Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN
Menurut Gufron 2009, disiplin PNS pada Peraturan Pemerintah No. 30 Tahun 1980, dinilai masih perlu penyempurnaan karena ada dasar pertimbangan sebagai berikut:
1. Ada kecenderungan kinerja pegawai menurun dan disiplin yang rendah;
2. Sanksi disiplin yang diatur dalam Peraturan Pemerintah No. 30 Tahun 1980
dianggap terlalu ringan, sehingga tidak ada efek jera; 3.
Adanya duplikasi ketentuan, sebagaimana tercantum dalam pasal 2 dan pasal 3 Peraturan Pemerintah No. 30 Tahun 1980;
4. Selama ini terdapat Pimpinan yang membiarkan bawahannya yang melanggar,
tidak dikenakan hukuman disiplin, untuk yang akan datang dikenakan sanksi; 5.
Dirasakan walaupun masa berlakunya sudah lama, namun pelanggaran secara signifikan tidak berkurang, pelaksanaan tugas kurang lancar, kurang profesional
dan kurang amanah; 6.
Ada kecenderungan atasan menutup-nutupi pelanggaran yang dilakukan bawahan sebab akan dianggap Pimpinan tidak bisa membina bawahan;
7. Adanya pelanggaran yang berulang, ini sebagai akibat dari hukuman dianggap
ringan sehingga tidak mempunyai efek jera, dengan mudahnya akan mengulangi perbuatannya;
8. Banyak pegawai kurang memahami dalam mengaplikasikan Peraturan
Pemerintah No. 30 Tahun 1980. Dari paparan dasar penyempurnaan Peraturan Pemerintah No. 30 Tahun 1980 di atas
dapat diasumsikan bahwa disiplin kerja Pegawai Negeri Sipil saat ini masih belum terpenuhi.
Sedangkan Fhatoni 2006, menegaskan faktor tujuan dan kemampuan, keteladanan pimpinan, balas jasa, keadilan, waskat pengawasan melekat, sanksi hukuman,
ketegasan dan hubungan kemanusiaan merupakan hal yang sangat penting pula dalam mempengaruhi kedisiplinan seseorang. Namun, faktor waskat pengawasan melekat
merupakan faktor yang paling efektif dalam mewujudkan kedisiplinan karyawan suatu organisasi. Karena dengan waskat ini atasan harus aktif dan langsung mengawasi
perilaku, moral, sikap, gairah kerja, dan prestasi kerja bawahannya.
Dalam memelihara disiplin, Theo Haimann dalam Nawawi, 2005 menyatakan bahwa disiplin dikatakan baik apabila karyawan atau anggota organisasi secara umum
mengikuti aturan-aturan organisasi, dan dikatakan buruk apabila tidak mengikuti atau melanggar aturan-aturan tersebut. Akan tetapi kenyataannya masih banyak pegawai
sektor-sektor pemerintahan yang seenaknya membuat range waktu sendiri, tidak mengikuti waktu yang ada. Sehingga ada sebutan self timer atau brigade 902 datang
pukul 09.00, pulang pukul 14.00. Poerwopoespito dan Utomo, 2004.
Dari uraian diatas dapat dikatakan bahwa disiplin sangat penting dalam perkembangan karakteristik kepribadian seperti tanggung jawab, percaya diri, ketekunan, dan kontrol
diri. Disiplin dalam pengembangan karakteristik kepribadian tersebut sangat penting bagi para karyawan atau anggota organisasi dalam mempertahankan dan
mengembangkan perilaku yang tepat dalam bekerja. Keefektifan suatu organisasi hanya dapat diwujudkan dengan diwujudkannya disiplin kerja yang tinggi. Disiplin kerja
merupakan kondisi organisasi atau iklim kerja yang sangat penting dalam kepemimpinan
untuk mengefektifkan organisasi. Tanpa disiplin kerja akan sangat sulit mewujudkan efektivitas dan efesiensi kerja sehingga akan sulit pula dalam mencapai tujuan
organisasi secara maksimal Nawawi, 2005.
Disiplin yang baik mencerminkan besarnya rasa tanggung jawab seseorang terhadap tugas-tugas yang diberikan kepadanya. Tanpa disiplin pegawai yang baik, sulit bagi
suatu instansi untuk mencapai hasil yang optimal. Seorang atasan dikatakan efektif dalam kepemimpinannya bila para pegawai berdisiplin dengan baik.Untuk memelihara
dan meningkatkan kedisiplinan adalah hal yang sulit karena banyak faktor yang mempengaruhinya
Khairul, 1999.
Berdasarkan data yang dihimpun Suara Pembaruan 2009, sekitar 215 orang dari 2.915 PNS Pemkot Jakarta Barat tidak masuk kerja pada Kamis 2492009. Pemeriksaan
mendadak dipimpin Wali Kota Jakarta Barat Djoko Ramadhan di kantor Wali Kota Jakarta Barat, Jl Raya Kembangan Nomor 2. Dalam sidak itu ditemukan 215 orang tidak
masuk kerja, sekitar 44 orang atau 1,40 dilaporkan sakit, izin 38 orang 1,30, cuti 93 orang 3,19 , pendidikan 3 orang atau 0,10 , dan terlambat 37 orang 1,27.
