Penentuan Kadar Polifenol yang Terjerap serta Efisiensi Penjerapan

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta lebih banyak lagi. Namun, penambahan polifenol lebih lanjut menyebabkan vesikel niosom telah jenuh dan tidak mampu menampung polifenol. Akibatnya polifenol yang ditambahkan selanjutnya, menjadi tidak terjerap lagi di dalam vesikel. Polifenol yang tidak terjerap disebut sebagai polifenol bebas. Peningkatan polifenol bebas inilah yang dapat menyebabkan penurunan efisiensi penjerapan Dua, Anil, Rana, 2014; Tim 2004. Adapun diagram perbandingan polifenol yang terjerap dalam niosom dapat dilihat pada Gambar 4.5. Gambar 4.6. Diagram Perbandingan Persen Efisiensi Penjerapan Niosom F1, F2, dan F3 Hasil pengukuran efisiensi penjerapan pada niosom yang mengandung ekstrak kulit batang nangka untuk F1, F2, dan F3 dapat dilihat pada Tabel 4.6. Adapun efisiensi penjerapan ketiga formula niosom yang dihasilkan untuk F1, F2, dan F3 adalah 74,4; 67,3 dan 50,1. Peningkatan persentase efisiensi penjerapan niosom berbanding terbalik dengan jumlah ekstrak kulit batang nangka yang ditambahkan ke dalam formula. Semakin banyak jumlah ekstrak kulit batang nangka yang ditambahkan ke dalam formula maka akan semakin menurunkan efisiensi penjerapan niosom. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Tim 2004 dan Indriyani 2006, di mana peningkatan konsentrasi obat dapat menurunkan efisiensi penjerapan niosom. Jumlah obat yang dibawa tergantung pada konsentrasi obat yang ditambahkan. Hal ini disebabkan karena kapasitas membran bilayer surfaktan untuk obat terbatas 74.40 67.30 50.10 0.00 10.00 20.00 30.00 40.00 50.00 60.00 70.00 80.00 F1 F2 F3 E fis iens i P enj er a pa n Formula Niosom UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sehingga peningkatan konsentrasi obat selanjutnya menyebabkan penurunan efisiensi penjerapan. Efisiensi penjerapan niosom pada F1 dengan jumlah ekstrak yang ditambahkan sebesar 50 mg lebih baik. Hal ini dikarenakan jumlah vesikel yang tersedia masih cukup banyak untuk menjerap polifenol yang ditambahkan, sehingga kadar polifenol yang tidak terjerap pada vesikel niosom sedikit dan efisiensi penjerapannya besar. Sedangkan pada F2 dan F3 dengan konsentrasi ekstrak masing-masing 100 dan 150 mg menunjukkan penurunan efisiensi penjerapan. Hal ini dikarenakan senyawa polifenol ekstrak kulit batang nangka banyak yang tidak terjerap dan berada di luar vesikel yang disebut sebagai senyawa polifenol bebas. Semakin besar kadar polifenol bebas, maka akan semakin menurunkan efisiensi penjerapan niosom yang dihasilkan. Diagram perbandingan dari ketiga formula niosom ekstrak kulit batang nangka dapat dilihat pada Gambar 4.6. Berdasarkan ketiga formula niosom yang dihasilkan, formula yang efektif adalah formula 2, hal ini dikarenakan jumlah total senyawa polifenol yang terjerap besar yaitu 4,127 mg. Jumlah total senyawa polifenol yang terjerap pada F2 mengalami peningkatan sebesar ±2 kali lipat dibandingkan dengan total senyawa polifenol yang terjerap pada F1. Sementara pada F3 jumlah total senyawa polifenol yang terjerap tidak mengalami kenaikan yang signifikan dibandingkan dengan jumlah total senyawa polifenol yang terjerap dalam F2. Sehingga pada F3 banyak senyawa polifenol yang berada di luar vesikel. Jumlah total senyawa polifenol yang terjerap pada F1 terlalu kecil sehingga masih memungkinkan niosom memiliki daya tampung untuk menjerap senyawa polifenol ekstrak kulit batang nangka lebih besar lagi. 55 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5. 1 Kesimpulan

Peningkatan konsentrasi ekstrak kulit batang nangka Artocarpus heterophyllus L. dalam formula niosom menghasilkan penurunan ukuran partikel pada F1, F2, dan F3 berturut-turut adalah 207,55 nm; 168,80 nm dan 150,72 nm dan peningkatan kadar polifenol yang terjerap di dalam vesikel niosom pada F1, F2, dan F3, adalah sebesar 2,281 mg; 4,127 mg dan 4,608 mg. Namun menghasilkan penurunan efisiensi penjerapan pada F1, F2, dan F3 sebesar 74,4; 67,3 dan 50,1.

