guru.


(23)

BAB II KAJIAN TEORI

A.Teknologi Al Quran Digital dalam Pembelajaran 1. Teori Teknologi Pembelajaran

Teknologi menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) adalah

“keseluruhan saran untuk menyediakan barang-barang yang diperlukan bagi kelangsungan dan kenyamanan hidup manusia”. Secara sederhana teknologi dapat diartikan sebagai media/alat yang modern dan sesuai dengan perkembangan zaman, dimana tujuan pembuatanya adalah untuk mempermudah dan mempercepat proses penyampaian komunikasi atau proses suatu pekerjaan.

Teknologi dan pembelajaran adalah suatu kajian yang tidak bisa dipisahkan. Sebab, salah satu pendekatan yang digunakan dalam bidang pendidikan adalah pendekatan teknologi. Nasution (1991:2) mengemukakan bahwa “teknologi pendidikan suatu cara mengajar yang menggunakan alat-alat tehnik modern yang sebenarnya dihasilkan khusus untuk keperluan pendidikan yang akan dimanfaatkan dalam pendidikan seperti radio, film opaque projector, ohp, tv, video tape recorder, computer, dan masih banyak perangkat lainnya.”

Berdasarkan uraian definisi di atas jelaslah bahwa Teknologi merupakan semua komponen meliputi benda, media dan alat modern yang adaptif terhadap perkembangan zaman yang bertujuan untuk memudahkan penggunanya dalam mencapai keperluan hidupnya. Jika dikaitkan dengan pembelajaran, maka semua komponen tersebut digunakan dan dikerahkan demi tercapainya tujuan pembelajaran. Tujuan utama teknologi pembelajaran sebagaimana diungkap Warsita (2008:10) adalah untuk memecahkan masalah belajar atau memfasilitasi kegiatan pembelajaran. Lebih lanjut Warsita menambahkan bahwa Edgar Dale merupakan tokoh yang berjasa dalam pengembangan teknologi pembelajaran modern. Dale mengeluarkan toeri kerucut pengalaman berupa rentangan tingkat pengalaman belajar dari yang bersifat langsung hingga ke pengalaman melalui simbol-simbol verbal, yang merupakan suatu rentangan (kontinum) dari yang bersifat konkret ke abstrak.


(24)

Gambar 2.1 Kerucut Pengalaman Belajar Dale (Stremba & Bisson: 2009)

Berdasarkan Gambar 2.1 dapat difahami bahwa menurut teori Dale terdapat empat jenis pengalaman belajar, yaitu: a) mengamati dan berinteraksi dengan lambang verbal, misalnya dengan mendengarkan ceramah b) mengamati dan berinteraksi dengan mediated events, misalnya menonton slide, video/VCD, film c) mengamati dan berinteraksi dengan actual events, misalnya fieldtrip, demonstrasi, sosiodrama; d) melakukan dalam pengalaman langsung, misalnya memasak, mencangkul kebun sekolah. Teknologi pembelajaran pada saat itu masih condong ke pendekatan media. Oleh karena itu, merupakan klasisfikasi media yang bertolak pada teori komunikasi. (Warsita, 2008: 12)

Teknologi banyak berperan dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah. Peran tersebut secara garis besar menurut Sharon, dkk (2011: 15) dibagi menjadi dua.

a. Teknologi dan media digunakan untuk mendukung penyajian pengajaran. Kondisi ini terjadi apabila pengajarannya berpusat pada guru. Teknologi hanya berperan untuk membantu tercapainya pesan yang akan disampaikan dalam pembelajaran bukan menjadi sumber utama belajar. b. Teknologi dan media menjadikan siswa sebagai pengguna utama.

Kondisi ini terjadi apabila pengajaran berpusat pada siswa. Siswa berperan aktif dalam memberdayagunakan sumber belajar. Teknologi dijadikan sebagai obyek dalam menemukan dan mencari bahan belajar atau bahkan evaluasi belajar siswa.

high

low

teks

pictures or audio only

Audiovisual/Media

Dramatization Demontsration

Simulation/Role Play


(25)

Melalui penelitian ini, peran teknologi yang akan difokuskan pada pembelajaran yang bersifat student centre, yang menjadikan siswa sebagai pengguna utama teknologi dan media tersebut. Sedangkan guru hanya berperan sebagai fasilitator dalam kegiatan pembelajaran.

2. Macam-Macam Teknologi dalam Pembelajaran

Teknologi pembelajaran saat ini sangat beragam. Teknologi berkembang dan berevolusi dengan pesat dengan cepat. Abdulhak & Darmawan (2013: 184) menyatakan bahwa kawasan pengembangan teknologi dalam pembelajaran diorganisasikan dalam 4 kategori:

a. Teknologi Cetak

Teknologi cetak adalah cara untuk memproduksi atau menyampaikan bahan, seperti buku-buku dan bahan-bahan visual yang statis, terutama melalui proses pencetakan mekanis atau fotografis. Warsita (2008: 28) menambahkan bahwa teknologi cetak ini menjadi dasar untuk pengembangan dan pemanfaatan dari kebanyakan bahan pembelajaran lain dan memiliki karakteristik sebagai berikut:

1) Teks dibaca secara linier, sedangkan visual direkam menurut ruang. 2) Keduanya biasanya memberikan komunikasi satu arah yang pasif. 3) Keduanya berbentuk visual yang statis.

4) Pengembangan sangat bergantung kepada prinsip-prinsip linguistik dan persepsi visual.

5) Keduanya berpusat pada peserta didik.

6) Informasi dapat diorganisasikan dan distrukturkan kembali oleh pemakai.

b. Teknologi Audiovisual

Teknologi audiovisual merupakan cara memproduksi dan menyampaikan bahan dengan menggunakan peralatan mekanis dan elektronis untuk menyajikan pesan audio dan visual. Warsita (2008: 30) menjelaskan bahwa memproyeksikan gambar, pemutaran kembali suara dan penanyangan visual yang berukuran besar dan memiliki karakteristik sebagai berikut:

1) Bersifat linier.

2) Menampilkan visual yang dinamis.

3) Secara khas digunakan menurut cara yang sebelumnya telah ditentukan oleh desainer.

Berdasarkan uraian diatas dapat ditegaskan bahwa teknologi audiovisual merupakan perpaduan antara grafik dan suara. Gambar gambar yang ditayangkan menjadi lebih hidup karena diiringi dengan bunyi, yang membuat peenggunaanya semakin tertarik untuk melihat dan juga mendengar apa bentuk yang lanjutan yang telah dipersiapkan oleh pembuatnya.


