Pengertian Strategi KAJIAN TEORITIS

27 - Asas sosiologis : Asas ini erat hubungannya dengan situasi dan kondisi sasaran dakwah. - Asas psikologis :Asas ini erat hubungannya dengan kejiwaan manusia. - Asas efiktifitas dan efisiensi : Dalam kegiatan dakwah harus menyeimbangkan antara biaya, waktu, tenaga yang digunakan dengan pencapaian hasil kegiatan dakwah. 9 Dari beberapa pemaparan para ahli di atas, dapat dikatakan bahwa strategi adalah sebuah sarana dan juga seni dalam perencanaan untuk mencapai suatu tujuan. Dalam strategi perlu adanya taktik atau metode yang diterapkan agar tujuan yang ingin dicapai dapat terlaksana dengan baik. Strategi juga mencakup siapa yang terlibat dalam kegiatan, isi kegiatan, proses kegiatan, dan sarana penunjang kegiatan.

B. Tahapan Strategi

Fred R. David mengatakan bahwa dalam proses strategi ada tahapan- tahapan yang harus ditempuh, antara lain : 1. Perumusan strategi : Hal-hal yang mencakup perumusan strategi adalah pengembangan visi dan misi, mengidentifikasi peluang dan ancaman eksternal, kesadaran akan kekuatan dan kelemahan internal, penetapan tujuan jangka panjang, pencarian strategi-strategi alternatif, dan pemilihan strategi tertentu untuk mencapai tujuan. 2. ImplementasiPenerapan strategi : Penerapan strategi sering disebut juga tindakan dalam strategi, karena penerapan dalam strategi berarti memobilisasi untuk mengubah strategi yang dirumuskan menjadi suatu 9 Drs. Samsul Munir Amin, Ilmu Dakwah Jakarta: Amzah, 2009, h. 70-71. 28 tindakan. Tahap ini merupakan tahap paling sulit karena memerlukan kedisiplinan, komitmen dan pengorbanan. Kerjasama juga merupakan kunci dari berhasil atau tidaknya penerapan strategi. 3. EvaluasiPenilaian strategi : Penilaian strategi merupakan tahap akhir dari strategi. Terdapat tiga aktivitas dasar dalam penilaian strategi, yaitu : • Meninjau ulang faktor-faktor eksternal dan internal yang menjadi landasan bagi strategi yang sekarang. • Mengukur prestasi, yakni membandingkan hasil yang diharapkan dengan kenyataan. • Mengambil langkah korektif untuk memastikan bahwa prestasi sesuai rencana. 10

C. Pengertian Pembina Rohani Islam

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pembina berasal dari kata bina yang berarti membangun atau mengusahakan supaya lebih baik, sedangkan pembina adalah orang yang membina. 11 Jadi dapat dikatakan, pembina adalah orang yang mengusahakan atau melakukan kegiatan untuk memperoleh hasil yang lebih baik dan sesuai dengan target yang diharapkan. 10 Fred R. David, Manajemen Strategi Konsep Jakarta: Salemba Empat, 2010, h. 6-7. 11 Peter Salim dan Yeni, Kamus Besar Bahasa Indonesia Kontemporer Jakarta: Modern English, 1991, h. 1993. 29 Sedangkan rohani berasal dari bahasa arab yaitu “ruh” yang berarti jiwa. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata rohani memiliki arti sesuatu yang bertalian bukan jasmaniah. Rohani berkaitan dengan, roh, rohaniah dan alam. 12 Samudra Aziz dan Setia Budi medefinisikan rohani adalah bagian yang halus dari susunan kehalusan manusia yang memiliki kecendrungan kepada sifat- sifat Allah. 13 Kemudian berdasarkan pemahaman dari Al-Kindi, sebagai filusuf muslim pertama yang membahas hakikat ruhyaitu : “…Ruh adalah suatu wujud sederhana dan zatnya terpancar dari zat sang pencipta, persis sebagaimana sinar terpancar dari matahari. Ruh bersifat spiritual, kebutuhan dan berbeda dengan tubuh..”. 14 Dengan begitu, dapat diketahui bahwa ruh merupakan suatu zat yang bersifat spiritual, ketuhanan dan berbeda dari tubuh sebagai penggerak yang erat kaitannya hubungan manusia dengan Tuhannya. Mengingat bahwa ruh bersifat spiritual maka hal ini sangat erat kaitannya dengan Tuhan. Maka peran agama didalam diri seseorang akan berkaitan pula dengan kehidupan seseorang tersebut karena agama merukapan ikatan manusia dengan Tuhannya. Dalam penelitian ini, penulis memfokuskan pada agama Islam, dimana Islam dalam Ensiklopedia Islam memilki arti “agama samawi langit yang diturunkan oleh Allah SWT melalui utusanNya Muhammad SAW yang ajaran- 12 Dep.Dikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia Jakarta: Balai Pustaka, 1990, h. 850 dan 960. 13 Samudra Azhari dan Setia Budi, Eksistensi Rohani Manusia Jakarta: Yayasan Majelis Ta’lim HDH, 2004, bag. 2, h. 15. 14 Rafy Sapury, Psikologi Islam Tuntunan Jiwa Manusia Modern Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2009, h. 315-316.