Cut Retno Masnul : Analisa Prestress Post-Tension Pada Precast Concrete U Girder Studi Kasus Pada Jembatan Flyover Amplas, 2009.
USU Repository © 2009
Untuk kompresi aksial kecil, φ dapat membesar secara linier dari nilai b, dan
untuk kompresi aksial mendekati 0 pdigunakan a c Geser dan torsi
0.85 d Bearing pada beton
0.7 Tabel 2.7. Faktor reduksi kekuatan
φ ACI 318-83 [Gilbert,1990]
2.3.4. Tegangan-Tegangan Izin Maksimum di Beton
Menurut AASHTO 1992, Chapter 9.15.2.1-Design, besarnya tegangan-tegangan izin maksimum di beton adalah mengikuti:
- Tegangan beton sebelum kehilangan rangkak dan susut Tekan
- Komponen struktur pratarik = 0.6 f`ci
2.24
- Komponen struktur pasca tarik = 0.55 f`ci 2.25
Tarik - Daerah tarik yang semula tertekan ………tidak ada tegangan sementara
- Daerah tanpa penulangan lekatan =
ci f `
8 .
2.26 - Tegangan beton pada kondisi beban kerja
Tekan = 0.40 f`c
2.27 Tarik pada daerah yang semula tertekan
- Komponen struktur dengan penulangan lekatan =
c f `
59 .
1
2.28 - Komponen struktur tanpa penulangan lekatan = 0
- Tegangan tekan beton saat transfer Besarnya f`ci dapat ditentukan dengan persamaan:
f`ci = 80f`c 2.29
Cut Retno Masnul : Analisa Prestress Post-Tension Pada Precast Concrete U Girder Studi Kasus Pada Jembatan Flyover Amplas, 2009.
USU Repository © 2009
2.3.5. Sistem Prategang
Sistem prategang yang digunakan pada girder FO Amplas adalah sistem perimbangan beban balancing. Konsep ini terutama menggunakan prategang
sebagai usaha untuk membuat seimbang gaya-gaya pada sebuah gelagar. Pada keseluruhan desain struktur beton prategang, pengaruh beton prategang dipandang
sebagai keseimbangan berat sendiri sehingga balok girder yang mengalami lenturan tidak akan mengalami tegangan lentur pada kondisi terbebani.
Girder didesain dengan sistem prategang penuh yang berarti komponen struktur didesain pada beban kerja tidak terjadi tegangan tarik. Namun dalam pelaksanaannya
tergantung besar beban yang akan berkerja.
2.3.6. Sistem Penegangan Tendon
Sistem penegangan tendon pada proyek FO Amplas ini adalah sistem post- tension pasca tarik mekanik dengan bantuan dongkrak. Sistem pasca tarik adalah
suatu sistem prategang kabel tendon dimana kabel ditarik setelah beton mengeras. Jadi sistem prategang hampir selalu dikerjakan pada beton yang telah mengeras, dan
tendon-tendon diangkurkan pada beton tersebut segera setelah gaya prategang dilakukan.
Pada sistem post-tension mekanis, dongrak digunakan untuk mearik baja strand dengan reaksi yang berkerja melawan beton yang telah mengeras. Penggunaan
dongkrak hidrolik bertujuan untuk kemudahan pengoperasian alat dan dengan kapasitas alat yang besar. Pada proyek FO Amplas sistem ini diberikan pada girder
beton precast segmental.
Cut Retno Masnul : Analisa Prestress Post-Tension Pada Precast Concrete U Girder Studi Kasus Pada Jembatan Flyover Amplas, 2009.
USU Repository © 2009
Pada sistem post-tension di proyek ini, untuk mengalihkan gaya prategang ke beton diperlukan bantuan alat mekanis yaitu angkur ujung struktur dengan
pengangkuran ujung. Komponen stuktur post-tension menyelubungi tendon-nya dengan cara peng-grouting-an selongsong. Grouting adalah proses peng-injeksi-an
air semen dan pasir halus yang dilakukan setelah selesai proses stressing. Rekatan pada tendon sistem penegangan post-tension dicapai dengan pelaksanaan grouting.
2.3.7. Besar Gaya Prategang