(26)

c. Teknologi berasaskan Komputer

Teknologi berbasis komputer merupakan cara-cara memproduksi dan menyampaikan bahan dengan mengggunakan perangkat yang bersumber pada mikroprosesor. Teknologi ini melahirkan media pembelajaran berbasis komputer.

Rusman (2013: 176) mengatakan bahwa saat ini komputer tidak lagi hanya digunakan sebagai sarana komunikasi dan pengolahan data tetapi juga sebagai sarana belajar multimedia yang memungkinkan peserta didik membuat desain dan rekayasa suatu konsep ilmu pengetahuan. Sistem kerja unit komputer digambarkan sebagai berikut:

Gambar 2.2 Sistem Kerja Komputer (Rusman: 2013)

Sekali lagi Rusman (2013: 186-187) menambahkan bahwa karakteristik dari pembelajaran berbasis komputer adalah sebagai berikut:

1) Representasi isi, pembelajaran berbasis komputer tidak sekedar memindahkan teks dalam buku, atau modul menjadi berbasis komputer, tetapi materi diseleksi yang betul-betul representatif untuk dibuat pembelajaran berbasis komputer.

2) Visualisasi dengan video dua dimensi, tiga dimensi dan animasi (multimedia), materi dikemas secara multimedia yang terdapat di dalamnya teks, animasi, sound dan video sesuai dengan tuntunan materi. 3) Menggunakan warna yang menarik dan grafik dengan resolusi yang

tinggi, tampilan berupa template dibuat dengan teknologi rekayasa digital dengan resolusi tinggi tetapi support untuk setiap speech sistem komputer.

4) Tipe-tipe pembelajaran yang bervariasi, variasi tipe pembelajaran sesuai dengan kajian teori dalam Computer Based Instructon, yakni empat tipe


(27)

pembelajaran: (a) Tipe Pembelajaran Tutorial,(b) Tipe Pembelajaran Simulasi, (c) Tipe Pembelajaran Permainan/Game (d) Tipe Pembelajaran Latihan/Drill.

5) Respon Pembelajaran atau Penguatan, Pembelajaran berbasis komputer memberikan respon terhadap stimulus yang diberikan oleh siswa pada saat mengoperasikan program.

6) Mengembangkan prinsip self evaluation. Pembelajaran berbasis komputer juga menyediakan fasilitas dimana siswa dapat melatih kemampuan dalam penguasaan materi dengan menjawab soal-soal yang telah disediakan.

7) Dapat digunakan secara klasikal atau individual. Pembelajaran berbasis komputer dapat digunakan oleh siswa secara individual, tidak hanya dalam settingan (pengaturan) sekolah tapi juga dirumah.

Berdasarkan keterangan di atas ditegaskan bahwa komputer merupakan salah satu media yang tidak hanya berfungsi sebagai alat hitung, namun dapat digunakan sebagai media pembelajaran. Berbagai macam fitur ditawarkan melalui teknologi ini, mulai dari pengetikan, penghitungan cepat, presentasi bahkan teknologi ini menjadi pintu masuk pembelajaran online yang saat ini sedang merebak.

d. Teknologi terpadu

Teknologi terpadu merupakan cara untuk memproduksi dan menyampaikan bahan dengan memadukan beberapa jenis media yang dikendalikan komputer. Dengan kata lain teknologi terpadu lebih sering disebut dengan multimedia. Warsita (2008; 36-37) membagi karakteristik teknologi terpadu atau multimedia menjadi beberapa bagian:

1) Dapat digunakan secara acak, di samping secara linier.

2) Dapat digunakan sesuai dengan keinginan peserta didik, disamping menurut cara seperti yang dirancang oleh pengembanganya.

3) Gagasan-gagasan sering disajikan secara realistik dalam konteks pengalaman peserta didik, relevan dengan kondisi peserta didik, dan dibawah kendali peserta didik.

4) Prinsip-prinsip teori belajar kognitif dan konstruktivisme diterapkan dalam pengembangan dan pemanfaatan bahan pembelajaran.

5) Belajar dipusatkan dan diorganisasikan menurut pengetahuan kognitif sehingga pengetahuan terbentuk pada saat digunakan.

6) Bahan belajar menunjukan interaktifitas peserta didik yang tinggi. 7) Sifat bahan yang mengintegrasikan kata-kata dan contoh dari banyak

sumber media.

Berdasarkan keterangan di atas ditegaskan bahwa teknologi terpadu merupakan kombinasi dari berbagai macam media yang dipadupadankan menjadi media bahan ajar dalam pembelajaran. Teknologi terpadu bisa dikatakan sebagai teknologi mutakhir dan komprehensif, karena teknologi ini sudah menggunakan perpaduan komputer dengan teknologi lain yang menggunakan prinsip teori belajar seperti memperhatikan aspek kognitif dan psikomotorik peserta didik.


(28)

3. Urgensi Teknologi dalam Pembelajaran

Teknologi merupakan alat penunjang pembelajaran. Keberadaanya sangat dibutuhkan dalam rangka mensukseskan hasil belajar dan meningkatkan mutu pendidikan di sebuah lembaga pendidikan. Prencsky (2013: 12) sebagaimana dikutip Schrumm mengatakan bahwa kedatangan teknologi digital di sekolah meskipun berjalan lambat dan tidak merata teknologi akan berdampak dalam jangka panjang dan memungkinkan guru dan siswa untuk bermitra dengan cara lebih pribadi dan individu.

Pendidikan saat ini memasuki era modern, fenomena ini menurut Drajat (1995: 16) ditandai dengan pengajaran yang berlangsung dari sederhana kepada yang majemuk, dari yang konkret kepada yang mujarad, benda dahulu baru kaidah, analisis dahulu baru kontruksi, mengingat hanya untuk yang benar-benar berguna dan dipahami, bahasa daerah menjadi bahasa pengantar, pendidikan fisik untuk kesehatan, dan menggunakan metode ilmiah dalam pendidikan. Oleh karenanya terdapat beberapa alasan mendasar mengapa membutuhkan teknologi dalam pendidikan. Sebagaimana diungkapkan oleh Richardus (2014: 2-12) bahwa ada beberapa alasan yaitu:

a. Perilaku Pembelajaran Generasi Terkini

Bayi yang lahir di atas tahun 90-an sudah biasa melihat berbagai teknologi informasi dan komunikasi dalam lingkungan kehidupanya sehari-hari. Berbeda dengan generai lama yang ketika lahir baru ada televisi dan radio, generasi milineal ini lahir ketika teknologi semacam telepon genggam, komputer, SMS, PDA (Personal Digital Assistant), internet, games (playstation, Xbox, Nintendo) dan piranti digital lainnya sedang dalam puncak perkembangannya. Dengan demikian tidak mengherankan jika dikatakan bahwa generasi ini sangatlah handal dalam menggunakan perangkat teknologi, karena sumber daya ini telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan mereka sehari-hari. (Richardus , 2014: 2)

Terkait dengan proses pendidikan dan pembelajaran, generasi ini berada dalam empat domain berbeda yang bekerja secara simultan. Mereka belajar melalui interaksi dalam keluarga di rumah, melalui kegiatan pendidikan di sekolah, melalui aktifitas dan relasi dengan teman-teman komunitas di ranah-ranah publik, dan melalui proses pengunduhan informasi di dunia maya.

