43
konsep rehabilitasi, agar narapidana menyadari kesalahannya dan idak
mempunyai keinginan untuk mengulang kembali. Hal ini sesuai dengan isi dari penjelasan UU No. 12 tahun 1995 tentang pemasyarakatan :
Sistem pemenjaraan sangat menekankan pada unsur balas dendam dan penjeraan, sehingga institusi yang dipergunakan sebagai tempat pembinaan adalah
rumah penjara bagi narapidana dan rumah pendidikan negara bagi anak yang bersalah. Sistem pemenjaraan yang sangat menekankan pada unsur balas dendam
dan penjeraan yang disertai dengan lembaga “rumah penjara” secara berangsur- angsur dipandang sebagai suatu sistem dan sarana yang tidak sejalan dengan
konsep rehabilitasi dan reintegrasi sosial, agar narapidana menyadari kesalahannya, tidak lagi berkehendak untuk melakukan tindak pidana dan kembali
menjadi warga masyarakat yang bertanggung jawab bagi diri, keluarga dan lingkungannya. Berdasarkan pemikiran tersebut, maka sejak tahun 1964 sistem
pembinaan bagi narapidana dan anak pidana telah berubah secara mendasar, yaitu dari sistem kepenjaraan menjadi sistem pemasyarakatan. Begitu pula institusinya
yang semula disebut rumah penjara dan rumah pendidikan negara berubah menjadi lembaga pemasyarakatan.
34
1. Pembinaan Narapidana
Sistem pembinaan
narapidana yang
dikenal dengan
nama Pemasyarakatan, mulai dikenal pada tahun 1964 ketika dalam konferensi
Dinas Kepenjaraan di Lembaga tanggal 27 April 1964. Pembinaan adalah kegiatan untuk meningkatkan kualitas keimanan kepada Tuhan Yang Maha
34
UU No. 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan Pasal 1ayat 3.
44
Esa, Intelektual, sikap dan perilaku professional serta kesehatan rohani narapidana.
35
Sistem pemasyarakatan sebagai suatu sistem pembinaan yang berlandaskan Pancasila dan Undang-undang dasar 1945 tidak lagi sekedar
mengandung aspek penjeraan belaka, tetapi juga merupakan suatu upaya untuk mewujudkan reintegrasi sosial warga binaan pemasyarakatan yaitu
pulihnya kesatuan hubungan warga binaan pemasyarakatan sebagai pribadi, anggota masyarakat sebagai insan Tuhan.
36
Dalam sistem pemasyarakatan narapidana tidak lagi dianggap sebagai objek dan pribadi yang iheren dengan tindak pidana yang dilakukannya.
Narapidana dipandang sebagai manusia yang memiliki fitrah kemanusiaan, itikad dan potensi yang dapat digali dan dikembangkan dalam rangka
pembentukan manusia Indonesia seutuhnya. Prinsip-prinsip pembinaan narapidana dengan pendekatan yang lebih manusiawi ini, tercermin dalam
usaha-usaha pembinaan
terhadap narapidana
berdasarkan sistem
pemasyarakatan sebagaimana diatur dalam Undang-undang Nomor 12 tahun 1995 tentang Pemasyarakatan, yaitu dalam rangka membentuk narapidana
menjadi manusia seutuhnya. Hal ini mengandung makna bahwa pembinaan narapidana dalam sistem pemasyarakatan merupakan upaya untuk
35
Indonesia, Peraturan Pemerintah Nomor 31 tahun 1999 Tentang Pembinaan dan Pembimbingan Warga Binaan Pemasyarakatan, Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 68,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3845.
36
Departemen Kehakiman RI dan Hak Asasi Manusia, Kebijaksanaan Strategi dan Pola Implementasi Direktorat Jenderal Pemasyarakatan Jakarta: Badan Pembinaan Hukum Nasional,
1999.