Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

3 Hukum dan HAM atau dimasukkan ke dalam lembaga-lembaga rehabilitasi lainnya seperti Parmadi Siwi di bawah Kepolisian Daerah Metropolitan Jakarta Raya. 2 Lembaga Pemasyarakatan adalah sebuah lembaga yang diselenggarakan oleh pemerintah untuk memberi wadah dalam membina narapidana dan anak didik pemasyarakatan agar mereka mempunyai cukup bekal guna menyongsong kehidupan setelah selesai menjalani masa pidana. Selain itu, Lembaga Pemasyarakatan merupakan suatu pengejawantahan keadilan yang bertujuan untuk mencapai reintegrasi sosial atau pulihnya satuan hubungan antara narapidana di Lembaga Pemasyarakatan dengan masyarakat. 3 Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Salemba Jakarta Pusat merupakan salah satu lembaga permasyarakatan yang menjadi tempat dimana narapidana maupun anak didik pemasyarakatan dibina, dididik dan dibimbing agar menjadi manusia seutuhnya, menyadari kesalahan, memperbaiki diri dan tidak mengulangi tindak pidana sehingga dapat diterima kembali oleh lingkungan masyarakat, dapat aktif berperan dalam pembangunan dan dapat hidup secara wajar sebagai warga negara yang baik dan bertanggung jawab. 4 Kemudian Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Salemba Jakarta Pusat adalah Lembaga Pemasyarakatan yang menampung narapidana dan anak didik pemasyarakatan berjenis kelamin laki- laki. 2 Sarlito Wirawan Sarwono, Psikologi Remaja Jakarta: Rajawali Pers, 2000, h. 5. 3 Hmibecak.“Esensi Lembaga Pemasyarakatan sebagai Wadah Pembinaan Narapidana”,www.hmibecak.com, 2007. Diakses pada tanggal 11 Januari 2014, pukul 20.00 WIB. 4 Direktorat Jenderal Pemasyarakatan, UU RI No. 12 Th. 1995 Tentang Pemasyarakatan. 4 Narapidana dan anak didik pemasyarakatan adalah seseorang yang telah dijatuhi hukuman pidana karena melakukan kejahatan yang melanggar hukum. Tindak kejahatan yang dilakukan oleh narapidana dan anak didik pemasyarakatan disebabkan oleh banyak faktor misalnya : 5 a. Pergaulan yang tidak baik sehingga narapidana dan anak didik pemasyarakatan ikut terjerumus seperti menggunakan obat terlarang, bandar narkoba, penipuan, penganiayaan dan lain-lain. b. Kekurangan ekonomi dalam keluarga narapidana dan anak didik pemasyarakatan yang membuat mereka merampok, menodong bahkan membunuh. c. Faktor keluarga yang brokenhome orangtua yang tidak memperhatikan anaknya, membuat narapidana dan anak didik pemasyarakatan menjadi merasa hidupnya tidak berharga sehingga mereka mencari kepuasan denagn melampiaskannya kepada obat terlarang dan pergulan yang bebas. Sutrisno dan Sulis mengungkapkan bahwa penyebab kejahatan dapat dilihat dari beberapa faktor yaitu bakat si penjahat, alam sekitarnya, dan unsur kerohanian. Bakat seorang penjahat dapat dilihat menurut kejiwaankerohanian, ada penjahat yang pada lahirnya kejiwaannya lekas marah, jiwanya tidak berdaya menahan tekanan-tekanan dari luar, dan lemah jiwanya. Ada juga sejak lahirnya telah memperoleh cacat rohaniah. Sementara dalam Peraturan Pemerintah, tentang pembinaan dan bimbingan narapidana dan anak didik pemasyarakatan warga binaan pemasyarakatan dikatakan bahwa “Pembinaan adalah kegiatan untuk 5 Data Observasi kegiatan diskusi terhadap Anak Didik Pemasyarakatan di Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Salemba Jakarta Pusat pada tanggal 14 Maret 2014. 5 meningkatan kualitas ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, intelektual, sikap dan perilaku, professional, kesehatan jasmani dan rohani narapidana dan anak didik pemasyarakatan.” 