Tabel 2.1 Klasifikasi Pembelajaran Sesuai dengan Generasi (Richardus: 2014)

VETERAN BABY BOOMERS XERS MILLENIALS

< 1946 1946-1964 1965-1980 > 1981

Rumah Rumah Rumah Rumah

Sekolah Sekolah Sekolah

Ranah publik Ranah public Dunia maya


(29)

b. Evolusi Bentuk sumber Daya Pembelajaran

Dalam dunia pembelajaran, jika diperhatikan secara seksama telah terjadi empat kali revolusi besar-besaran karena ditemukannya empat buah konsep dan

atau produk “teknologi” dalam berkomunikasi. Pertama adalah ketika ditemukannya ”konsep berbahasa” dalam prasejarah manusia, ketika individu

-individu di dunia ini menemukan konsep “bahasa” sebagai alat berkomunikasi,

maka mulailah zaman revolusi pembelajaran pertama.

Kedua adalah konsep tulisan alphabet revolusi ketika ilmu yang tadinya

hanya ”menempel” pada seseorang, yang semakin tua semakin hilang memori dan

kemampuan penularannya, mulai dapat ditorehkan. Ketiga adalah revolusi ketika telah ditemukannya mesin cetak. Teknologi memperbanyak berkas cetakan di atas kertas dalam waktu cepat, maka dimulailah era penerbitan koran dan majalah berkata lainnya. Keempat adalah revolusi ketika ditemukannya teknik digitalisasi dalam laboratorium komputer. Dengan adanya kemajuan teknologi ini, berkas-berkas berbasis teks dan gambar yang biasanya dicetak pada kertas data disimpan dalam bentuk file elektronik.

Gambar 2.3 Evolusi Sumber Daya Pembelajaran (Richardus: 2014)

Berdasarkan gambar 2.3 dideskripsikan bahwa pembelajaran terus mengalami perubahan seiring dengan perkembangan zaman. Semakin meningkat dunia ilmu pengetahuan dan teknologi, maka berdampak pula pada unsur-unsur yang berkenaan dengan orang banyak misalnya pendidikan. Termasuk dalam metode, media strategi sampai pada konsep sumber daya pembelajaran.

Revolusi 1

Penemuan Konsep

Bahasa

Revolusi 2

Penemuan Konsep

Tulisan Alphabet

Revolusi 3

Penemuan

Mesin Cetak

Revolusi 4

Penemuan


(30)

c. Keterbatasan fisik dan panca indra manusia

Teknologi dibuat untuk membantu manusia dalam aktifitasnya. Manusia perlu dibantu karena pada dasarnya kemampuan seorang individu sangatlah terbatas. Selain terbatasnya kemampuan mengingat-ingat suatu peristiwa atau kejadian, kecenderungan tingkat daya ingat seseorang menurun sejalan dengan pertambahan usia. Demikian halnya juga terjadi pada panca indra. Keterbatasan tersebut tidak hanya dalam keterbatasan fisik, tapi juga keterbatasan lokasi, keterbatasan akses, keterbatasan jangkauan, keterbatasan ingatan serta keterbatasan konsistensi.

d. Tuntutan penyelenggaraan proses yang efektif dan efisien

Dalam domain manajemen penyelenggaraan Institusi Pendidikan, terdapat sejumlah besar sumber daya yang dibutuhkan, seperti: manusia, fasilitas dan sarana prasarana, konten dan pengetahuan, serta jejaring kemitraan. Di mata pemiliki dan pengelola organisasi, terkait dengan pemanfaatan berbagai sumber daya tersebut, tingkat kesuksesan dan keberhasilan kinerja.

Penjelasan urgensi di atas memperkokoh eksistensi teknologi dalam pembelajaran bahwa penggunaan berbagai macam alat/media modern dalam pendidikan adalah sebuah keharusan dalam menunjang kegiatan belajar mengajar. Senada dengan hal tersebut, Miarso (2005: 601) seorang pakar Teknologi Pendidikan Indonesia, menambahkan bahwa ada 6 manfaat penerapan teknologi pendidikan, yaitu:

1) Meningkatkan produktifitas pendidikan dengan jalan: (a) Memperlaju penahapan belajar.

(b) Membantu guru agar dapat menggunakan waktunya lebih baik.

(c) Mengurangi beban guru dalam menyajikan informasi, sehingga guru dapat lebih banyak membina dan mengembangkan kegiatan belajar anak didik. 2) Memberikan kemungkinan pendidikan yang sifatnya lebih individual dengan

jalan:

(a) Mengurangi kontrol guru yang kaku dan tradisional.

(b) Memberikan kesempatan anak didik untuk berkembang sesuai dengan kemampuan perorangan mereka.

3) Memberikan dasar pembelajaran yang lebih ilmiah dengan jalan: (a) Perencanaan program pembelajaran secara bersistem.

(b) Pengembangan bahan ajaran yang dilandasi penelitian.

4) Meningkatkan kemampuan pembelajaran dengan memperluas jangkauan penyajian, kecuali itu penyajian pesan dapat lebih konkret.

5) Memungkinkan belajar lebih akrab, karena dapat:

(a) Mengurangi jurang pemisah antara pelajaran di dalam dan di luar sekolah. (b) Memberikan pengalaman tangan pertama.


(31)

6) Memungkinkan pemerataan pendidikan yang bermutu, terutama dengan:

(a) Dimanfaatkan bersama tenaga atau kejadian langka.

(b) Didatangkannya pendidikan kepada mereka yang memerlukan.

Penjelasan manfaat diatas membuat sebuah paradigma baru bahwa teknologi pendidikan jika dilaksanakan dengan tepat, sistematis dan cermat akan menghasilkan tujuan pembelajaran yang diinginkan, tepat sasaran (efektif) dan menghemat waktu (efisien).

