Pembuatan Kurva Standar Asam Galat dalam PBS

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

c. Penentuan Kadar Polifenol yang Terjerap serta Efisiensi Penjerapan

Tabel 4.6. Kadar Polifenol yang Terjerap serta Persen Efisiensi Penjerapan Formula Efisiensi penjerapan Jumlah yang terjerap mg F1 74,4 2,281 F2 67,3 4,127 F3 50,1 4,608 Gambar 4.5 Diagram Perbandingan Polifenol yang Terjerap dalam Niosom F1, F2, dan F3 Niosom F1, F2, dan F3 mengandung ekstrak kulit batang nangka dengan variasi konsentrasi berturut-turut 50 mg, 10 mg, dan 150 mg. Kadar polifenol yang terjerap pada formula niosom yang dihasilkan masing-masing untuk F1, F2, dan F3 adalah 2,281 mg; 4,127 mg; dan 4,608 mg. Data tersebut menyatakan bahwa peningkatan konsentrasi dari ekstrak kulit batang nangka yang ditambahkan ke dalam formula niosom dapat meningkatkan jumlah senyawa polifenol yang terjerap, namun peningkatan konsentrasi ekstrak lebih lanjut menyebabkan peningkatan jumlah senyawa polifenol yang terjerap menjadi tidak signifikan. Hal ini karena vesikel yang terbentuk dari surfaktan nonionik memiliki kapasitas yang terbatas dalam menjerap obat. Ketika peningkatan konsentrasi ekstrak dapat menyebabkan peningkatan jumlah polifenol yang terjerap, ini berarti vesikel dari niosom masih memiliki ruang yang cukup untuk menjerap polifenol 2.281 4.127 4.608 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 5 F1 F2 F3 K ad ar Poli fen o l y an g Ter jer ap m g Formula Niosom UIN Syarif Hidayatullah Jakarta lebih banyak lagi. Namun, penambahan polifenol lebih lanjut menyebabkan vesikel niosom telah jenuh dan tidak mampu menampung polifenol. Akibatnya polifenol yang ditambahkan selanjutnya, menjadi tidak terjerap lagi di dalam vesikel. Polifenol yang tidak terjerap disebut sebagai polifenol bebas. Peningkatan polifenol bebas inilah yang dapat menyebabkan penurunan efisiensi penjerapan Dua, Anil, Rana, 2014; Tim 2004. Adapun diagram perbandingan polifenol yang terjerap dalam niosom dapat dilihat pada Gambar 4.5. Gambar 4.6. Diagram Perbandingan Persen Efisiensi Penjerapan Niosom F1, F2, dan F3 Hasil pengukuran efisiensi penjerapan pada niosom yang mengandung ekstrak kulit batang nangka untuk F1, F2, dan F3 dapat dilihat pada Tabel 4.6. Adapun efisiensi penjerapan ketiga formula niosom yang dihasilkan untuk F1, F2, dan F3 adalah 74,4; 67,3 dan 50,1. Peningkatan persentase efisiensi penjerapan niosom berbanding terbalik dengan jumlah ekstrak kulit batang nangka yang ditambahkan ke dalam formula. Semakin banyak jumlah ekstrak kulit batang nangka yang ditambahkan ke dalam formula maka akan semakin menurunkan efisiensi penjerapan niosom. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Tim 2004 dan Indriyani 2006, di mana peningkatan konsentrasi obat dapat menurunkan efisiensi penjerapan niosom. Jumlah obat yang dibawa tergantung pada konsentrasi obat yang ditambahkan. Hal ini disebabkan karena kapasitas membran bilayer surfaktan untuk obat terbatas 74.40 67.30 50.10 0.00 10.00 20.00 30.00 40.00 50.00 60.00 70.00 80.00 F1 F2 F3 E fis iens i P enj er a pa n Formula Niosom

Dokumen yang terkait

Variasi Ketebalan Papan dan Waktu Pengeringan dengan Gelombang Mikro terhadap Kualitas Kayu Nangka (Artocarpus heterophyllus L)

3 69 64

Pengaruh Variasi Konsentrasi Surfaktan pada Ukuran Partikel dan Efisiensi Penjerapan Niosom yang Mengandung Ekstrak Etanol 96% Kulit Batang Nangka (Artocarpus Heterophyllus)

11 34 69

SITOTOKSISITAS EKSTRAK METANOL DAUN SUKUN (Artocarpus altilis), NANGKA (Artocarpus heterophyllus) DAN Sitotoksisitas Ekstrak Metanol Daun Sukun (Artocarpus Altilis), Nangka (Artocarpus Heterophyllus) Dan Kluwih (Artocarpus Camansi) Terhadap Sel Kanker Pa

0 3 13

SITOTOKSISITAS EKSTRAK METANOL DAUN SUKUN (Artocarpus altilis), NANGKA (Artocarpus heterophyllus) DAN KLUWIH (Artocarpus camansi) Sitotoksisitas Ekstrak Metanol Daun Sukun (Artocarpus Altilis), Nangka (Artocarpus Heterophyllus) Dan Kluwih (Artocarpus Cam

0 8 15

SITOTOKSISITAS EKSTRAK METANOL DAUN SUKUN (Artocarpus altilis), NANGKA (Artocarpus heterophyllus), DAN KLUWIH (Artocarpus camansi) Sitotoksisitas Ekstrak Metanol Daun Sukun (Artocarpus altilis), Nangka (Artocarpus heterophyllus), dan Kluwih (Artocarpus c

0 3 16

SITOTOKSISITAS EKSTRAK METANOL DAUN SUKUN (Artocarpus altilis), NANGKA (Artocarpus heterophyllus), DAN Sitotoksisitas Ekstrak Metanol Daun Sukun (Artocarpus altilis), Nangka (Artocarpus heterophyllus), dan Kluwih (Artocarpus camansi) Terhadap Sel Kanker

0 3 14

Variasi Ketebalan Papan dan Waktu Pengeringan dengan Gelombang Mikro terhadap Kualitas Kayu Nangka (Artocarpus heterophyllus L)

0 1 10

Variasi Ketebalan Papan dan Waktu Pengeringan dengan Gelombang Mikro terhadap Kualitas Kayu Nangka (Artocarpus heterophyllus L)

0 0 12

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK KULIT BATANG NANGKA (Artocarpus heterophyllus Lamk.) TERHADAP GAMBARAN HISTOPATOLOGI CEREBRUM MENCIT YANG DIINFEKSI Toxoplasma gondii

0 0 77

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK KULIT BATANG NANGKA (Artocarpus heterophyllus Lmk.) TERHADAP LAMA HIDUP MENCIT (Mus musculus) YANG DIINFEKSI Toxoplasma gondii

0 1 80