Analisis Ukuran Partikel Efisiensi Penjerapan Niosom

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

d. Kloroform

Kloroform juga dikenal sebagai triklorometana, metana triklorida, trikloroform, metil triklorida, dan formil triklorida. Kloroform memiliki rumus molekul dan massa molekul relatif masing-masing adalah CHCl 3 dan 119,4. Pada suhu ruang kloroform jernih, tidak berwarna, cairan mudah menguap dengan bau khas eterik WHO, 2004. Kloroform sedikit larut dalam air, mudah larut dalam karbon disulfida, dan dapat bercampur dengan alkohol, eter, benzen, karbon tetraklorida, dan minyak yang mudah menguap HSBD, 2009. Kloroform stabil di bawah suhu dan tekanan normal dalam wadah tertutup Akron, 2009.

e. Phosphate Buffered Saline

Phosphate buffered saline adalah larutan isotonis yang digunakan dalam penelitian biologis. Larutan ini mengandung natrium klorida, natrium fosfat, kalium klorida, dan kalium fosfat. PBS banyak digunakan karena isotonis dengan cairan tubuh manusia dan tidak bersifat toksik Medicagi AB, 2010. PBS memiliki pH yang berkisar 7,3-7,5 dan osmolaritasnya berkisar 280-315 Mosmkg Maureen, 2002.

2.11 Karakterisasi Niosom

2.11.1 Analisis Ukuran Partikel

Ukuran partikel dan distribusi ukuran partikel adalah karakteristik yang penting dalam niosom. Pelepasan obat dipengaruhi oleh ukuran partikel. Partikel yang berukuran kecil memiliki luas permukaan yang lebih besar, dimana akan mengakibatkan pelepasan zat aktif yang lebih cepat. Sementara itu partikel yang lebih besar memiliki inti yang lebih besar yang dapat mengurangi kecepatan obat untuk berdifusi keluar. Namun demikian partikel yang berukuran kecil memiliki resiko yang lebih besar untuk terjadinya agregasi selama penyimpanan Jahanshashi dan Babaei, 2008. Ukuran partikel dapat ditentukan dengan menggunakan photon correlation spectroscopy PCS atau dapat juga digunakan dynamic light scattering DLS. Sampel yang dianalisa menggunakan PCS harus terdispersi di dalam medium cair. Dalam kondisi tertentu partikel akan bergerak konstan secara acak, sebagaimana yang ditunjukan oleh gerak Brown. Kemudian PCS akan mengukur kecepatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta gerak partikel tersebut dengan melewatkan laser. PCS mengukur ukuran partikel rata-rata dan indeks polidispersitas. Dynamic light scattering DLS menerapkan konsep pengukuran di mana partikel kecil di dalam suspensi bergerak dalam pola acak. Partikel besar bergerak lebih lambat dari partikel yang berukuran lebih kecil Jahanshashi dan Babaei, 2008.

2.11.2 Efisiensi Penjerapan Niosom

Obat yang tidak terjerap dapat dipisahkan dengan berbagai teknik, di antaranya : a. Dialisis Dispersi cairan niosom didialisis dalam tabung dialisis dengan menggunakan buffered phosphate atau normal saline atau larutan glukosa. b. Gel filtration Obat yang tidak terjerap dihilangkan dari niosom menggunakan filtrasi gel melalui kolom Sphadex-G-50 dan dielusi dengan buffer garam fosfat atau normal salin. c. Sentrifugasi Suspensi niosom disentrifugasi dan supernatannya dipisahkan. Pelet yang diperoleh dicuci kemudian disuspensikan kembali untuk mendapatkan niosom yang bebas dari obat yang tidak terjerap. Efisiensi penjerapan obat dalam vesikel EE diukur dengan memisahkan obat bebas dari vesikel penjerap menggunakan teknik ultrasentrifugasi. Sejumlah volume suspensi niosom disentrifugasi selama 50 menit pada 50.000 rpm dan suhu 4 ◦C OptimaTM ultrasentrifus, Beckman Coulter, USA untuk memisahkan obat bebas obat yang tidak terjerap. Jumlah obat bebas FD disebut sebagai supernatan. Suspensi niosom digunakan untuk menilai total jumlah obat TD. Supernatan hasil ultrasentrifugasi ditetapkan kadarnya dengan menggunakan spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang maksimum Pham, Maalej, Charcosset, Fessi, 2012. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2.12 Spektrofotometri UV-Vis

Dokumen yang terkait

Variasi Ketebalan Papan dan Waktu Pengeringan dengan Gelombang Mikro terhadap Kualitas Kayu Nangka (Artocarpus heterophyllus L)

3 69 64

Pengaruh Variasi Konsentrasi Surfaktan pada Ukuran Partikel dan Efisiensi Penjerapan Niosom yang Mengandung Ekstrak Etanol 96% Kulit Batang Nangka (Artocarpus Heterophyllus)

11 34 69

SITOTOKSISITAS EKSTRAK METANOL DAUN SUKUN (Artocarpus altilis), NANGKA (Artocarpus heterophyllus) DAN Sitotoksisitas Ekstrak Metanol Daun Sukun (Artocarpus Altilis), Nangka (Artocarpus Heterophyllus) Dan Kluwih (Artocarpus Camansi) Terhadap Sel Kanker Pa

0 3 13

SITOTOKSISITAS EKSTRAK METANOL DAUN SUKUN (Artocarpus altilis), NANGKA (Artocarpus heterophyllus) DAN KLUWIH (Artocarpus camansi) Sitotoksisitas Ekstrak Metanol Daun Sukun (Artocarpus Altilis), Nangka (Artocarpus Heterophyllus) Dan Kluwih (Artocarpus Cam

0 8 15

SITOTOKSISITAS EKSTRAK METANOL DAUN SUKUN (Artocarpus altilis), NANGKA (Artocarpus heterophyllus), DAN KLUWIH (Artocarpus camansi) Sitotoksisitas Ekstrak Metanol Daun Sukun (Artocarpus altilis), Nangka (Artocarpus heterophyllus), dan Kluwih (Artocarpus c

0 3 16

SITOTOKSISITAS EKSTRAK METANOL DAUN SUKUN (Artocarpus altilis), NANGKA (Artocarpus heterophyllus), DAN Sitotoksisitas Ekstrak Metanol Daun Sukun (Artocarpus altilis), Nangka (Artocarpus heterophyllus), dan Kluwih (Artocarpus camansi) Terhadap Sel Kanker

0 3 14

Variasi Ketebalan Papan dan Waktu Pengeringan dengan Gelombang Mikro terhadap Kualitas Kayu Nangka (Artocarpus heterophyllus L)

0 1 10

Variasi Ketebalan Papan dan Waktu Pengeringan dengan Gelombang Mikro terhadap Kualitas Kayu Nangka (Artocarpus heterophyllus L)

0 0 12

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK KULIT BATANG NANGKA (Artocarpus heterophyllus Lamk.) TERHADAP GAMBARAN HISTOPATOLOGI CEREBRUM MENCIT YANG DIINFEKSI Toxoplasma gondii

0 0 77

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK KULIT BATANG NANGKA (Artocarpus heterophyllus Lmk.) TERHADAP LAMA HIDUP MENCIT (Mus musculus) YANG DIINFEKSI Toxoplasma gondii

0 1 80