4. Teknologi Al Quran Digital

Menelusuri pandangan Al Quran tentang teknologi, mengundang kita menengok sekian banyak ayat al-Quran yang berbicara sekitar alam raya. Menurut sebagian Ulama, terdapat sekitar 750 ayat Al Quran yang berbicara tentang alam materi dan fenomenanya dan memerintahkan manusia untuk mengetahui dan memanfaatkan alam ini. Menurut Quraisy Shihab (1997: 441) “Teknologi dan hasil-hasilnya disamping harus mengingatkan manusia kepada Allah, juga harus mengingatkan bahwa manusia yang kepadanya tunduk segala yang berada dalam alam

raya ini”.

Allah Berfirman dalam Surat Ar-Rahman: 33

٣٣- ْ ب َلإ ت ل ا ف ْ أْلا ا َ لا ْقأ ْ ا ت أ ْ ْع ْسا إ س ْلا ِ ْلا ْع ي-

“Wahai golongan jin dan manusia! Jika kamu sanggup menembus (melintasi)

penjuru langit dan bumi, maka tembuslah. Kamu tidak akan mampu menembusnya kecuali dengan kekuatan (dari Allah).”

Ulama berbeda pendapat mengenai tafsir dari kata س . Diantaranya dalam tafsir Al-Lubab Fi Ulumi Al Kitab (1918: 331) kata tersebut diartikan “kekuatan untuk menguasai sesuatu, kekuasaan, kemampuan dan bukti-bukti” secara eksplisit Fakhru Al-Razy (tt: 306) dalam Tafsirnya mengatakan bahwa makna dari kata adalah “ilmu

pengetahuan” tentu jika yang dimaksud demikian maka strategi, media, metode dan teknologi pun terhimpun di dalamnya.

Seluruh komponen dalam ilmu pengetahuan harus mengikuti arus perkembangan zaman. Arif (2002: 50) mengungkapkan bahwa “Pada dasarnya metode-metode tersebut tidak ada yang tertinggal pada setiap periode. Disamping diakui banyak metode yang lahir sesuai dengan perkembangan pemikiran dan

kebutuhan kemajuan zaman”. Perkembangan metode pendidikan Islam diukur dari seberapa modern media yang digunakan oleh setiap pendidikan dalam mengaplikasikan metode yang ada. Salah satu buah dari kemajuan modern dalam pendidikan Islam itu adalah Al Quran Digital.

Definisi Al Quran sebagaimana termaktub dalam “Al Mukhtaru Min Ulumi Al Quran Al Karim” karya Abu Ahmad (1412 H: 11) merupakan “ilmu Allah yang diturunkan melalui Malaikat Jibril a.s pada qolbu (hati) penutup dari para Nabi dan Rasul yaitu Nabi Muhammad saw. dengan berbahasa Arab yang memiliki


(32)

keistimiewaan daya I‟jaz, yang diperintahkan untuk beribadah dan mengkodifikasinya, dimana para sahabat mengambilnya dari mulut (ucapan) Nabi Muhammad, dan

menjaganya baik melalui hafalan maupun mushaf yang telah terhimpun”. Demikian

mulianya Al Quran yang terjaga mulai dari proses penyampaian melalui Malaikat Jibril, sampai kepada Nabi dan kemudian dikodifikasikan oleh para sahabat yang kemurniannya terjamin sampai hari kiamat.

Al Quran yang kini beredar di tengah masyarakat terbagi menjadi dua versi output yaitu versi cetak dan versi digital. Al Quran versi cetak juga merupakan inovasi dalam teknologi mesin cetak. Menurut Growman sebagaimana dikutip Denfeer (1988: 68) Al Quran pertama kali yang dicetak dengan mesin cetak tipe yang dapat dipindahkan tersebut dibuat di Hamburg pada 1964 lengkap dengan tanda bacanya. Sedangkan naskah yang pertama kali dicetak oleh orang Islam terbit pada tahun 1987.

Seiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi maka lahirlah Al Quran digital. Menurut Arif (2014, para .4) Al Quran Digital merupakan peralatan digital yang berfungsi untuk membantu belajar membaca Al Quran karena di dalamnya terkandung Al Quran lengkap 30 juz, suara lantunannya, terjemahan dan fitur-fitur pendukung lainnya. Senada dengan hal tersebut Talib (2010: 331) berpendapat bahwa Al Quran digital merupakan salah satu pilihan software Al Quran yang menarik karena kelengkapannya, Al Quran digital juga diperkaya dengan indeks Al Quran yang memudahkan bagai penggunanya menemukan ayat yang berkaitan dengan topik-topik tertentu.

Indeks dalam Al Quran digital juga disetting agar pengguna bisa menemukan status golongan Surat dalam Al Quran apakah termasuk surat Makiyyah yakni surat yang diturunkan sebelum nabi melaksanakan hijrah atau surat Madaniyah yakni surat yang diturunkan setelah nabi melakukan hijrah.

Gambar 2.4 Tampil Indeks dalam Al Quran Digital (Al-Kalam: 2009)


(33)

Lebih lanjut, secara eksplisit Arif (2014, para. 6) menambahkan 4 manfaat penggunaan Al Quran Digital, sebagai berikut:

a. Al Quran digital merupakan media terbaik untuk belajar membaca Al-Qur'an tanpa bimbingan ustadz/guru.

b. Al Quran digital dapat mendengarkan bacaannya sekaligus melihat ayat yang dibaca juga dapat memperhatikan tajwidnya.

c. Al Quran digital dapat mengulangi bacaan berkali-kali sehingga melancarkan bacaan.

d. Al Quran digital membantu memahami makna bacaan karena dilengkapi dengan terjemahan bahasa Indonesia.

Penggunaan Al Quran digital akan berjalan dengan baik dan lancar tentunya apabila didukung dengan fasilitas sarana dan prasarana yang memadai di sekolah. Meskipun dikatakan media terbaik tanpa bimbingan guru, di kelas guru tetap berperan sebagai fasilitator karena tanpa arahan dan pengawasan guru rasanya mustahil siswa belajar sesuai dengan koridor, di tambah lagi ruang lingkup objek penelitian dalam penelitian ini adalah sekolah.

Gambar 2.5 Tampilan Terjemah Al Quran digital (Al-Kalam: 2009)

Selain keunggulan dan manfaat yang dapat diperoleh dari penggunaan Al Quran digital, sebagai sebuah mesin yang memiliki keterbatasan, Al Quran digital memiliki beberapa kelemahan. Sebagaimana dilansir dalam harian surat kabar baik versi cetak maupun online diantaranya:


(34)

1) Ada kemungkinan terjemahan Al Quran digital memiliki makna yang berbeda karena Al Quran digital dapat dibajak oleh orang yang tidak bertanggung jawab.

