1. Takut, yaitu perasaan terancam oleh suatu objek yang dianggap
membahayakan. 2.
Cemas, yaitu perasaan takut yang bersifat khayalan tanpa ada objeknya.
3. Marah, yaitu perasaan tidak senang atau benci baik terhadap orang
lain, diri sendiri atau objek tertentu. 4.
Cemburu, yaitu perasaan tidak senang terhadap orang lain yang dipandang telah merebut kasih sayang dari seseorang yang
disayanginya. 5.
Kegembiraan, kesenangan, kenikmatan, yaitu perasaan yang positif, nyaman karena terpenuhi keinginannya.
6. Kasih sayang, yaitu perasaan memberikan perhatian dan
perlindungan pada orang lain. 7.
Phobi, yaitu rasa takut terhadap objek yang tidak perlu ditakutinya irrasional.
8. Ingin tahu, yaitu perasaan ingin mengenal atau mengetahui tentang
objek-objek yang ada di sekitarnya.
4. Perkembangan Sosial
Perkembangan sosial adalah perkembangan perilaku anak dalam menyesuaikan diri dengan aturan-aturan masyarakat dimana anak itu
berada. Perkembangan sosial anak merupakan hasil belajar, bukan hanya sekedar kematangan. Perkembangan sosial diperoleh anak
melalui kematangan dan kesempatan belajar dari berbagai respon terhadap dirinya. Bagi anak TK, kegiatan bermain menjadikan fungsi
sosial anak semakin berkembang. Tatanan sosial yang baik dan sehat serta dapat membantu anak dalam mengembangkan konsep diri yang
positif akan menjadi perkembangan sosialisasi anak menjadi lebih optimal.
Ciri sosial anak pada masa ini adalah mudah bersosialisasi dengan lingkungannya. Suatu hal yang perlu dicatat adalah pada masa ini
muncul kesadaran anak akan konsep diri yang berkenaan dengan gender, anak mulai memahami perannya sebagai anak perempuan dan
sebagai anak laki-laki.
5. Perkembangan Bahasa
Sejalan dengan pertumbuhan dan perkembangan anak, produk bahasa mereka juga meningkat dalam kuantitas, keluasan dan
kerumitannya. Anak-anak secara bertahap berubah dari melakukan ekspresi menjadi melakukan ekspresi dengan berkomunikasi melalui
gerakan menjadi ujaran. Anak usia dini biasanya telah mampu mengembangkan
keterampilan berbicara melalui percakapan yang dapat memikat orang lain. Mereka dapat menggunakan bahasa dengan berbagai cara seperti
bertanya, berdialog, dan bernyanyi. Sejak usia dua tahun anak menunjukkan minat untuk menyebut nama benda. Minat tersebut terus
berkembang sejalan dengan bertambah usia dan menunjukkan bertambah pula perbendaharaan kata. Dengan perbendaharaan kata
yang dimiliki anak mampu berkomunikasi dengan lingkungannya yang lebih luas. Anak dapat menggunakan bahasa dengan ungkapan yang
lebih kaya.
Selain aspek-aspek perkembangan pada anak usia dini di atas, Zainal Aqib menjelaskan aspek perkembangan moral pada anak usia dini.
Moral dan kognitif sangat erat hubungannya. Moral sangat dipengaruhi oleh tingkatan kemampuan kognitif dan biasanya anak dengan
kemampuan kognitif yang kurang bagus, secara umum, kemampuan moralnya pun juga kurang bagus. Akan tetapi tidak untuk sebaliknya, yaitu
anak yang kemampuan kognitifnya bagus belum tentu kemampuan moralnya juga bagus. Hal ini terjadi karena moral sangat dipengaruhi oleh
nilai-nilai yang berlaku dalam keluarga dan lingkungannya. Hal yang termasuk dalam kemampuan moral adalah empati, mematuhi aturan, dan
sebagainya. Kemampuan moral yang tertinggi adalah ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa.
31
Berdasarkan penjelasan-penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pada anak usia dini terjadi perkembangan-perkembangan yang
signifikan yaitu dari segi aspek fisik, motorik, kognitif, emosi, sosial, bahasa, dan moral. Hal tersebut merupakan pedoman bagi orang tua
maupun pendidik untuk memberikan pendidikan bagi anak-anak anak didik-nya secara baik dan sesuai dengan kebutuhan anak, sehingga dapat
mengembangkan bakat dan potensi yang dimiliki anak, yang berguna bagi kehidupannya di masa yang akan datang.
C. Pembelajaran Baca Tulis Al-Qur’an pada Anak Usia Dini
Rasululah SAW. telah menyeru para orang tua agar mendidik anak-anak mereka membaca al-
Qur’an. Menurut Ahmad Syarifuddin, “Usia yang ideal untuk menerima pendidikan al-
Qur’an adalah usia dini, usia kanak-kanak, atau usia sekitar 4-6 tahun
”.
32
Ahmad Sy
arifuddin menambahkan, “ditekankannya memberikan pendidikan al-
Qur’an pada masa anak-anak berlandaskan pemikiran bahwa masa kanak-kanak adalah masa pembentukan watak yang ideal. Anak-anak
pada masa itu mudah menerima apa saja gambar yang dilukiskan kepadanya. Sebelum menerima lukisan negatif, anak perlu didahului semaian pendidikan
membaca al- Qur’an sejak dini agar nilai-nilai kitab suci al-Qur’an tertanam
dan bersemi dalam jiwanya kelak ”.
33
Al-Hafizh as-Suyuthi dalam Jamaal Abdur Rahman mengatakan sebagai berikut
, “mengajarkan al-Qur’an kepada anak-anak merupakan salah satu hal pokok dalam Islam agar anak-anak didik dibesarkan dalam nuansa fitrah yang
putih lagi bersih dan kalbu mereka telah diisi terlebih dahulu oleh cahaya
31
Zainal Aqib, Pedoman Teknis Penyelenggaraan PAUD Pendidikan Anak Usia Dini Bandung: Nuansa Aulia, 2008, Cet. I, h. 31.
32
Ahmad Syarifuddin, op. cit, h. 64.
33
Ibid, h. 68.