Bagi mereka yang tidak masuk hari ini akan diberikan sanksi sesuai ketentuan yang berlaku yakni PP 30 Tahun 1980, tegas Djoko di hadapan sejumlah PNS yang masuk
. http:www.suarapembaruan.comNews.html.2009.
Berdasarkan paparan di atas membuktikan bahwa masih rendahnya disiplin kerja pegawai negeri saat ini dan hal ini harus benar-benar dipahami dengan kesadaran yang
tinggi tentang arti dari komitmen organisasi sendiri.
Hal lain yang perlu dipertimbangkan adalah unsur komitmen terhadap organisasi yang merupakan topik menarik bagi sejumlah ilmuan dan praktisi. Dasar ketertarikan para
ilmuan menelaah tentang komitmen terhadap organisasi adalah karena diduga berdampak langsung dan positif terhadap organisasi, seperti masalah absensi dan
perpindahan kerja, juga terkait dengan loyalitas, motivasi dan keterlibatan kerja, dan menumbuhkan kemauan bekerja keras, kreatif dan inovatif, serta menumbuhkan perilaku
prososial. Dengan kata lain, kajian tentang komitmen terhadap organisasi berguna untuk memahami dedikasi bawahan terhadap organisasi kerjanya Purwanto, 2000. Ini artinya
bahwa seorang pegawai yang mempunyai komitmen terhadap organisasi, memaknai kerja dengan hal yang luhur mengindikasikan bahwasanya mereka dekat dengan
kedisiplinan kerja yang akan dicapai dan dekat dengan perasaan puas terhadap pekerjaan yang dicapainya.
Komitmen organisasi mempunyai tiga komponen seperti keyakinan yang kuat dari seseorang dan penerimaan tujuan organisasi, kemauan seseorang untuk berusaha keras
untuk bergantung pada organisasi, dan keinginan seseorang yang terbatas untuk mempertahankan keanggotaan. Semakin kuat komitmen, semakin kuat kecenderungan
seseorang untuk diarahkan pada tindakan sesuai dengan standar Imronuddin, 2003.
Menurut Yoash Wiener dalam Soetjipto, 1999 dengan adanya komitmen, SDM akan rela berkorban demi kemajuan perusahaan, bersedia memberi perhatian besar pada
perkembangan perusahaan, dan punya tekad kuat menjaga eksistensi perusahaan. Menurut wiener itu tercipta karena adanya kepercayaan belief yang bersangkutan,
bahwa komitmen merupakan kewajiban moralnya terhadap perusahaan tempat ia bekerja. Kepercayaan ini membuat komitmen menjadi fleksibel, dapat berpindah-pindah
mengikuti kepindahan individu dari satu perusahaan keperusahaan lain, serta karyawan mempunyai kewajiban untuk loyal kepada perusahaan, karena dengan kesetiaan yang
dimiliki oleh karyawan akan sangat berdampak kepada kinerja perusahaan Koesmono, 2007.
Sedangkan Wibowo 2006, menegaskan bahwa suatu komitmen untuk mencapai tujuan ambisius sangat beresiko jika landasan daya saing bergeser lebih cepat daripada
kemampuan organisasi mencapai target. Komitmen semacam ini dapat mengunci perusahaan dalam arah visi dengan kebulatan tekad untuk mencapai sasaran yang jelas,
walaupun lingkungan tidak pasti. Sebaliknya, komitmen untuk memperluas hubungan dapat mendorong pembaruan perusahaan secara berkelanjutan, tetapi strategi ini dapat
mengandung resiko sendiri. Membangun komitmen untuk perubahan tidak mudah, dan prosesnya sulit karena banyak orang belum mempersiapkan diri. Akan tetapi,
pendekatan untuk mengembangkan komitmen yang kuat merupakan proses yang dapat dipahami dan dapat dikelola Wibowo, 2006. Hal itulah yang memungkinkan
rendahnya komitmen organisasi dan kedisiplinan kerja pegawai negeri saat ini dan hal
ini harus benar-benar dipahami dengan kesadaran yang tinggi tentang arti dari komitmen organisasi dan kedisiplinan kerja sendiri.
Penelitian tentang komitmen organisasi ini dilakukan di kantor Kecamatan X Jakarta Barat yang merupakan salah satu instansi pemerintahan yang bergerak dalam sektor
pelayanan masyarakat. Peneliti ingin melihat seberapa jauh komitmen organisasi pegawai pemerintah berhubungan dengan disiplin kerja pegawai yang bekerja di kantor
itu. Hal tersebut, ternyata sesuai dengan survey pendahuluan yang dilakukan peneliti dengan mendatangi kantor tersebut sebelumnya yang ternyata masih terdapat pegawai
yang mungkin dapat dikatakan mangkir. Meskipun belum dapat diketahui banyaknya namun sudah terlihat ada pegawai yang duduk-duduk di samping kantor sambil merokok
sedangkan itu pada jam kerja. Kemudian, peneliti menemukan banyak pegawai yang asyik ngobrol bersama dalam ruangan pada jam kerja dan masih banyak pegawai yang
meninggalkan kantor sebelum jam pulang kantor. Hal itu semua mungkin mencerminkan ketidak disiplinan yang mungkin akan memiliki hubungan dengan komitmen organisasi.
Atas latar belakang dan fenomena itu maka peneliti tertarik mengambil judul:
“Hubungan Komitmen Organisasi Dengan Disiplin Kerja Pegawai Negeri Sipil Kantor Kecamatan X Jakarta Barat