2) Al Quran Digital bebas beredar tanpa tanda Tashih dari Kemenag. (Andi, 2015. para. 3-5).

3) Pemilik Audio Quran digital belum bisa menyimpan rekaman dan video di dalamnya. (Sapta, 2006. para.4).

Aplikasi penerapan teknologi Al Quran digital pada penelitian ini adalah teknologi berbasis pada komputer yang dijalankan dengan Software Al Quran digital. Pembelajaran berbantuan komputer diharapkan mampu menciptakan lingkungan belajar yang menyediakan beragam opsi yang mampu menstimulasi pembelajar untuk menggunakan potensi kognitifnya (Salma & Siregar, 2007: 168).

B. Motivasi Belajar Al Quran 1. Motivasi Belajar

Motivasi sering disebut dengan kata “dorongan”. Menurut Iska (2011:82) Motivasi dalam arti sempit adalah “hasrat untuk melakukan sesuatu”. Sedangkan

dalam arti luas motivasi adalah “Serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi -kondisi tertentu sehingga seseorang mau dan ingin melakukan sesuatu, dan bila ia tidak suka, maka akan berusaha untuk meniadakan atau mengelakan perasaan tidak

suka itu“. Definisi lebih lanjut dikemukakan oleh Al Za‟balawi (2007; 191) “Motivasi adalah potensi fitrah yang terpendam, yang mendorong manusia untuk melakukan sesuatu yang mendatangkan kesenangan kepada dirinya atau memuaskan kebutuhan primernya, atau menolak bahaya yang membawa kesakitan dan kesedihan kepadanya.”

Senada dengan definisi di atas Sardiman (1992: 74) menambahkan bahwa

“Motivasi akan menyebabkan terjadinya suatu perubahan energi yang ada pada diri

manusia, sehingga akan bergayut dengan persoalanan gejala kejiwaan, perasaan dan juga emosi, untuk kemudian bertindak atau melakukan sesuatu. Semua ini didorong karena adanya tujuan, kebutuhan dan keinginan”.

Belajar menurut para pakar pendidikan Rasyad (2006: 14) adalah perubahan tingkah laku dan perilaku. Lebih lanjut Sumardi (1984: 232) menambahkan bahwa belajar itu membawa perubahan dan perubahan itu terjadi karena usaha yang pada pokoknya adalah didapatkan kecakapan baru.

Sementara motivasi belajar sebagaimana diutarakan oleh Uno (2008: 23)

adalah “dorongan internal dan eksternal pada siswa-siswa yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku, pada umumnya dengan beberapa indikator atau

unsur yang mendukung.” Suardi (2015: 44) mengungkapkan bahwa “motivasi belajar

memegang peranan penting dalam memberikan gairah, semangat dan rasa senang dalam belajar. Sehingga yang mempunyai motivasi tinggi mempunyai energi yang

banyak untuk melaksanakan kegiatan belajar“. Oleh karena itu dapat disimpulkan

bahwa siswa yang mempunyai motivasi tinggi sangat sedikit tertinggal belajarnya dan sangat sedikit pula tingkat kejenuhan dalam belajarnya.


(35)

Menanggapi fenomena belajar sebagaimana yang telah dikemukakan sebelumnya, dibawah ini dicantumkan beberapa ciri motivasi yang ada pada diri seseorang menurut Suardi (2015: 45) yaitu:

a. Tekun dalam menghadapi tugas.

b. Dapat bekerja secara terus-menerus dalam waktu lama. c. Ulet dalam menghadapi kesulitan.

d. Tidak mudah putus asa.

e. Tidak cepat puas atas prestasi yang diperoleh.

f. Menunjukan minat yang besar terhadap bermacam-macam masalah belajar. g. Lebih suka bekerja sendiri dan tidak bergantung kepada orang lain.

h. Tidak cepat bosan dengan tugas-tugas yang rutin. i. Senang mencari dan memecahkan masalah.

Berdasarkan beberapa penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar merupakan salah satu unsur penting dalam pembelajaran dalam rangka mendorong dan mendongkrak semangat belajar anak serta menghadapi berbagai permaslahan dalam belajar. Sehingga dapat tercipta suasana belajar yang sesuai dengan semboyan PAIKEM GEMBROT yaitu Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif Menyenangkan, Menggembirakan dan Berbotot.

Ada banyak unsur yang dapat memotivasi siswa agar dapat membuat prestasi belajar siswa melesat di sekolah. Raid (2009: 33) mengungkapakan unsur-unsur motivasi belajar tersebut adalah: 1) Lingkungan yang memotivasi, 2) Sekolah yang memotivasi, 3) Motivasi internal, 4) Motivasi eksternal. Pejelasan rincinya sebagai berikut:

1) Lingkungan yang memotivasi

Suasana yang kondusif, aman dan nyaman dapat meningkatkan mood belajar anak sehingga anak termotivasi untuk mendapatkan nilai yang tinggi di lingkunganya.

2) Sekolah yang memotivasi

Sekolah yang baik adalah sekolah yang memberikan wadah kepada siswa untuk kreatif dan inovatif. Dengan penghargaan terhadap para siswanya tentu akan membuat siswa merasa dihargai karyanya, dan akhirnya akan memicu dan memacu prestasi belajar di sekolahnya.

3) Motivasi internal

Motivasi internal adalah motivasi yang lahir dari dalam diri orang itu sendiri. Misalnya sorang siswa menjadi rajin belajar karena berkeinginan menjadi juara pertama di kelasnya, tak peduli ada yang memintanya ataupun tidak. Pribadinya digerakkan dan dimotivasi oleh dirinya sendiri. (Manis, 2010: 3)


(36)

Adapun tips yang dapat dilakukan agar menimbulkan motivasi intrinsik menurut Hakim (2005: 30) adalah:

a) Memahami manfaat-manfaat yang dapat diperoleh dari setiap pelajaran. b) Memilih bidang studi yang paling disenangi dan paling sesuai dengan

minat.

c) Memilih jurusan bidang studi yang sesuai dengan bakat dan pengetahuan.

d) Memilih bidang studi yang paling menunjang masa depan.

4) Motivasi eksternal

Motivasi eksternal adalah motivasi yang datang dari luar orang itu. Misalnya, seorang siswa jadi rajin belajar setelah dijanjikan akan dibelikan sepeda motor baru oleh orang tuanya (Manis, 2010: 4). Adapun tips yang dapat dilakukan agar dapat menimbulkan motivasi ekstrinsik menurut Hakim (2005: 30-31) adalah:

a) Keinginan mendapat nilai ujian yang baik. b) Keinginan menjadi juara kelas atau juara umum. c) Keinginan naik kelas atau lulus ujian.

d) Keinginan menjaga harga diri atau gengsi.

e) Keinginan untuk menang bersaing dengan orang lain. f) Keinginan menjadi siswa teladan.

g) Keinginan untuk melaksanakan anjuran atau dorongan dari orang lain seperti orang tua, kakak, teman akrab, guru, dan orang lain disegani serta mempunyai hubungan yang erat.