6 Rohani mengandung pengertian “kondisi kejiwaan seseorang dimana terbentuk dalam hubungan manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa dalam budi pekerti seseorang serta melalui hubungan manusia dengan sesama manusia sesuai dengan ajaran agama yang dianutnya.” 7 Dengan begitu pembinaan rohani Islam di Lembaga Pemasyarakatan Klas II A menjadi sangat penting dalam memperbaiki perilaku maupun kejiwaan narapidana dan anak didik pemasyarakatan, agar mereka memiliki budi pekerti yang baik dengan berlandaskan ajaran-ajaran agama Islam. Ajaran-ajaran agama Islam yang membentuk hubungan narapidana dan anak didik pemasyarakatan dengan Tuhan Yang Maha Esa diharapkan dapat mengembalikan rasa percaya diri yang salah satunya adalah dengan meningkatkan ibadah shalat. Pembinaan terhadap narapidana dan anak didik pemasyarakatan dimaksudkan untuk memberi bekal kepada mereka sehingga kelak tidak akan melakukan pelanggaran hukum serta dapat berguna bagi masyarakat dan mampu memperoleh kebahagiaan di dunia dan di akhirat kelak. Kegiatan pembinaan di dalam Lembaga Pemasyarakatan mencakup proses pembinaan kepribadian dan pembinaan kemandirian. Pembinaan kepribadian meliputi : Pembinaan kesadaran beragama, pembinaan kesadaran berbangsa dan bernegara, pembinaan kemampuan intelektual kecerdasan, pembinaan mengintegrasikan diri dengan 6 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No 31 Tahun 1999 Tentang Pembinaan dan Pembimbingan Warga Binaan Pemasyarakatan, Bab 1 Pasal 1 ayat 1. 7 Siti Rahmah, “Bimbingan Rohani Islam Dalam Meningkatkan Semangat Kerja dan Motivasi Hidup Para Narapidana Study Kasus di LP Wanita Tangerang,” Skripsi S1 Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Negeri Jakarta, 2003, h. 21-22. 6 masyarakat. 8 Adapun pembinaan kemandirian meliputi : Pembinaan untuk mendukung usaha-usaha mandiri, misalnya kerajinan tangan, indusrti rumah tangga, keterampilan untuk usaha-usaha industri kecil, misalnya pembuatan batako : keterampilan yang dikembangkan sesuai bakatnya masing-masing, misalnya keterampilan seni band, seni tari; keterampilan untuk mendukung usaha-usaha industri atau kegiatan pertanian dengan menggunakan teknologi madya atau tinggi, misalnya industri kulit. 9 Upaya meningkatkan ibadah shalat anak didik pemasyarakatan termasuk ke dalam pembinaan kepribadian yaitu pembinaan kesadaran beragama, dan di Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Salemba kegiatan pembinaan kesadaran beragama Islam adalah kegiatan pembinaan rohani Islam. 10 Hal tersebut sangat penting dilakukan karena dengan pembinaan shalat diharapkan anak didik pemasyarakatan yang beragama Islam dapat mendekatkan diri kepada Allah sehingga mereka mampu memperbaiki diri dan bertaubat kepada-Nya. Secara khusus, dengan pembinaan shalat anak didik pemasyarakatanakan mendapatkan kembali rasa percaya diri dan harga dirinya serta dapat optimis akan masa depannya. Harus disadari bahwa untuk melaksanakan pembinaan rohani Islam melalui bentuk kegiatan dan usaha, tentunya menuntut kemampuan dan tanggungjawab yang lebih besar dari pelaksananya termasuk perlunya dukungan berupa sarana dan fasilitas yang memadai. Adanya keterbatasan seperti 8 Keputusan Menteri Kehakiman RI Nomor M.02-PK.04, 10. Tahun 1990 tentang Pola Pembinaan Narapidana Tahanan. 9 Ibid, Keputusan Menteri Kehakiman RI Nomor M.02-PK.04. 