Diskusi DISKUSI, KESIMPULAN DAN SARAN

senda gurau atau pencurian. Disiplin mencoba mengatasi kesalahan dan keteledoran yang disebabkan karena kurang perhatian, ketidakmampuan dan keterlambatan. Disiplin berusaha mencegah permulaan kerja yang lambat atau terlalu awal mengakhiri kerja yang disebabkan karena keterlambatan atau kemalasan. Disiplin juga berusaha untuk mengatasi perbedaan pendapat antar karyawan dan mencegah ketidak taatan yang disebabkan oleh salah pengertian dan salah penafsiran Sutrisno, 2009. Dalam pencapaian disiplin kerja seseorang tidak lepas dari komitmen organisasi yang dimilikinya. Karena dalam pencapaian disiplin kerja yang baik adalah dibutuhkan komitmen organisasi yang baik pula. Artinya dapat dikatakan semakin tinggi komitmen organisasi pegawai semakin tinggi pula disiplin kerjanya sebaliknya jika komitmen organisasi rendah maka rendah pula disiplin kerjanya. Komitmen organisasi yang rendah biasanya mereka suka bermalas-malas, tidak hati-hati dan tidak suka bekerja dengan baik, hal seperti itu akan berdampak pula terhadap disiplin kerjanya. Seorang yang memiliki komitmen organisasi adalah pegawai yang berkeinginan untuk menjunjung tinggi tugas kepegawaiannya dengan menjalankan tugas yang diberikan kepadanya dengan melakukan pekerjaan yang terbaik. Hal ini mempengaruhi segala aktifitas pegawai dalam menjalankan segala tugas-tugasnya dan berusaha memberikan kontribusi yang baik pula kepada instansi dimana ia bekerja. Pada dasarnya komitmen organisasi masuk pada diri setiap pegawai itu sendiri dan mempengaruhi segala aktifitas-aktifitas dalam bekerja serta berkontribusi dalam pencapaian disiplin kerja. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian sebelumya yang membuktikan bahwa terdapat hubungan positif yang sangat signifikan antara komitmen organisasi dan disiplin kerja karyawan bagian produksi PT.Damatex Salatiga yang mengindikasikan semakin tinggi komitmen organisasi maka semakin tinggi disiplin kerja karyawan, sebaliknya semakin rendah komitmen organisasi maka semakin rendah disiplin kerja karyawan. Juga ada faktor lain yang mempengaruhi disiplin kerja karyawan di luar variabel komitmen organisasi seperti faktor kepribadian, kepemimpinan dan faktor pengawasan Sulistiawan, 2008. Dalam hal pelaksanaan pembinaan disiplin ada beberapa hal yang harus diperhatikan antara lain: a. Arahkan setiap anggota atau anak buah senantiasa menjaga ketertiban sebagai kebiasaan dalam kehidupan sehari-hari, sehingga kondisi tertib dan teratur menjadi darah daging anggotanya. Tentunya harus ada pengawasan dan keterlanjutannya dalam pelaksanaan. b. Seorang pimpinan diharapkan sekali mengetahui benar keadaan kesatuannya, organisasi yang dipimpinnya, keadaan anggotanya, perilaku dan sifat-sifatnya atau bahkan kondisi kehidupan rumah tangganya. c. Perintah, instruksi dan lain-lain petunjuk yang diberikan kepada anak buah harus cukup tegas, jelas dan dapat dimengerti dengan baik oleh anak buah, sehingga tidak bingung dalam melaksanakannya. Semua perintah, instruksi, dan petunjuk hanya diberikan bila diperlukan benar-benar, dan tidak boleh menimbulkan lebih dari satu tafsiran. d. Sederhanakan mekanisme kerja ataupun prosedur kerja dalam organisasi, sehingga tidak berliku-liku dan tidak menentu. Buatlah prosedur kerja yang sederhana dan mudah dilaksanakan dalam mencapai sasaran yang telah ditetapkan. Upayakan agar anak buah senantiasa mempunyai kesibukan kerja, baik pisik ataupun pikiran, sehingga kesempatan untuk melakukan hal-hal yang tidak baik atau melanggar disiplin kerja dapat dihindarkan Martoyo, 2000. Suatu program disiplin yang konstruktif harus dikembangkan di sekitar elemen-elemen penting sebagai berikut: 1. Rumusan ketetapannya jelas, aturannya masuk akal, dipublikasikan dan dijalankan secara hati-hati. 2. Pelaksanaannya adil dengan menggunakan peringatan dan hukum yang dimaklumkan, dengan tujuan memberi koreksi, seimbang dengan pelanggaran, tidak keras pada permulaan, dan ditetapkan secara seragam. 3. Kepemimpinan penyeliaan yang disesuaikan pada aturan-aturan pendisiplinan dan prosedur-prosedur, penuh pengertian tetapi teguh dalam menangani masalah pendisiplinan, dan kepemimpinan penyeliaan itu sendiri merupakan suatu contoh bagi perilaku karyawan. 4. Pelaksanaan yang adil dan seragam untuk penyelidikan pelanggaran yang tampak, dimana pelaksanaannya tergantung pada tinjauan tingkat manajemen yang lebih tinggi, termasuk cara minta banding terhadap putusan pendisiplinan yang dianggap tidak adil Cordon dan Watkins dalam Sutrisno, 2009.