Motivasi eksternal dapat dilakukan secara maksimal oleh guru di sekolah. Secara eksplisit Purwanto (1985: 41) menambahkan beberapa upaya yang dapat dilakukan oleh guru dalam rangka meningkatkan motivasi belajar, yaitu:

(1) Hindarkanlah sugesti dan kondisi yang negatif (kurang menunjang dan menggairahkan).

(2) Ciptakan situasi kompetensi yang sehat, baik antar individu dalam kelompok/kelasnya maupun self competition.

(3) Adakan pre-making (atas dasar prisip goal gradient) makin jelas dan dekat pada tujuan/saran makin kuat motif (berusaha).

(4) Dalam hal tertentu, ganjaran dan hadiah (reward and punishment) atau insentif dapat juga diberikan dalam bentuk penghargaan dengan pujian, piagam, fasilitas, kesempatan promosi, dan sebagainya. Bila dipandang mungkin dapat juga dipergunakan hukuman pedagogis (punishment, penalty).


(37)

2. Teori Motivasi Belajar

Motivasi merupakan kekuatan atau tenaga atau daya. Suatu keadaan kompleks dan kesiapsediaan dalam diri individu, untuk bergerak ke arah tujuan tertentu baik disadari maupun tidak disadari (Purwanto, 1985: 37). Agar motivasi itu tepat sasaran diperlukan kerangka, yakni teori dasar dalam mengembangkannya. Menurut Djiwandono (2006: 330) setidaknya ada sembilan macam teori motivasi yang bisa diterapkan, yaitu:

a. Motivasi dan penguat

Konsep motivasi ini berkaitan erat dengan prinsip-prinsip bahwa tingkah laku yang telah diperkuat pada waktu yang lalu barang kali diulang. Misalnya siswa yang rajin belajar dan mendapat nilai bagus diberi hadiah. Sedangkan tingkah laku yang tidak diperkuat atau dihukum tidak akan diulang, misalnya siswa yang menyontek dihukum. Siswa yang telah di re-inforced atau diperkuat untuk belajar. Contohnya dengan memberikan nilai yang bagus atau pujian dari orang tua dan guru akan termotivasi untuk belajar. Tetapi sebaliknya, siswa yang tidak diperkuat untuk belajar, karena mereka telah belajar tetapi tidak mendapatkan nilai yang bagus, atau pujian dari orang tua atau gurunya tidak memuji belajarnya tidak akan termotivasi untuk belajar. (Djiwandono, 2006: 330)

b. Hadiah dan penguat (reward and reinforce)

Sebagian besar reinforcer ditentukan oleh pribadi dan situasi. Nilai reinforcer dari reward (hadiah) tidak begitu saja diterima oleh siswa, karena semua itu bergantung pada banyak faktor. Contoh, ketika guru mengatakan kepada siswa supaya mengumpulkan pekerjaannya karena akan dinilai, dengan maksud nilai merupakan reinforcer bagai hampir semua siswa (Djiwandono, 2006; 331).

c. Cognitive dissonance

Kebutuhan untuk menyatakan bahwa dirinya adakah seorang yang baik (positif) merupakan suatu motivator yang kuat. Teori ini berpegang bahwa orang akan marah atau tidak senang jika nilai kepercayaannya ditentang oleh tingkah laku yang secara psikologis tidak konsisten. Dalam situasi pendidikan, cognitive dissonance, sering dipakai jika siswa menerima umpan baik, yang tidak menyenangkan bagi prestasi akademik mereka (Djiwandono, 2006: 332).


(38)

d. Teori Atribusi

Teori ini berpegang pada prinsip jika sesuatu yang baik terjadi maka yang baik itu karena kemampuan mereka. Sebaliknya jika sesuatu yang buruk terjadi pada mereka akan percaya bahwa ini karena tidak ada kontrol. Djiwandono menambahkan bahwa teori atribusi menyebutkan ada 4 penjelasan untuk sukses dan gagal dalam presatsi yaitu: (1) kemampuan, (2) usaha, (3) tugas yang sulit, (4) keberuntungan atau nasib. Empat atribusi ini dapat mewakili penjelasan tentang sukses dan gagal sebagai mana tabel berikut.

Tabel 2.2 Teori Atribusi (Djiwandono: 2006)

Kemampuan dan usaha adalah dari dalam (internal) dan tugas yang sulit dan keberuntungan atau nasib adalah dari luar (eksternal) adalah kemampuan tidak sama dengan usaha. Kemampuan ada hubungan dengan stabil artinya tidak dapat berubah. Sedangkan usaha dapat berubah(Djiwandono, 2006: 334).

e. Coingtons Theory Of Self Worth

Menurut teori ini, seorang individu belajar dari persepsi masyarakat bahwa sesorang dinilai karena prestasinya. Faktor kunci untuk motivasi berprestasi dapat dijelaskan sebagai berikut: bagaimana seseorang mencoba untuk mempertahankan persesi bahwa dia mempunyai kemampuan yang positif yang merupakan basis dari self worth (menghargai dirinya sendiri). Jika seseorang gagal dalam melaksanakan tugas, persepsi orang bahwa dia tidak mampu. Kegagalan menciptakan perasaan diri yang tidak berharga dan menolak dirinya sendiri. (self rejection) sebagai akibatnya, ketika individu dihadapkan pada tugas yang kemungkinan akan gagal, mereka akan menghindari situasi atau mengembangkan strategi untuk melindungi diri dari kurangnya kemampuan. (Djiwandono, 2006: 338).

Teori atribusi menggambarkan dan menyarankan implikasi dari penjelasan orang-orang akan kesuksesan dan kegagalan mereka

locus of control

Stabil

Stabil tidak stabil

internal : kemampuan : usaha :

Sukses : "saya pandai" “saya berusaha keras” Gagal: "saya bodoh" “saya tidak berusaha” eksternal : tugas yang sulit keberutungan (nasib)

Sukses : “tugas itu mudah " "saya beruntung" (nasib saya baik) gagal : “tugas itu sangat sulit"

“saya tidak beruntung” (nasib saya


(39)

f. Expentacy Theories Of Motivation

Teori ini berpandangan bahwa sebagian besar bergantung pada harapan seseorang untuk mendapatkan reward (hadiah). Teori ini mengatakan bahwa motivasi manusia untuk mencapai sesuatu bergantung pada hasil perkiraan mereka akan adanya kesempatan untuk sukses, dan nilai yang mereka tempatkan pada sukses. (Djiwandono, 2006: 341).

