Penapisan Fitokimia Ekstrak Kulit Batang Nangka

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta gambaran kandungan ekstrak secara kualitatif. Hasil penapisan fitokimia ekstrak kulit batang nangka menunjukkan adanya senyawa golongan saponin, tanin, alkaloid, fenolik, flavonoid dan steroid. Hal ini membuktikan bahwa ekstrak kulit batang nangka mengandung senyawa aktif metabolit sekunder. Adapun hasil penapisan fitokimia ekstrak kulit batang nangka dapat dilihat pada Tabel 4.3. Tabel 4.3. Hasil Penapisan Fitokimia Ekstrak Kulit Batang Nangka Jenis PengujianPemeriksaan Hasil PengujianPemeriksaan Saponin + Tanin + Alkaloid + Fenolik + Flavonoid + Steroid - Keterangan : + = memberikan reaksi positif ada - = memberikan reaksi negatif tidak ada Pereaksi yang digunakan pada identifikasi alkaloid adalah mayer, dragendorf, dan bouchardat. Pereaksi ini bereaksi dengan alkaloid membentuk senyawa kompleks yang mengendap Fransworth, 1966. Hasil positif ditunjukkan dengan terbentuknya endapan setelah penambahan pereaksi. Pada hasil uji ekstrak kulit batang nangka menunjukkan hasil positif. Identifikasi flavonoid dilakukan dengan cara mereaksikan MgHCl prinsipnya adalah reduksi menggunakan Mg. Pengamatan identifikasi flavonoid adalah melalui lapisan amil alkohol berwarna merah, kuning, atau jingga yang terbentuk. Hasil uji pada ekstrak kulit batang nangka menunjukkan hasil yang positif mengandung senyawa golongan flavonoid. Hasil positif pada identifikasi saponin diamati melalui banyak dan stabilnya busa yang terbentuk. Pada hasil uji ini ekstrak kulit batang nangka menunjukkan hasil yang positif. Identifikasi steroid menunjukkan hasil yang positif ditandai dengan terbentuknya cincin coklat kemerahan. Hasil uji ekstrak kulit batang nangka menunjukkan hasil yang negatif. Identifikasi tanin dan polifenol dilakukan dengan reaksi warna FeCl 3 . Warna yang terbentuk dihasilkan dari reaksi antara inti fenolik yang terdapat pada tanin dengan ion Fe³ ⁺ dari pereaksi FeCl 3 membentuk senyawa kompleks UIN Syarif Hidayatullah Jakarta berwarna Harborne, 1987. Hasil uji pada ekstrak kulit batang nangka menunjukkan hasil yang positif.

4.4 Analisis Kadar Total Senyawa Polifenol Ekstrak Kulit Batang Nangka

Prinsip penentuan total senyawa polifenol adalah senyawa fenol yang akan bereaksi dengan pereaksi Folin-Ciocalteau akan memberikan warna kuning dan dengan penambahan alkali akan menghasilkan warna biru. Gugus hidroksil pada senyawa polifenol bereaksi dengan reagen Folin-Ciocalteu membentuk kompleks molibdenum-tungsten berwarna biru dalam suasana basa agar terjadi disosiasi proton pada senyawa fenolik menjadi ion fenolat yang dapat dideteksi dengan spektrofotometer UV-Vis Alfian, Susanti, 2012. Metode Folin-Ciocalteu digunakan dalam menetapkan kadar polifenol dalam ekstrak kulit batang nangka karena metode ini bersifat spesifik Singleton dan Rossi, 1965.

4.4.1 Penentuan Panjang Gelombang Maksimum Asam Galat dalam Aquadest

Panjang gelombang maksimum ditentukan dengan menggunakan spektrofotometer UV-Vis terhadap larutan standar asam galat dengan konsentrasi 40 ppm. Pada analisis kadar total senyawa fenolik ekstrak kulit batang nangka, larutan diinkubasi pada suhu kamar selama 2 jam. Inkubasi ini digunakan untuk memastikan bahwa reaksi pewarnaan yang terjadi telah berjalan dengan sempurna, yang nantinya akan menghasilkan absorbansi yang sebenarnya. Waktu inkubasi selama 2 jam juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Pontis, Costa, Silva dan Flach 2014 terkait penelitian tentang kandungan total fenolik pada madu. Larutan diukur absorbansinya pada panjang gelombang 400-800 nm. Nilai absorbansi tertinggi didapatkan pada saat panjang gelombang 755 nm dengan absorbansi 0,419. Menurut penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Aditria, Cahyono, Swastawati 2013, panjang gelombang yang digunakan untuk mengukur kadar polifenol dengan menggunakan metode Folin-Ciocalteu adalah 760 nm. Perbedaan hasil panjang gelombang yang didapatkan dengan penelitian sebelumnya dapat dipengaruhi oleh proses preparasi dan kondisi alat yang digunakan. Panjang gelombang maksimum asam galat dalam aquadest dapat dilihat pada Lampiran 5. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Panjang gelombang ini ditentukan sebagai panjang gelombang maksimum. Penentuan panjang gelombang maksimum dilakukan untuk mengetahui ketika senyawa memberikan absorbansi yang maksimum sehingga meningkatkan proses absorpsi larutan terhadap sinar, memberikan absorbansi yang sensitif dan kuantitatif, dimana kenaikan kadar yang kecil dapat memberikan peningkatan absorbansi yang signifikan Rohman, 2007 dan Handayani, 2011.