5.2 Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, untuk mendapatkan formula yang terbaik perlu dilakukan penelitian lebih lanjut terhadap uji penetrasi masing- masing formula niosom yang mengandung ekstrak kulit batang nangka Artocarpus heterophyllus L.. 56 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta DAFTAR PUSTAKA Aditria, Riswandi. Cahyono, Bambang. Swastawati, Fronthea. 2013. Identifikasi komponen penyusun asap cair dari ampas sagu dan kulit batang tanaman sagu Metroxylon sagu Rottb serta penentuan senyawa fenolat total dan aktivitas antioksida. Semarang: Universitas Diponegoro. 02 01: 240-246. Alfian, Riza. Susanti, Hari. 2012. Determination of total phenolic content of methanolic extracts red rosell Hibiscus sabdariffa L. calyxs in variation of growing area by spectrophotometry. Yogyakarta: Fakultas Farmasi, Universitas Ahmad Dahlan. 02 1: 73-80. Anonim, 2000. Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Ansel, H.C. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, edisi keempat. Terj. Dari Introduction to Pharmaceutical Dosage Form, oleh Farida Ibrahim. Jakarta: UI Press. Anwar, Effionora. Henry. Jufri, Mahdi. 2004. Studi kemampuan niosom yang menggunakan maltodekstrin pati garut Maranta arundinaceae L. sebagai pembawa klorfeniramin maleat. Depok : FMIPA UI. Arifin, Helmi. Anggraini, Nelvi. Handayani, Dian. Rasyid, Roslinda. 2006. Standarisasi ekstrak etanol daun Eugenia cumini Merr. Jurnal Sains Tek Far. 11 2. Padang : FMIPA UNAND. Astirin, Okin Parama. 2000. Permasalahan pengelolaan keanekaragaman hayati indonesia. Surakarta: Jurusan Biologi FMIPA UNS. Avandi, M, R.. Sadeghi, A. M, M. Mohammadpour, N. Abedin, S. Atyababi, F. Dinarvand, R. Tehrani, R, M. 2009. Preparation and characteritation of insulin nanoparticles using chitosan and arabic gum with ionic gelation method. Nanomedicine: 6. 58-63. Bansal, Saurabh. Kashyap, Chandan. Aggarwal, Geeta. Harikumar, SL. 2012. A comparative review on vesicular drug delivery system and stability issues. International Journal Of Research In Pharmacy And Chemistry. 2231- 2781. Barenholz, Y. Crommelin, DJA. 1994. Liposomes as Pharmaceutical Dosage Forms. Encyclopedia Of Pharmaceutical Technology. Inc. 9. 1-39.

Dokumen yang terkait

Variasi Ketebalan Papan dan Waktu Pengeringan dengan Gelombang Mikro terhadap Kualitas Kayu Nangka (Artocarpus heterophyllus L)

3 69 64

Pengaruh Variasi Konsentrasi Surfaktan pada Ukuran Partikel dan Efisiensi Penjerapan Niosom yang Mengandung Ekstrak Etanol 96% Kulit Batang Nangka (Artocarpus Heterophyllus)

11 34 69

SITOTOKSISITAS EKSTRAK METANOL DAUN SUKUN (Artocarpus altilis), NANGKA (Artocarpus heterophyllus) DAN Sitotoksisitas Ekstrak Metanol Daun Sukun (Artocarpus Altilis), Nangka (Artocarpus Heterophyllus) Dan Kluwih (Artocarpus Camansi) Terhadap Sel Kanker Pa

0 3 13

SITOTOKSISITAS EKSTRAK METANOL DAUN SUKUN (Artocarpus altilis), NANGKA (Artocarpus heterophyllus) DAN KLUWIH (Artocarpus camansi) Sitotoksisitas Ekstrak Metanol Daun Sukun (Artocarpus Altilis), Nangka (Artocarpus Heterophyllus) Dan Kluwih (Artocarpus Cam

0 8 15

SITOTOKSISITAS EKSTRAK METANOL DAUN SUKUN (Artocarpus altilis), NANGKA (Artocarpus heterophyllus), DAN KLUWIH (Artocarpus camansi) Sitotoksisitas Ekstrak Metanol Daun Sukun (Artocarpus altilis), Nangka (Artocarpus heterophyllus), dan Kluwih (Artocarpus c

0 3 16

SITOTOKSISITAS EKSTRAK METANOL DAUN SUKUN (Artocarpus altilis), NANGKA (Artocarpus heterophyllus), DAN Sitotoksisitas Ekstrak Metanol Daun Sukun (Artocarpus altilis), Nangka (Artocarpus heterophyllus), dan Kluwih (Artocarpus camansi) Terhadap Sel Kanker

0 3 14

Variasi Ketebalan Papan dan Waktu Pengeringan dengan Gelombang Mikro terhadap Kualitas Kayu Nangka (Artocarpus heterophyllus L)

0 1 10

Variasi Ketebalan Papan dan Waktu Pengeringan dengan Gelombang Mikro terhadap Kualitas Kayu Nangka (Artocarpus heterophyllus L)

0 0 12

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK KULIT BATANG NANGKA (Artocarpus heterophyllus Lamk.) TERHADAP GAMBARAN HISTOPATOLOGI CEREBRUM MENCIT YANG DIINFEKSI Toxoplasma gondii

0 0 77

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK KULIT BATANG NANGKA (Artocarpus heterophyllus Lmk.) TERHADAP LAMA HIDUP MENCIT (Mus musculus) YANG DIINFEKSI Toxoplasma gondii

0 1 80