didik anak tangga yang membawa siswa akan pemahaman yang lebih tinggi, dengan catatan siswa sendiri harus memanjat anak tangga tersebut.
Berpijak dari uraian di atas, maka pada dasarnya aliran konstruktivisme menghendaki bahwa pengetahuan dibentuk sendiri oleh
individu dan pengalaman merupakan kunci utama dari belajar bermakna. Belajar bermakna tidak akan terwujud hanya dengan mendengarkan
ceramah atau membaca buku tentang pengalaman orang lain.
3
Belajar menurut pandangan konstruktivis merupakan hasil konstruksi kognitif melalui kegiatan seseorang. Pandangan ini memberi penekanan
bahwa pengetahuan kita adalah bentukan kita sendiri.
4
Para ahli konstruktivis beranggapan bahwa satu-satunya alat yang tersedia bagi seseorang untuk mengetahui sesuatu adalah inderanya.
Seseorang berinteraksi dengan objek dan lingkungannya dengan melihat, mendengar, mencium, menjamah, dan merasakannya. Hal ini
menampakkan bahwa pengetahuan lebih menunjukkan pada pengalaman seseorang akan dunia daripada dunia itu sendiri.
5
a. Konstruktivisme Sosial Vygotsky
Teori Vygotsky merupakan salah satu teori penting dalam psikologi perkembangan. Teori Vygotsky menekankan pentingnya
peran interaksi sosial bagi perkembangan belajar seseorang. Menurut Vygotsky belajar dimulai ketika seorang anak dalam perkembangan
zone of proximal development, yaitu suatu tingkat yang dicapai oleh seorang anak ketika ia melakukan perilaku sosial. Zone ini juga dapat
dirtikan sebagai seorang anak yang tidak dapat melakukan sesuatu sendiri tetapi memerlukan bantuan kelompok atau orang dewasa.
Dalam belajar, zone proximal ini dapat dipahami pula sebagai selisih antara kegiatan yang dapat dikerjakan oleh seseorang dengan
kelompoknya atau dengan bantuan orang dewasa. Singkatnya,
3
Trianto, Op. Cit., h. 28
4
Ibid.,
5
Ibid.,
perkembangan zone proximal tergantung oleh intensifnya interaksi antara seseorang dengan lingkungan sosial.
6
Contoh zone proximal dalam pembelajaran yaitu ketika akan mengajarkan materi pembiasan cahaya, siswa harus memiliki prasyarat
pengetahuan yang berkaitan dengan cahaya, seperti siswa sudah memahami bahwa lintasan cahaya pada medium homogen adalah
lurus, siswa dapat memberikan contoh-contoh pembiasan dan pemantulan cahaya dalam kehidupan sehari-hari. Dengan memiliki
prasyarat pengetahuan seperti itu, maka dalam menyampaikan materi hukum pembiasan cahaya akan lebih mudah dipahami siswa, di
samping pembelajaran akan menjadi lebih bermakna bagi siswa tersebut.
7
Ide penting lain yang diturunkan dari teori Vygotsky adalah scaffolding. Scaffolding adalah memberikan dukngan dan bantuan
kepada seorang anak pada awal pembelajaran, kemudian sedikit demi sedikit mengurangi dukungan atau bantuan tersebut setelah anak
mampu untuk memecahkan problem dari tugas yang dihadapinya.
8
Bantuan tersebut dapat berupa petunjuk, peringatan, dorongan, menguraikan masalah ke dalam langkah-langkah pemecahan,
memberikan contoh, ataupun yang lain sehingga memungkinkan siswa tumbuh mandiri. Contoh dalam pembelajaran adalah pada
pembelajaran eksperimen untuk membuktikan hukum pemantulan cahaya, guru dapat memberikan bantuan kepada siswa berupa
penjelasan tentang langkah-langkah pelaksanaan eksperimen, atau bantuan berupa diskusi tentang rangkuman materi yang terkait dengan
pemantulan cahaya.
9
6
Baharuddin, Teori Belajar dan Pembelajaran, Yogyakarta : Ar-Ruzz Media, 2008, h. 124
7
Trianto, Op. Cit., h. 29
8
Baharuddin, Op. Cit., h. 127
9
Trianto, Op. Cit., h. 30
Ada dua implikasi utama teori Vygotsky dalam pendidikan. Pertama, adalah perlunya tatanan kelas dan bentuk pembelajaran
kooperatif antar siswa, sehingga siswa dapat berinteraksi di sekitar tugas-tugas yang sulit dan saling memunculkan strategi-strtategi
pemecahan masalah yang efektif di dalam masing-masing ZPD mereka. Kedua, pendekatan Vygotsky dalam pengajaran menekankan
scaffolding, dengan semakin lama siswa semakin bertanggung jawab terhadap pembelajaran sendiri.
10
Ringkasnya dalam teori Vygotsky adalah bahwa siswa perlu belajar dan bekerja secara berkelompok sehingga siswa dapat saling
berinteraksi dan diperlukan bantuan guru terhadap siswa dalam kegiatan pembelajaran.
2. Teori Pembelajaran Sosial