4.4.2 Pembuatan Kurva Standar Asam Galat dalam Aquadest

Konsentrasi senyawa polifenol dalam ekstrak kulit batang nangka dapat dihitung dengan menggunakan persamaan garis linier kurva standar asam galat. Asam galat digunakan sebagai standar karena asam galat merupakan turunan dari asam hidroksibenzoat yang tergolong fenol sederhana, selain itu asam galat lebih stabil, serta lebih murah dibandingkan dengan standar yang lainnya. Untuk mendapatkan konsentrasi yang diinginkan, dilakukan pengenceran terhadap larutan Induk asam galat 1000 ppm yang telah dibuat dengan teliti untuk menghindari kesalahan dalam pengenceran. Nilai absorbansi perlu diperhatikan dalam melakukan pengenceran agar diperoleh absorbansi antara 0,2-0,8 sehingga memenuhi hukum Lambert-Beer. Kurva standar asam galat dibuat dengan 7 seri konsentrasi, yaitu 20 ppm; 30 ppm; 40 ppm; 50 ppm; 60 ppm; 70 ppm; dan 80 ppm diperoleh dari pengenceran larutan standar 1000 ppm. Larutan yang akan dianalisis diinkubasi selama 2 jam, dan diukur absorbansinya menggunakan spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang 755 nm, kemudian dibuat kurva kalibrasi hubungan antara konsentrasi asam galat μgmL dengan absorbansi. Adapun kurva kalibrasi asam galat aquadest dapat dilihat pada Gambar 4.1.

Dokumen yang terkait

Variasi Ketebalan Papan dan Waktu Pengeringan dengan Gelombang Mikro terhadap Kualitas Kayu Nangka (Artocarpus heterophyllus L)

3 69 64

Pengaruh Variasi Konsentrasi Surfaktan pada Ukuran Partikel dan Efisiensi Penjerapan Niosom yang Mengandung Ekstrak Etanol 96% Kulit Batang Nangka (Artocarpus Heterophyllus)

11 34 69

SITOTOKSISITAS EKSTRAK METANOL DAUN SUKUN (Artocarpus altilis), NANGKA (Artocarpus heterophyllus) DAN Sitotoksisitas Ekstrak Metanol Daun Sukun (Artocarpus Altilis), Nangka (Artocarpus Heterophyllus) Dan Kluwih (Artocarpus Camansi) Terhadap Sel Kanker Pa

0 3 13

SITOTOKSISITAS EKSTRAK METANOL DAUN SUKUN (Artocarpus altilis), NANGKA (Artocarpus heterophyllus) DAN KLUWIH (Artocarpus camansi) Sitotoksisitas Ekstrak Metanol Daun Sukun (Artocarpus Altilis), Nangka (Artocarpus Heterophyllus) Dan Kluwih (Artocarpus Cam

0 8 15

SITOTOKSISITAS EKSTRAK METANOL DAUN SUKUN (Artocarpus altilis), NANGKA (Artocarpus heterophyllus), DAN KLUWIH (Artocarpus camansi) Sitotoksisitas Ekstrak Metanol Daun Sukun (Artocarpus altilis), Nangka (Artocarpus heterophyllus), dan Kluwih (Artocarpus c

0 3 16

SITOTOKSISITAS EKSTRAK METANOL DAUN SUKUN (Artocarpus altilis), NANGKA (Artocarpus heterophyllus), DAN Sitotoksisitas Ekstrak Metanol Daun Sukun (Artocarpus altilis), Nangka (Artocarpus heterophyllus), dan Kluwih (Artocarpus camansi) Terhadap Sel Kanker

0 3 14

Variasi Ketebalan Papan dan Waktu Pengeringan dengan Gelombang Mikro terhadap Kualitas Kayu Nangka (Artocarpus heterophyllus L)

0 1 10

Variasi Ketebalan Papan dan Waktu Pengeringan dengan Gelombang Mikro terhadap Kualitas Kayu Nangka (Artocarpus heterophyllus L)

0 0 12

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK KULIT BATANG NANGKA (Artocarpus heterophyllus Lamk.) TERHADAP GAMBARAN HISTOPATOLOGI CEREBRUM MENCIT YANG DIINFEKSI Toxoplasma gondii

0 0 77

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK KULIT BATANG NANGKA (Artocarpus heterophyllus Lmk.) TERHADAP LAMA HIDUP MENCIT (Mus musculus) YANG DIINFEKSI Toxoplasma gondii

0 1 80