Penentuan Panjang Gelombang Maksimum Asam Galat dalam PBS

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta lingkungan. Panjang gelombang maksimum asam galat dalam PBS dapat dilihat pada Lampiran 12. Panjang gelombang ini ditentukan sebagai panjang gelombang maksimum.

b. Pembuatan Kurva Standar Asam Galat dalam PBS

Phosphate Buffered Saline Larutan standar asam galat dengan konsentrasi 20, 30, 40, 50, 60, 70, dan 80 ppm dengan blanko PBS phosphate buffered saline. Semua larutan diukur absorbansinya menggunakan spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang 756 nm, kemudian dibuat kurva kalibrasi hubungan antara konsentrasi asam galat μgmL dengan absorbansi Pontis, Costa, Silva, Flach, 2014. Gambar 4.4 .Kurva Kalibrasi Asam Galat dalam PBS Kurva kalibrasi digunakan untuk mendapatkan persamaan regresi yang digunakan untuk menghitung kadar senyawa polifenol bebas. Hasil pengukuran absorbansi sejumlah larutan standar asam galat dalam PBS pada panjang gelombang 756 nm adalah y = 0,011x + 0,005 dengan nilai r = 0,9999. Kadar senyawa polifenol bebas dapat ditentukan dengan cara absorbansi sampel yang diperoleh dimasukkan ke dalam persamaan regresi linier y = 0,011x + 0,005. Pengukuran dilakukan secara duplo, dihitung rata-rata konsentrasi senyawa polifenol bebas dari masing-masing formula niosom yang dihasilkan. Adapun kurva kalibrasi asam galat dalam PBS dapat dilihat pada Gambar 4.4. y = 0,011x + 0,005 R = 0,9999 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9 1 20 40 60 80 100 Abs o rba ns i Konsentrasi µgmL UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

c. Penentuan Kadar Polifenol yang Terjerap serta Efisiensi Penjerapan

Tabel 4.6. Kadar Polifenol yang Terjerap serta Persen Efisiensi Penjerapan Formula Efisiensi penjerapan Jumlah yang terjerap mg F1 74,4 2,281 F2 67,3 4,127 F3 50,1 4,608 Gambar 4.5 Diagram Perbandingan Polifenol yang Terjerap dalam Niosom F1, F2, dan F3 Niosom F1, F2, dan F3 mengandung ekstrak kulit batang nangka dengan variasi konsentrasi berturut-turut 50 mg, 10 mg, dan 150 mg. Kadar polifenol yang terjerap pada formula niosom yang dihasilkan masing-masing untuk F1, F2, dan F3 adalah 2,281 mg; 4,127 mg; dan 4,608 mg. Data tersebut menyatakan bahwa peningkatan konsentrasi dari ekstrak kulit batang nangka yang ditambahkan ke dalam formula niosom dapat meningkatkan jumlah senyawa polifenol yang terjerap, namun peningkatan konsentrasi ekstrak lebih lanjut menyebabkan peningkatan jumlah senyawa polifenol yang terjerap menjadi tidak signifikan. Hal ini karena vesikel yang terbentuk dari surfaktan nonionik memiliki kapasitas yang terbatas dalam menjerap obat. Ketika peningkatan konsentrasi ekstrak dapat menyebabkan peningkatan jumlah polifenol yang terjerap, ini berarti vesikel dari niosom masih memiliki ruang yang cukup untuk menjerap polifenol 2.281 4.127 4.608 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 5 F1 F2 F3 K ad ar Poli fen o l y an g Ter jer ap m g Formula Niosom

Dokumen yang terkait

Variasi Ketebalan Papan dan Waktu Pengeringan dengan Gelombang Mikro terhadap Kualitas Kayu Nangka (Artocarpus heterophyllus L)

3 69 64

Pengaruh Variasi Konsentrasi Surfaktan pada Ukuran Partikel dan Efisiensi Penjerapan Niosom yang Mengandung Ekstrak Etanol 96% Kulit Batang Nangka (Artocarpus Heterophyllus)

11 34 69

SITOTOKSISITAS EKSTRAK METANOL DAUN SUKUN (Artocarpus altilis), NANGKA (Artocarpus heterophyllus) DAN Sitotoksisitas Ekstrak Metanol Daun Sukun (Artocarpus Altilis), Nangka (Artocarpus Heterophyllus) Dan Kluwih (Artocarpus Camansi) Terhadap Sel Kanker Pa

0 3 13

SITOTOKSISITAS EKSTRAK METANOL DAUN SUKUN (Artocarpus altilis), NANGKA (Artocarpus heterophyllus) DAN KLUWIH (Artocarpus camansi) Sitotoksisitas Ekstrak Metanol Daun Sukun (Artocarpus Altilis), Nangka (Artocarpus Heterophyllus) Dan Kluwih (Artocarpus Cam

0 8 15

SITOTOKSISITAS EKSTRAK METANOL DAUN SUKUN (Artocarpus altilis), NANGKA (Artocarpus heterophyllus), DAN KLUWIH (Artocarpus camansi) Sitotoksisitas Ekstrak Metanol Daun Sukun (Artocarpus altilis), Nangka (Artocarpus heterophyllus), dan Kluwih (Artocarpus c

0 3 16

SITOTOKSISITAS EKSTRAK METANOL DAUN SUKUN (Artocarpus altilis), NANGKA (Artocarpus heterophyllus), DAN Sitotoksisitas Ekstrak Metanol Daun Sukun (Artocarpus altilis), Nangka (Artocarpus heterophyllus), dan Kluwih (Artocarpus camansi) Terhadap Sel Kanker

0 3 14

Variasi Ketebalan Papan dan Waktu Pengeringan dengan Gelombang Mikro terhadap Kualitas Kayu Nangka (Artocarpus heterophyllus L)

0 1 10

Variasi Ketebalan Papan dan Waktu Pengeringan dengan Gelombang Mikro terhadap Kualitas Kayu Nangka (Artocarpus heterophyllus L)

0 0 12

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK KULIT BATANG NANGKA (Artocarpus heterophyllus Lamk.) TERHADAP GAMBARAN HISTOPATOLOGI CEREBRUM MENCIT YANG DIINFEKSI Toxoplasma gondii

0 0 77

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK KULIT BATANG NANGKA (Artocarpus heterophyllus Lmk.) TERHADAP LAMA HIDUP MENCIT (Mus musculus) YANG DIINFEKSI Toxoplasma gondii

0 1 80