10 Wawancara pribadi dengan Pengawas kegiatan pembinaan rohani Islam Bapak Hary, Salemba, Senin 17 Februari 2014, pukul 09.00 wib. 7 keterbatasan fasilitas atau keterbatasan kemampuan pembina, membuat para pembina harus mampu memanfaatkan kondisi yang ada secara efisien sehingga dapat memiliki hasil yang optimal. Maka, suatu cara yang paling tepat untuk mengatasi keterbatasan adalah melalui penetapan atau menentukan strategi yang tepat. Dengan strategi yang tepat maka masalah-masalah yang sedang dihadapi serta kemungkinan pengembangan kegiatan pembinaan di masa yang akan datang dapat diantisipasi. 11 Saat ini strategi banyak digunakan untuk semua kegiatan organisasi, dan memang sudah sapatutnya demikian karena pada dasarnya dalam segala hal untuk mencapai suatu tujuan diperlukan strategi. Demikian juga dengan pembinaan rohani Islam di Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Salemba yang merupakan salah satu kegiatan dalam menyampaikan ajaran-ajaran Islam, untuk mencapai tujuan dari kegiatan tersebut maka perlu adanya strategi. Pada prinsipnya, pembina rohani Islam yang ada di Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Salemba sama seperti da’i yang harus mampu menerapkan strategi dari ajaran-ajaran Islam dan program-program pembinaan yang sudah dibuat. Seorang da’i yang baik harus mengetahui strategi apa yang akan digunakan dalam penyampaian misi ajaran-ajaran Islam yang akan disampaikan. Hal ini juga diungkapkan oleh Masykurs Hakim, “Seorang da’i harus memiliki strategi yang bijak dan metode yang strategis dalam menunjang keberhasilan dakwahnya. Jika seorang da’i 11 Supriyono, Manajemen Strategi dan Kebijakan Bisnis Yogyakarta: BPFE, 1985, h. 8. 8 mampu menjalankan strategi dakwah secara bijak, insya Allah akan mudah tercapai keinginannya yakni keberhasilan dakwahnya. 12 Strategi pembina rohani Islam dalam kegiatan yang ada di dalam pembinaan rohani Islam terhadap anak didik pemayarakatan di Lembaga Pemasyarakatan sangat penting, karena dapat memberikan pembinaan dalam bidang agama Islam yang salah satu tujuannya adalah agar anak didik pemasyarakatan dapat meningkatkan ibadah shalat. Karena pembinaan ibadah shalat dimaksudkan agar anak didik pemasyarakatan dapat menjadi muslim yang baik dengan menjalankan semua perintahNya dan menjauhi semua laranganNya. Dengan begitu mereka diharapkan dapat menjadi pribadi yang lebih baik dan tidak mengulangi kesalahan yang pernah mereka perbuat. Hal ini sesuai dengan pengertian Bimbingan Islam itu sendiri yaitu “proses pemberian bantuan terhadap individu agar mampu hidup selaras dengan ketentuan dan petunjuk Allah, sehingga dapat mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat. 13 Dengan demikian Bimbingan Islam merupakan proses sebagaimana bimbingan lainnya, tetapi dalam seluruh seginya berlandaskan ajaran Islam. 14 Melihat fenomena di atas, sangat penting sekali strategi yang dilakukan oleh pembina rohani Islam dalam peningkatan ibadah shalat di dalam Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Salemba. Oleh karenanya, penulis tergugah untuk mengangkat masalah tersebut dalam judul : “Stretegi Pembina Rohani Islam 12 Masyurs Hakim dan Ubaidillah, Dakwah Islam Dakwah Bijak Jakarta: Gema Insani Press, 1999, h. 84. 13 Aunur Rahim Faqih, Bimbingan Konseling dalam Islam Yogyakarta: UII Press, 2002, h. 4. 14 Faqih, Bimbingan Konseling dalam Islam, h. 11. 9 Dalam Peningkatan Ibadah Shalat Anak Didik Pemasyarakatan di Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Salemba Jakarta Pusat”.