UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2.10.2 Klasifikasi Niosom
Niosom dapat diklasifikasikan berdasarkan beberapa hal, diantaranya : jumlah bilayernya misal, Multilamellar Vesicle, Small Unilamellar Vesicle,
ukuran misal, Large Vesicle Unilamellar, Small Unilamellar Vesicle, dan metode pembuatan Makeshwar, Wasankar, 2013. Beberapa jenis niosom
diantaranya :
a. Multilamellar Vesicle MLV
Multilamellar vesicle terdiri dari sejumlah lapisan, dengan ukuran diameter vesicle 0,5-10 µm. Vesikel multilamellar merupakan niosom yang paling
sering digunakan, karena sederhana dalam pembuatan serta cukup stabil untuk penyimpanan dalam waktu yang lama. Vesikel ini cocok digunakan sebagai
pembawa untuk obat yang bersifat lipofilik.
b. Large Vesicle Unilamellar LUV
Niosom jenis ini memiliki perbandingan kompartemen air atau lipid yang tinggi, sehingga bahan yang terjerap akan lebih besar serta ekonomis.
c. Small Unilamellar Vesicle SUV
Niosom jenis ini sebagian besar dibuat dari vesicle multilamellar dengan menggunakan metode sonikasi.
2.10.3 Stabilitas Niosom
Niosom memiliki beberapa faktor yang dapat mempengaruhi stabilitasnya, diantaranya adalah stabilitas fisik, stabilitas kimia, serta stabilitas dalam cairan
biologi. Adapun keterangan mengenai faktor yang dapat mempengaruhi stabilitas niosom adalah sebagai berikut Mujoriya dan Bodla 2011:
a. Stabilitas Fisik
Stabilitas fisik niosom tergantung pada ukuran partikel yang dapat berubah karena pembentukan agregat dan penggabungan, terjadinya pemisahan dari
komponen bilayer setelah penyimpanan, serta terjadinya kebocoran bahan
enkapsulasi dari niosom. b.
Stabilitas Kimia
Stabilitas kimia niosom tergantung pada stabilitas komponen lipid dan komponen bilayernya yang dirancang untuk membawa zat aktif. Fosfolipid dapat
mengalami degradasi berupa hidrolisis dan peroksidasi.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
c. Stabilitas Dalam Cairan Biologi
Niosom tidak mampu mempertahankan zat yang terjerap ketika diinkubasi dalam darah atau plasma. Ketidakstabilan niosom dalam plasma terjadi karena
adanya transfer bilayer lipid dengan albumin dan protein dengan densitas yang tinggi. Garam empedu juga dapat mengganggu struktur membran bilayer dari
niosom yang dapat menyebabkan kebocoran pada niosom.
2.10.4 Metode Pembuatan Niosom
Pembuatan niosom secara umum dibedakan menjadi delapan metode, diantaranya: teknik penjerapan pasif, hidrasi lapis tipis, injeksi eter, penguapan
fase balik, ekstruksi beberapa membran, mikrofluidasi, sonikasi, metode gelembung, teknik penjerapan aktif, gradien pH transmembran.
a. Teknik Penjerapan Pasif
Teknik ini merupakan teknik yang paling sering digunakan dalam pembuatan niosom dimana obat tergabung selama pembentukan niosom
Sankhyan, Pawar, 2012.
b. Hidrasi Lapis Tipis
Semua komponen pembentuk vesikel yaitu surfaktan, kolesterol dilarutkan dalam pelarut organik yang mudah menguap dalam labu alas bulat. Pelarut
organik diuapkan menggunakan rotary evaporator pada suhu kamar yang membentuk film tipis dari komponen terlarut. Film tipis yang terbentuk dihidrasi
dengan fase air dengan agitasi lembut sehingga terbentuk niosom Sankhyan, Pawar, 2012.
c. Injeksi Eter
Surfaktan dan komponen lain dilarutkan dalam eter dietil eter dan kemudian secara perlahan-lahan diinjeksikan ke dalam fase cair pada suhu 60
C menggunakan jarum. Penambahan tersebut akan menyebabkan penguapan eter
dan pembentukan vesikel lapis tunggal. Metode ini memiliki kelebihan dalam mengontrol ukuran, yang dapat diperoleh dengan mengontrol ukuran jarum dan
kondisi lainnya. Kelemahannya adalah kelarutan bahan dalam eter yang terbatas dan sulit dalam menghilangkan eter dari formulasi akhir Sankhyan, Pawar,
2012.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
d. Penguapan Fase Balik