5.2. Kesimpulan

Berdasarkan analisis data, maka diperoleh hasil berdasarkan uji statistik dengan SPSS versi 13.0 for windows dan diperoleh korelasi r hitung = 0.553 dan r tabel = 0.254 r hitung r tabel sehingga dapat disimpulkan bahwa Ho di tolak dan Ha di terima dengan pengertian bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara komitmen organisasi dan disiplin kerja pegawai. Korelasi antara komitmen organisasi dan disiplin kerja pegawai juga menunjukkan arah yang positif, artinya semakin tinggi komitmen organisasi seorang pegawai, maka ada kecenderungan semakin tinggi juga disiplin pegawai itu sendiri, begitu pula sebaliknya. Kemudian dari hasil pengkategorisasian antara dua variable masing-masing komitmen organisasi dan disiplin kerja didapatkan hasil untuk komitmen organisasi responden dengan kategori rendah dengan skor 23 dengan frekuensi 8 orang 13.11, kategori sedang dengan skor 23 - 27 dengan frekuensi 43 orang 70.49, dan kategori tinggi dengan skor 27 dengan frekuensi 10 orang 16.39. Sedangkan untuk kategorisasi disiplin kerja dengan kategori rendah didapat skor 109 dengan frekuensi 5 orang 8.19, kategori sedang dengan skor 109 - 129 dengan frekuensi 49 orang 80.33, dan kategori tinggi dengan skor 129 dengan frekuensi 7 orang 11.47. Jadi dapat diambil kesimpulan bahwa komitmen organisasi dan disiplin kerja sama- sama terbanyak dalam kategori sedang dengan jumlah frekuensi sebanyak 43 orang 70,49 untuk komitmen organisasi dan 49 orang 80.33 untuk disiplin kerja. Hal ini dikarenakan terdapat beberapa kemungkinan yang menyebabkan komitmen organisasi dan disiplin kerja tergolong sedang.

Dokumen yang terkait

Pengaruh Budaya Organisasi Terhadap Stres Kerja Pegawai Negeri Sipil Di Kanwil Kementrian Agama Medan

9 59 131

Analisis Pengaruh Pelatihan Dan Disiplin Terhadap Kinerja Pegawai Negeri Sipil Dengan Kompetensi Sebagai Variabel Intervening Pada Sekretariat Daerah Kabupaten Labuhanbatu Selatan

5 119 152

HUBUNGAN ANTARA KOMITMEN ORGANISASI DENGAN PERSEPSI TERHADAP DISIPLIN KERJA PADA PEGAWAI NEGERI SIPIL Hubungan Antara Komitmen Organisasi Dengan Persepsi Terhadap Disiplin Kerja Pada Pegawai Negeri Sipil.

0 2 14

HUBUNGAN ANTARA KOMITMEN ORGANISASI DENGAN PERSEPSI TERHADAP DISIPLIN KERJA PADA PEGAWAI NEGERI SIPIL Hubungan Antara Komitmen Organisasi Dengan Persepsi Terhadap Disiplin Kerja Pada Pegawai Negeri Sipil.

0 2 19

PENDAHULUAN Hubungan Antara Komitmen Organisasi Dengan Persepsi Terhadap Disiplin Kerja Pada Pegawai Negeri Sipil.

0 2 7

HUBUNGAN ANTARA KOMITMEN ORGANISASI DENGAN PERSEPSI TERHADAP DISIPLIN KERJA HUBUNGAN ANTARA KOMITMEN ORGANISASI DENGAN PERSEPSI TERHADAP DISIPLIN KERJA PADA PEGAWAI NEGERI SIPIL.

0 0 15

PENDAHULUAN HUBUNGAN ANTARA KOMITMEN ORGANISASI DENGAN PERSEPSI TERHADAP DISIPLIN KERJA PADA PEGAWAI NEGERI SIPIL.

0 0 8

DAFTAR PUSTAKA HUBUNGAN ANTARA KOMITMEN ORGANISASI DENGAN PERSEPSI TERHADAP DISIPLIN KERJA PADA PEGAWAI NEGERI SIPIL.

0 0 5

HUBUNGAN ANTARA KOMITMEN ORGANISASI DENGAN DISIPLIN KERJA PADA PEGAWAI NEGERI SIPIL - Unika Repository

0 0 17

HUBUNGAN ANTARA KOMITMEN ORGANISASI DENGAN DISIPLIN KERJA PADA PEGAWAI NEGERI SIPIL - Unika Repository

0 0 60