42
Maka pada tahapan ini anak didik pemasyarakatan mulai menemukan dorongan sebagai kelanjutan dari proses. Anak didik pemasyarakatan mulai
mendapat “reward” untuk hasil belajar yang memuaskan, yang kemudian akan membuatnya bersemangat untuk kembali belajar mengikuti kembali kegiatan
pembinaan rohani Islam. Juga ada pemberian dorongan lebih jika kehadiran anak didik pemasayarkatan dalam mengikuti kajian pembinaan dinilai kurang optimal
supaya ia terdorong untuk rajin mengikuti kegiatan pembinaan rohani Islam. Teori pembelajaran sosial dalam bab II ini penulis gunakan untuk
pencocokan teori dalam menganalisis hasil dari strategi pembina rohani Islam dalam peningkatan ibadah shalat anak didik pemasyarakatan di Lembaga
Pemasyarakatan Klas II A Salemba Jakarta Pusat.
G. Pengertian Lembaga Pemasyarakatan
Dalam UU No. 12 tahun 1995 tentang pemasyarakatan, yang dimaksud lembaga pemasyarakatan adalah tempat di mana dilakukan kegiatan pembinaan
untuk warga binaan pemasyarakatan berdasarkan sistem, kelembagaan dan cara pembinaan merupakan bagian akhir dari seistem pemidanaan dalam tata tertib
peradilan pidana.
33
. Dahulu Lembaga Pemasyarakatan ini dinamakan penjara dan sebagai
wadah pelaksanaan dari pidana penjara adalah rumah-rumah penjara yaitu rumah yang digunakan bagi orang-orang terpenjara atau orang-orang hukuman. Sistem
kepenjaraan ini tidak digunakan lagi karena dipandang tidak sejalan dengan
33
Direktorat Jenderal Pemasyarakatan, Penjelasan Atas UU No. 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan.
43
konsep rehabilitasi, agar narapidana menyadari kesalahannya dan idak
mempunyai keinginan untuk mengulang kembali. Hal ini sesuai dengan isi dari penjelasan UU No. 12 tahun 1995 tentang pemasyarakatan :
Sistem pemenjaraan sangat menekankan pada unsur balas dendam dan penjeraan, sehingga institusi yang dipergunakan sebagai tempat pembinaan adalah
rumah penjara bagi narapidana dan rumah pendidikan negara bagi anak yang bersalah. Sistem pemenjaraan yang sangat menekankan pada unsur balas dendam
dan penjeraan yang disertai dengan lembaga “rumah penjara” secara berangsur- angsur dipandang sebagai suatu sistem dan sarana yang tidak sejalan dengan
konsep rehabilitasi dan reintegrasi sosial, agar narapidana menyadari kesalahannya, tidak lagi berkehendak untuk melakukan tindak pidana dan kembali
menjadi warga masyarakat yang bertanggung jawab bagi diri, keluarga dan lingkungannya. Berdasarkan pemikiran tersebut, maka sejak tahun 1964 sistem
pembinaan bagi narapidana dan anak pidana telah berubah secara mendasar, yaitu dari sistem kepenjaraan menjadi sistem pemasyarakatan. Begitu pula institusinya
yang semula disebut rumah penjara dan rumah pendidikan negara berubah menjadi lembaga pemasyarakatan.
34
1. Pembinaan Narapidana
Sistem pembinaan
narapidana yang
dikenal dengan
nama Pemasyarakatan, mulai dikenal pada tahun 1964 ketika dalam konferensi
Dinas Kepenjaraan di Lembaga tanggal 27 April 1964. Pembinaan adalah kegiatan untuk meningkatkan kualitas keimanan kepada Tuhan Yang Maha
34
UU No. 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan Pasal 1ayat 3.