Cut Retno Masnul : Analisa Prestress Post-Tension Pada Precast Concrete U Girder Studi Kasus Pada Jembatan Flyover Amplas, 2009.
USU Repository © 2009
Gambar 2.8. Kurva tegangan-regangan tipikal untuk beton [Nawy,2001]
Gambar2.9. Kurva tegangan-regangan berbagai variasi kekuatan tekan beton [Nawy,2001]
d. Modulus elastisitas beton Ec
Kurva tegangan-regangan pada Gambar 2.10 berbentuk linier pada tahapan pembebanan awal, maka modulus elastis young hanya dapat diterapkan pada tangent
kurva dititik asal. Kemiringan awal dari tangent dikurva didefenisikan sebagai modulus tangent awal. Kemiringan garis lurus yang menghubungkan titik asal
dengan tegangan tertentu sekitar 0.4 f`c merupakan modulus elastis sekan beton, yang nilainya merupakan nilai modulus elastisitas yang digunakan dalam disain.
Memenuhi asumsi praktis bahwa regangan yang terjadi selama pembebanan pada
Cut Retno Masnul : Analisa Prestress Post-Tension Pada Precast Concrete U Girder Studi Kasus Pada Jembatan Flyover Amplas, 2009.
USU Repository © 2009
dasarnya dapat dianggap elastis, dan bahwa regangan selanjutnya akibat beban disebut rangkak.
Gambar 2.10. Modulus tangent dan modulus sekan pada beton [Nawy,2001] Modulus elastisitas beton, Ec , nilainya tergantung pada mutu beton, yang
terutama dipengaruhi oleh material dan proporsi campuran beton. Namun untuk analisis perencanaan struktur beton yang menggunakan beton normal dengan kuat
tekan yang tidak melampaui 60 MPa, atau beton ringan dengan berat jenis yang tidak kurang dari 2000 kgm3 dan kuat tekan
Yang tidak melampaui 40 MPa, nilai Ec bisa diambil sebagai: Ec
= w
1.5
0.043 bk
σ 2.7
Dalam kenyataan nilainya dapat bervariasi ± 20. wc menyatakan berat jenis beton dalam satuan kgm3, fc’ menyatakan kuat tekan beton dalam satuan MPa, dan
Ec dinyatakan dalam satuan MPa. Untuk beton normal dengan massa jenis sekitar 2400 kgm3, Ec boleh diambil sebesar 4700
√fc’, dinyatakan dalam MPa .
Cut Retno Masnul : Analisa Prestress Post-Tension Pada Precast Concrete U Girder Studi Kasus Pada Jembatan Flyover Amplas, 2009.
USU Repository © 2009
e. Rangkak
Rangkak atau aliran material lateral adalah peningkatan regangan terhadap waktu akibat beban yang terus menerus berkerja. Deformasi awal akibat beban
adalah regangan elastis, sementara regangan tambahan akibat beban yang sama yang terus berkerja adalah regangan rangkak.. Asumsi ini karena deformasi awal yang
tercatat hanya berupa sedikit efek yang bergantung pada waktu. Pada Gambar. terlihat bahwa laju rangkak berkurang seiring bertambah waktu. Rangkak tidak dapat
diamati secara langsung, namun dapat ditentukan dengan mengurangkan regangan elastis dengan regangan susut dari deformasi total. Meskipun rangkak dan susut
merupakan fenomena yang tidak independent, dapat diasumsikan bahwa superposisi tegangan berlaku, sehingga
Regangan total
t
ε = Regangan elastis
e
ε + rangkak
c
ε + susut
sh
ε 2.8
Gambar 2.11. Kurva regangan-waktu [Nawy,2001] Rangkak sangat berkaitan dengan susut, dan sebagai aturan umum bahwa beton
yang menahan susut juga cenderung sedikit mengalami rangkak, karena keduanya berkaitan dengan pasta semen yang terhidrasi. Dengan demikian rangkak
Cut Retno Masnul : Analisa Prestress Post-Tension Pada Precast Concrete U Girder Studi Kasus Pada Jembatan Flyover Amplas, 2009.
USU Repository © 2009
dipengaruhi oleh komposisi beton, kondisi lingkungan dan benda uji, namun secara prinsip rangkak bergantung pada pembebanan sebagai fungsi waktu.
Rangkak mengakibatkan meningkatnya defleksi balok dan slab, dan mengakibatkan hilangnya gaya prategang. Untuk jangka waktu yang lebih lama lagi
rangkak dapat mengakibatkan meningkatnya tegangan pada beton yang mengakibatkan kegagalan pada beton.
f. Susut