Tabel 2.3 Rumus Teori Ekspektasi Motivasi (Djiwandono: 2006)

g. Teori Humanistik untuk Motivasi

Interpretasi humanistik terhadap motivasi menekankan adanya kebebasan, pilihan, menentukan dirinya sendiri dan berjuang untuk pertumbuhan pribadi. Dengan penekanan ini ahli-ahli psikologi humanistik cenderung menjadi sangat cocok dengan pendekatan kognitif. (Djiwandono, 2006: 345) Banyak teori-teori humanistik menggambarkan kebutuhan, seperti disinggung dalam teori Maslow.

Maslow (1954, para.2) Seorang ahli teori motivasi, mengungkapkan bahwa hierarki pada kebutuhan manusia terdiri dari Self Actualization (aktualisasi diri), Esteem (penghargaan/penghormatan) Love and Belonging (rasa cinta dan rasa memiliki), Safety Needs (Perasaan aman) Psychology Needs (kebutuhan Psikologis). Secara jelas digambarkan kebutuhan manusia tersebut digambarkan dengan piramid berikut:

Gambar 2.6 Teori Hierarchy Moslow (Uno: 2008)

Meramalkan kemungkinan akan

kesuksesan

Nilai insentif untuk sukses

Motivasi X


(40)

Teori motivasi berdasarkan gambar 2.6 mengungkap bahwa kebutuhan psikologis merupakan kebutuhan mendasar yang tidak bisa lepas dari kebutuhan manusia, dan puncaknya adalah aktualisasi diri menempatkan dirinya sesuai pada bidangnya. Secara lebih lengkap menurut Djiwandono (2006: 346) urutan motivasi berdasarkan kebutuhan yang paling tinggi adalah:

1) Self actualization : Memenuhi kebutuhan untuk dirinya sendiri dimana orang bisa atau mampu melakukan. 2) Esteem appreciation : Mencari kenutuhan akan keindahan, tersusun

dengan rapi.

3) Intellectual achievement : Kebutuhan untuk mengerti dan menyelidiki. 4) Self-esteem : Keinginan untuk mendapatkan persetujuan dan

pengakuan.

5) Belonging : Kebutuhan untuk diterima dan dicintai. 6) Safety : Kebutuhan untuk merasa aman secara fisik

maupun psikis dan bebas dari bahaya. 7) Survival : Tingkat kebutuhan yang paling dasar yakni

makanan, air, udara dan perumahan.

h. Motivasi dan kepribadian

Motivasi sering dilihat sebagai sifat-sifat kepribadian seseorang yang relatif stabil. Beberapa orang dimotivasi untuk berprestasi, beberapa orang dimotivasi untuk bekerja sama dengan orang lain, dan mereka mengekspresikan motivasi ini dalam banyak cara yang berbeda-beda. Motivasi sebagai suatu sifat yang stabil adalah suatu konsep yang berbeda dengan motivasi untuk melakukan sesuatu yang spesifik atau khusus dalam situasi tertentu. Motivasi sebagai suatu sifat kepribadian adalah suatu hasil yang besar dari sejarah reinforcement seseorang. (Djiwandono, 2006: 349).

i. Motivasi berprestasi

Motivasi beprestasi adalah daya penggerak dalam diri siswa untuk mencapai taraf prestasi setinggi mungkin, sesuai dengan yang ditetapkan oleh siswa itu sendiri. Oleh karenanya, siswa diharuskan untuk bertanggung jawab mengenai keberhasilan yang akan diperolehnya. Biasanya individu yang memiliki motivasi tinggi akan menampilkan perilaku yang berbeda dengan orang yang motivasi berprestasi rendah (Hawadi, 2001: 87). Teori ini dikembangkan oleh Mc Clelland dalam bukunya Human Motivation (1987). Dalam bukunya dikatakan bahwa level motivasi berprestasi seseorang dapat dibedakan menurut empat hal, yaitu:

1) Tanggung jawab

Individu yang memiliki motivasi level tinggi akan merasa dirinya bertanggung jawab atas tugas yang diberikan. Ia akan menyelesaikan setiap tugas yang dan tidak akan meninggalkan tugas itu sebelum selesai.


(41)

2) Mempertimbangkan resiko

Individu yang memiliki motivasi level tinggi akan memilih tugas dengan derajat kesukaran yang lebih sulit yang menantang kemampuannya. Namun, masih memungkinkan berhasil menyelesaikannya dengan baik. 3) Memperhatikan umpan balik

Individu dengan level motivasi prestasi tinggi akan menyukai

pemberian umpan balik atas hasil kerjanya berupa reward (penghargaan). 4) Kreatif dan inovatif

Individu yang memiliki level motivasi prestasi tinggi cenderung akan bertindak kreatif dengan mencari cara baru untuk menyelesaikan tugas se-efisien dan seefektif mungkin. (Hawadi, 2001: 87)

Dalam penelitian ini, penulis mengacu pada teori motivasi belajar siswa pada sektor motivasi berprestasi yang diyakini dapat memicu dan memacu hasil belajar siswa ke arah yang lebih baik. Oleh karenanya indikator yang digunakan pun sesuai dengan 4 kategori meliputi: tanggung jawab, mempertimbangkan resiko, memperhatikan umpan balik, serta kreatif dan inovatif.

3. Sumber Motivasi Belajar Al Quran

Motivasi dalam bahasa Arab disebut dengan dafa‟a. Dalam Mu‟jam Al Ashry (1998: 900) kata "ىلإ عف " yang berarti “memberikan motivasi”. Motivasi belajar Al-Quran hendaknya memang datang dari diri sendiri atau biasa disebut motivasi intrinsik )ى خا لا ع ف لا( serta diiringi dengan tujuan mempelajari kitab Suci. Senada dengan hal tersebut Muhammad Abdul Qodir dalam “Thuruqu Ta’limi At Tarbiyah Al Islamiyah“ (1981: 69) mengemukakan bahawa tujuan dasar untuk mendalami Al-Quran adalah sebagai berikut:

a. Kemantapan membaca sesuai dengan syarat-syarat yang telah ditetapkan dan menghafal ayat-ayat atau surat-surat yang mudah bagi mereka.

b. Kemampuan memahami kitab Allah secara sempurna, memuaskan akal dan mampu menenangkan jiwanya.

c. Kesanggupan menerapkan ajaran Islam dalam menyelesaikan problema hidup sehari-hari.

d. Kemampuan memperbaiki tingkah laku murid melalui metode pengajaran yang tepat.

e. Kemampuan memanifestasikan keindahan retorika dan Uslub Al Quran. f. Penumbuhan rasa cinta dan keagungan Al Quran dalam jiwanya.

g. Pembinaan pendidikan Islam berdasarkan sumber-sumbernya yang utama dari Al Quran al karim.

