Kedisiplinan harus ditegakkan dalam suatu organisasi perusahaan, karena tanpa dukungan disiplin karyawan yang baik, maka sulit mewujudkan tujuannya. Jadi, disiplin
adalah kunci keberhasilan suatu perusahaan dalam mencapai tujuan Fathoni, 2006.
Organisasi atau perusahaan harus berupaya menciptakan peraturan atau tata tertib yang akan menjadi rambu-rambu yang harus dipenuhi oleh seluruh karyawan dalam
organisasi. Peraturan-peraturan yang akan berkaitan dengan disiplin itu antra lain: 1.
Peraturan jam masuk, pulang dan jam istirahat; 2.
Peraturan dasar tentang berpakaian, dan bertingkah laku dalam pekerjaan; 3.
Peraturan cara-cara melakukan pekerjaan dan berhubungan dengan unit kerja lain; 4.
Peraturan tentang apa yang boleh dan apa yang tidak boleh dilakukan oleh para pegawai selama dalam organisasi dan sebagainya Singodimedjo dalam Sutrisno,
2009.
Dari penjabaran diatas dapat disimpulkan bahwa dalam rangka pelaksanaan kerjanya, maka disiplin kerja dikatakan baik bila karyawan mengikuti dengan sukarela segala
peraturan atasan dan berbagai peraturan perusahaan. Sebaliknya, dikatakan buruk bila karyawan mengikuti perintah atasan dengan terpaksa dan tidak tunduk pada peraturan
perusahaan.
2.2 Komitmen Organisasi
2.2.1 Pengertian Komitmen Organisasi
Komitmen pada organisasi didefinisikan sebagai suatu keadaan dimana seorang karyawan memihak pada suatu organisasi tertentu dan tujuan-tujuannya, serta berniat
memelihara keanggotaan dalam organisasi itu Robbins, 2001. Sedangkan menurut Mathis dan Jackson dalam Koesmono, 2007 berpendapat bahwa komitmen
organisational adalah tingkat kepercayaan dan penerimaan tenaga kerja terhadap tujuan organisasi dan mempunyai keinginan untuk tetap ada dalam organisasi tersebut.
Sedangkan menurut Steers dalam Imronuddin, 2003 komitmen terhadap organisasi merefleksikan kekuatan relatif atas identifikasi individual dan keterlibatan di dalam
organisasi tersebut. Lutans 1992 mengartikan komitmen organisasi menjadi tiga yaitu: 1.
Keinginan yang kuat untuk mempertahankan keanggotaan dalam organisasi; 2.
Kerelaan untuk melakukan usaha-usaha tertentu sebagai bagian dari organisasi; 3.
Rasa percaya yang kuat dan penerimaan terhadap tujuan dan nilai-nilai organisasi.
Berdasarkan beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa komitmen organisasi merupakan identifikasi seorang individu terhadap organisasi dan tujuan-tujuannya serta
berniat mempertahankan keanggotaannya.
2.2.2 Dimensi-dimensi Komitmen Organisasi
2.2.2.1 Dimensi-dimensi Komitmen menurut Allen dan Mayer
Allen dan Mayer dalam Panggabean, 2004, mendefinisikan komitmen organisasi sebagai sebuah konsep yang memiliki tiga dimensi, yaitu:
1. Affective
Affective commitment adalah tingkat seberapa jauh seorang karyawan secara
emosi terikat, mengenal, dan terlibat dalam organisasi. 2.
Normative Normative commitment
merujuk kepada tingkat seberapa jauh seseorang secara psychologycal
terikat untuk menjadi karyawan dari sebuah organisasi yang didasarkan kepada perasaan seperti kesetiaan, affeksi, kehangatan, pemilikan,
kebanggaan, kesenangan, kebahagiaan, dan lain-lain. 3.
Continuance commitment continuance commitment
adalah suatu penilaian terhadap biaya yang terkait dengan meninggalkan organisasi.
Indikator Affective commitment
Individu dengan affective commitment yang tinggi memiliki kedekatan emosional yang erat terhadap organisasi, hal ini berarti bahwa individu tersebut akan memiliki motivasi
dan keinginan untuk berkontribusi secara berarti terhadap organisasi dibandingkan individu dengan affective commitment yang lebih rendah.
Berdasarkan beberapa penelitian affective commitment memiliki hubungan yang sangat erat dengan seberapa sering seorang anggota tidak hadir atau absen dalam organisasi.