Pengertian Pembina Rohani Islam

30 ajarannya terdapat dalam kitab suci Al-Quran dan sunah dalam bentuk perintah- perintah, larangan-larangan dan petunjuk-petunjuk untuk kebaikan manusia baik di dunia maupun di akhirat. 15 Maka menurut pemahaman penulis, pembina rohani Islam adalah seseorang yang memberikan pembinaan melalui kegiatan dalam pembetukan dan penyempurnaan jiwa seseorang dengan ajaran-ajaran agama Islam yang bertujuan mendekatkan diri kepada Allah SWT. Agar tujuan pembinaan rohani Islam yang dilakukan oleh pembina dapat tercapai, maka diperlukan metode yang tepat. Hal ini senada dengan pendapat Saleh Abdullah, tujuan pendidikan Islam itu akan tercapai secara tepat guna manakala jalan yang ditempuh menuju cita-cita tersebut betul-betul tepat. Adapun metode pembinaan agama Islam yang dilakukan adalah : 16 a. Metode cerita : menceritakan kisah-kisah yang dapat diambil hikmahnya oleh anak didik. b. Metode ceramah : metode ini berujuan untuk menjalin komunikasi antar anggota di dalam kelompok yang saling mengarahkan. c. Metode diskusi, tanya jawab atau dialog : merupakan metode dengan pendekatan perorangan, mengungkapkan apa yang dirasakan oleh yang dibina kepada pembina. d. Metode simbolisme verbal : demonstrasi visual yang hanya bisa dilakukan dengan praktek langsung. Dalam hal ini keteladanan juga termasuk di dalamnya. 15 Kafrawi Ridwan, dan Quraish Shihab, ed., “Islam”, Ensiklopedia Islam Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve, 1997, Jilid 24, h. 246 16 Abdurrahman Saleh Abdullah, Teori-teori Pendidikan Berdasarkan Al-Quran Jakarta: Rineka Cipta, 1994, h. 197. 31 e. Metode hukuman dan ganjaran : siapa yang melakukan kebaikan dan keburukan pasti akan mendapatkan ganjaran. 17 Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa pembina rohani Islam di Lembaga Pemasyarakatan adalah orang yang melaksanakan kegiatan untuk membentuk jiwa, memperbaiki moral, budi pekerti yang luhur dengan memperkuat keyakinan bersama, baik dalam hubungan manusia dengan sesama, dengan diri sendiri dan dengan Tuhannya melalui metode-metode yang telah ditetapkan berdasarkan Al-Quran.

D. Pengertian Peningkatan Ibadah Shalat 1. Peningkatan

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan bahwa peningkatan adalah proses kerja menambah kemampuan. 18 Sedangkan menurut Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat, peningkatan adalah upaya untuk menambah tingkat, derajat, kualitas ataupun kuantitas. 19

2. Ibadah Shalat

Kata ibadah berasal dari bahasa Arab “ibada”, artinya menyembah, mengabdi. 20 Secara etimologi, ibadah berarti taat, tunduk, dan do’a. 21 Sedangkan secara terminologi ibadah adalah nama yang 17 Abdullah, Teori-teori Pendidikan Berdasarkan Al-Quran, h. 205-231. 18 Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa 2001, h. 1086. 19 www.lpp.itb.ac.id Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat diakses pada 21 April 2014 pukul 1.46 am. 20 Mahmud Yunus, Kamus Arab-Indonesia Jakarta: Hida Karya Agung, 1990, h. 252. 21 Dewan Redaksi Ensiklopedia Islam, “Ibadah”.Ensiklopedia Islam Jakarta: Ictiar Baru Van Hoeve, 1994, h. 143. 32 mencakup segala perbuatan yang disukai dan diridai oleh Allah, baik berupa perkataan maupun perbuatan, baik terang-terangan maupun tersembunyi dalam rangka mengagungkan Allah dan mengharapkan pahalanya. Prof. Dr. Zakiah Daradjat dan kawan-kawan mendefinisikan ibadah secara umum berarti mencakup semua perilaku dalam semua aspek kehidupan yang sesuai dengan ketentuan Allah SWT. Dalam pengertian inilah ibadah dimaksud sebagai tugas hidup manusia. Firman Allah SWT : 22 Artinya :“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.” QS. Adz-Dzaariyat ayat 56 Dalam pengertian secara khusus, ibadah adalah perilaku manusia yang dilakukan atas perintah Allah SWT dan dicontohkan oleh Rasulullah SAW. Perilaku tersebut terdapat di dalam ruang lingkup syariah yang menjelaskan bahwasannya ibadah adalah peraturan-peraturan yang mengatur hubungan langsung dengan Allah SWT ritual yang terdiri dari rukun Islam yaitu : mengucapkan syahadatain, menegrjakan shalat, zakat puasa dan haji. Sementara ibadah lainnya adalah ibadah yang berhubungan dengan rukun Islam yakni : 1 Badani yang bersifat fisik yaitu bersuci meliputi wudhu, mandi, tayamum pengaturan menghilangkan najis, peraturan air, istinja dan lain-lain, adzan, qomat, itikaf, doa, shalawat, umrah, tasbih, istigfar, khitan, 22 Prof. Dr. Zakiah Daradjat dkk., Dasar-dasar Agama Islam Jakarta: Bulan Bintang, 1984, h. 300. 33 pengurusan mayat dan lain-lain. 2. Mali bersifat harta : qurban, aqiqah, alhadyu, sidqah, wakaf, fidyah, hibbah dan lain-lain. 23 Kata shalat berasal dari bahasa Arab yaitu “doa”, tetapi shalat yang dimaksud adalah “ibadah yang terusun dari beberapa perkataan dan perbuatan yang dimulai dengan takbir, disudahi dengan salam, dan memenuhi beberapa syarat yang ditentukan”. 24 Ulama hakikat mendefinisikan shalat sebagai menghadapkan jiwa kepada Allah yang mendatangkan rasa takut kepadaNya serta menumbuhkan dalam jiwa rasa keagungan dan kebesaranNya dan kesempurnaan kekuasaanNya. Sedangkan ulama makrifat melihat shalat dari ruhnya, yaitu berharap kepada Allah dengan sepenuh jiwa, khusyuk di hadapanNya, ikhlas bagiNya, serta hati hadir dalam berdzikir, berdoa dan memujinya. 25 Berdasarkan syariat, shalat adalah ibadah yang mengandung bacaan dan perbuatan tertentu dan khusus, diawali dengan takbir dan diakhiri dengan salam. 26 Adapun dalil-dalil dalam Al-Quran yang mewajibkan shalat, antara lain : Firman Allah Swt : Artinya :“Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku´lah beserta orang-orang yang ruku”. QS. Al_Baqarah : 43 27 23 Prof. Dr. Zakiah Daradjat dkk., Dasar-dasar Agama Islam Jakarta: Bulan Bintang, 1984, h. 298-299. 24 Sulaiman Rasjid, Fiqh Islam Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2003, h. 53. 25 Sudirman Tebba, Nikmatnya Shalat Jamaah Ciputat: Pustaka Irvan, 2008, h. 12-13. 26 Dr. Said Bin Ali-Al-Aqahthani, Petunjuk Lengkap Tentang Shalat Markaz Ad-Da’wah wal-Irsyad bir-Riyadh, 2003, h. 7.