Motivasi untuk belajar Al Quran meliputi membaca, menulis dan memahami kandungan di dalam kitab suci ini diperintahkan langsung oleh Allah melalui firman pertama-Nya dalam Al Qur‟an yakni surat Al-Alaq ayat 1-5 yang berbunyi:


(42)

“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhan-mu yang Menciptakan,(1). Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah (2)Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Mulia (3)Yang mengajar (manusia) dengan pena (4)Dia Mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya (5).” Motivasi belajar Al Quran tidak hanya bersumber dari firman Allah, tetapi juga tecantum dalam banyak hadis Nabi Muhammad saw, bahkan beberapa diantaranya mencapai derajat hadis Shohih. Dalam kitab Shahih Muslim karya Ulama Imam Abi Husain Muslim bin Al Hajjaj Al Qusyairi Al Nasaiburi atau yang lebih dikenal dengan Imam Muslim, dalam bab Fadhli Qiro’ati Al Qur’ani wa Surati Al Baqarah pada urutan hadis ke 804, dari shahabat Abu Umamah

Al-Bahili radhiallahu „anhu: Saya mendengar Rasulullah saw. bersabda:

“Bacalah oleh kalian Al-Qur`an. Karena ia (Al-Qur`an) akan datang pada

Hari Kiamat kelak sebagai pemberi syafa‟at bagi orang-orang yang rajin

membacanya.” (HR. Muslim 804)

Berdasarkan hadis di atas terdapat kesimpulan bahwa Nabi Muhammad saw. memerintahkan untuk membaca Al-Qur`an dengan bentuk perintah yang bersifat tegas. Diakhiri dengan sebuah motivasi dorongan akan ganjarannya karena nanti pada hari kiamat, Allah swt. akan menjadikan pahala membaca Al-Qur`an sebagai sesuatu yang berdiri sendiri, datang memberikan syafa‟at dengan seizin Allah kepada orang yang rajin membacanya.

Selain motivasi yang bersifat internal dari dalam kesadaran diri individu, hendaknya dalam rangka mendorong siswa mencintai Al-Quran seorang guru harus mencari apa yang mendorong siswa dan perangsang/stimulus atau motivasi eksternal )ى لا ع ف لا( yang menarik siswa untuk melakukan perbuatan itu hendaknya mengedepankan prinsip motivasi yang baik untuk anak didik, disamping harus menjauhkan saran-saran atau sugesti negatif yang dilarang Agama atau yang bersifat asosial dan asusila yang lebih penting lagi adalah membina pribadi anak didik agar dalam diri anak didik terbentuk adanya motif-motif yang mulia, luhur dan dapat diterima masyarakat (Purwanto, 1985: 77).

Lingkungan belajar harus memberi rangsangan dan mendukung kegiatan belajar mengajar. Sekolah harus memberi motivasi, hal ini menunjukan bahwa motivasi merupakan pengalaman yang berlingkup sekolah, dan iklim sekolah beserta etos sekolah merupakan pertimbangan yang penting (Raid, 2009: 32) Faktor yang membentuk lingkungan yang memberikan rangasangan meliputi: menarik bagi penglihatan banyak pilihan dan ruang (Raid, 2009: 58) Motivasi membantu pencapaian prestasi yang pada gilirannya membantu memudahkan beban mengingat.


(1)

72 Evaluasi Pembelajaran Bahasa Arab

Masna, Moh & Raswan Jakarta: UIN Press (2015)

202 Sudah 73 Mukjizat Al Quran Shihab, Quraish Bandung: Mizan

(1998)

433 Sudah 74 Al Quran Sang Mahkota

Cahaya

Arifin, Gus &Suhendri Abu Faqih

Jakarta: Elek Media Komputindo. (2010).

28, 36, 38, Sudah 75 Al Mukhtaru Min Ulumi

Al Quran Al Karim

Abu Ahmad Al Azhar Islamic Research (1412 H/1992 ) 11 Sudah 76 Tafsir Al Mishbah Shihab Quraish Jakarta: :Lentera Hati

(2002)

379 Sudah 77 Shahih Muslim Imam Muslim Al Hajjaj Lebanon: Dar Al Kotob (2008) 290 Sudah

78 Love Al Quran Kinoysan Jakarta: Grasindo

(2008)

62 Sudah

79 Metodologi Pembelajaran Agama Islam

Usman Basyirudin Jakarta: Ciputat Press (2002)

33-34 Sudah 80 Al Quran digital,

Teknologi yang

Memudahkan Belajar Al Quran

Arif http://qurandigital.com/home (2014)

Jurnal Sudah

81 Positive Technological Development for Young Children in the Context of Children’s Mobile Apps

Chau, Clement L http://pqdtopen.proquest.com/pubnum/3624692 (2014)

Jurnal Sudah

82 Disertasi “The Use Of

Technology In

Developmental

Education” University of Alabama.

Cederholm, Annete http://pqdtopen.proquest.com/pubnum/3439803. html (2010)


(2)

83 Tesis “Penerapan Metode Iqro’ pada Pembelajaran Calistung (Studi Kasus Kelompok Belajar Merpati di Dusun Wonosari Kecamatan Kaliwates Kabupaten Jember).

Faiqotul, Irliana H.

http://karya-ilmiah.um.ac.id/index.php/disertasi/article/view/ 11436

(2011)

Jurnal Sudah

84 Maslow’s Hierarcy of needs: Motivation Theory. 22 November 2013

Maslow http://studyob.com/maslow-hierarcy-of-needs (2013)

Jurnal Sudah

85 Hati-HatiPada Al Quran Digital

NurAminah, Andi http://republika.co.id/berita/koran/khazanahkora n/15/08/25/ntmx8a27hatihatipada-alquran-digital (2015)

Jurnal Sudah

86 Digital Native, digital Immigran. On The Horizon ( MCB

University Press, Vol. 9. No.5 October 2001)

Prensky, M. http://www.marcprensky.com/writing/prensky/di gitalnativesdigitalimmigrants/part1.pdf

(2001).


(3)

LAMPIRAN 15

FOTO KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR AL-

QUR’AN SMP N 185


(4)

(5)

LAMPIRAN 16


(6)