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Pembatasan masalah pada penelitian ini hanya menganalisis Strategi Pembina Rohani Islam dalam Peningkatan Ibadah Shalat Anak Didik Pemasyarakatan di Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Salemba Jakarta Pusat. Penelitian ini merupakan upaya untuk meneliti sebuah aktifitas pembinaan rohani Islam yang dilakukan oleh pembina di lingkungan Lembaga Pemasyarakatan. Namun demikian, mengingat banyaknya Lembaga Pemasyarakatan di seluruh Indonesia maka peneliti memfokuskan penelitian hanya di Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Salemba Jakarta Pusat pada bulan Februari – Mei 2014. Untuk memperjelas dan mempermudah pencarian data berdasarkan batasan masalah yang akan di bahas, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut : 1. Bagaimana strategi pembina rohani Islam dalam peningkatan ibadah shalat anak didik pemasyarakatan di Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Salemba Jakarta Pusat ? 2. Bagaimana hasil strategi pembina rohani Islam dalam peningkatan ibadah shalat anak didik pemasyarakatan di Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Salemba Jakarta Pusat ? 10

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan penelitian ini adalah : a. Untuk mengetahui bagaimana stretegi pembina rohani Islam dalam peningkatan ibadah shalat anak didik pemasyarakatan di Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Salemba Jakarta Pusat. b. Untuk mengetahui bagaimana hasil strategi pembina rohani Islam dalam peningkatan ibadah shalat anak didik pemasyarakatan di Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Salemba Jakarta Pusat. 2. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan memberi manfaat bagi : a. Bagi peneliti, sebagai wadah untuk memperluas wawasan pengetahuan dan pengalaman sehingga dapat meningkatkan kemampuan peneliti di bidang penelitian. b. Bagi mahasiswa, sebagai bahan informasi akademik untuk pelaksanaan penelitian berikutnya yang lebih meluas dan mendalam. c. Bagi pembina rohani Islam di Lembaga Pemsyarakatan, sebagai bahan masukan yang dapat digunakan untuk pembinaan terhadap anak didik pemasyarakatan. d. Bagi Lembaga Pemasyarakatan, sebagai bahan masukan yang dapat digunakan dalam mengembangkan dan meningkatkan program kegiatan masyarakat lainnya. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dipergunakan oleh pemerintah sebagai tambahan keterangan tentang masalah pembinaan rohani Islam pada anak didik pemasyarakatan di Lembaga Pemasyarakatan, sehingga bermanfaat untuk menambah 11 sumbangan pemikiran dalam pelayanan pembangunan kepada masyarakat.

D. Tinjauan Pustaka

Skripsi yang menjadi acuan penulis sebagai contoh dan pembanding adalah skripsi berjudul : 1. Strategi Dakwah Dalam Dunia Anak Studi Kasus Pada TKATPA Wahdatul Khairat di Kelurahan Tugu Utara Jakarta Utara. Dalam skripsinya Ma’sum Makki mengambil kesimpulan, strategi dakwah yang digunakan TKATPA Wahdatul Khairat sangat erat kaitannya dengan penerapan metode dakwah itu sendiri, seperti metode ceramah, metode tanya jawab, metode demontrasi, metode sosiodrama, dan metode BBM Bercerita, Bermain dan Menyanyi. Sedangkan metode dakwah yang paling tepat dan efisien diterapkan kepada anak adalah metode yang sangat bersentuhan langsung dengan dunia anak yaitu dunia bermain. 2. Strategi Dakwah Generasi Muda Masjid Al-Hikmah GEMA Dalam Meningkatkan Nilai-nilai Keislaman Para Pemuda Di Kampung Areman Cimanggis Depok. Dalam skripsi ini Indra Dita Puspito memberikan kesimpulan bahwa Gema Al-Hikmah dalam mengimplementasikan strategi dakwah yang sudah di susun dalam bentuk-bentuk program dakwah adalah membuat berbagai agenda keagamaan yang di butuhkan oleh setiap anggota, baik itu dalam