Tingkatan komitmen Organisasi Komitmen Organisasi

Akhirnya jika manajer memiliki komitmen yang rendah terhadap organisasi maka sikap dan performance organisasi secara keseluruhan menjadi kacau. 2. Moderate Level of Comitment a. Konsekuensi positif bagi individu. Tingkat komitmen yang moderat bukan berarti loyalitas seseorang tidak terikat pada orgainsasi, tetapi individu menghindari menerima begitu saja. Jadi tingkat komitmen yang moderat merefleksikan kemampuan untuk menerima nilai-nilai organisasi, tetapi tidak semua. Individu mempertahankan itegritas dan nilai-nilai pribadi sekaligus memenuhi keperluan organisasi. b. Konsekuensi positif bagi individu. Konsekuensi positif bagi organisasi dan juga bagi individu adalah dapat berupa; masa kerja yang lama, kurangnya keinginan untuk keluar, turn over yang rendah, dan semakin besarnya kepuasan kerja. c. Konsekuensi negatif bagi individu. Komitmen yang moderat terhadap organisasi tidak selalu optimal bagi individu. Individu yang tidak memberikan prioritas utama pada majikan bisa menghadapi peningkatan karir yang lambat dan tidak pasti. d. Konsekuensi negatif bagi organisasi. Individu yang tidak komit sepenuhnya terhadap organisasi mungkin membatasi peran ekstra bagi organisasi. Smit, Organ, dan Near dalam Imronuddin, 2003, mengatakan bahwa citizenship behaviuor sepeti; kerja sama, suka membantu, suka memberi saran, suka menolong adalah penting karena dapat menjadikan organisasi dengan fleksibilitas yang diperlukan untuk mengatasi kemungkinan-kemungkinan yang tak terduga. 3. High Level of Comitment. a. Konsekuensi positif bagi individu. Pada situasi tertentu, high level of comitment dapat meningkatkan karir dan kompensasi. b. Konsekuensi positif bagi organisasi. Karyawan dengan tingkat komitmen yang tinggi dapat memberikan kepada organisasi tenaga kerja yang aman dan stabil. c. Konsekuensi negatif bagi individu. Komitmen yang tinggi terhadap organisasi dapat menghalangi perkembangan individu dan membatasi kesempatan untuk mobilitas, juga dapat melemahkan kreativitas dan inovasi. Durkheim juga memperingatkan bahaya individu yang terlalu kuat terintegarasi kedalam kelompok. Komitmen yang tinggi dapat mengakibatkan stres dalam hubungan keluarga, karena pekerjaan dan keluargan saling mempunyai ketergantungan yang tinggi. Kesuksesan dalam karir seringkali memerlukan waktu yang ekstensif dan komitmen pada peran kerja, hal ini sering menimbulkan konflik. d. Konsekuensi negatif bagi organisasi. Terlalu banyak komitmen juga dapat mengurangi fleksibelitas organisasi. Individu yang mempunyai komitmen total terhadap organisasi mungkin tidak dapat melaksanakan alternatif tindakan lain. Akhirnya salah satu yang paling signifikan dan konsekuensi negatif yang tidak disadari atas komitmen yang tinggi mungkin lebih mau untuk melakukan prilaku yang tidak etik dan ilegal atas nama organisasi Imronuddin, 2003. Dari uraian mengenai level komitmen diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa low level of comitment merupakan ganguan fungsi yang besar baik bagi individu maupun bagi organisasi, artinya perkembangan karir individu mungkin menjadi terhalang, sementara organisasi akan mengalami kerugian yang diakibatkan oleh karyawan yang tidak loyal. Individu dengan komitmen yang tinggi mungkin karirnya dapat meningkat lebih cepat, tetapi individu tersebut bisa mengalami masalah pribadi, keluarga, sosial dan masalah- masalah lain yang berhubungan dengan pekerjaan. Dalam keadaan seperti itu, organisasi tidak lagi memberikan kepuasan pada anggota

2.3 Kerangka Berfikir

Disiplin kerja merupakan satu dari berbagai hal yang penting dalam suatu organisasi. Dalam pencapaian segala tujuan suatu instansi tentunya dibutuhkan rasa kepedulian yang tinggi dari setiap pegawai yang bekerja terhadap pencapaian tujuan instansi. Untuk mencapai tujuan instansi tidak mudah melainkan dibutuhkan inisiatif dan semangat kerja para pegawainya. Juga rasa tanggung jawab untuk melaksanakan segala kewajiban yang diemban oleh setiap pegawai sangat dibutuhkan. Tentunya kerjasama yang baik diantara para pegawai turut mendukung terlaksananya program-program yang telah disepakati sebagai tujuan instansi. Semua itu diharapkan dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja para pegawai guna tercapainya segala sesuatu yang menjadi tujuan instansi. Hal ini sesuai dengan pendapat Hasibuan 2000 yang mengatakan bahwa disiplin yang baik mencerminkan besarnya tanggung jawab seseorang terhadap tugas- tugas yang diberikan kepadanya, hal ini mendorong gairah kerja, semangat kerja, dan terwujudnya tujuan perusahaan, karyawan dan masyarakat. Begitupula halnya dengan komitmen organisasi, selain disiplin kerja diatas komitmen terhadap organisasi juga sanggat perlu untuk ditanamkan pada setiap pegawai agar para pegawai dapat melaksanakan tanggung jawabnya kepada instansi dimana tempat ia bekerja. Dengan memiliki komitmen terhadap organisasi diharapkan para pegawai dapat mengenal dan terikat untuk tetap menjadi anggota organisasi untuk mencapai tujuan organisasi. Juga dengan memiliki komitmen terhadap organisasi para pegawai diharapkan dapat memiliki kebanggaan, rasa memiliki dan kesetiaan terhadap instansi dimana ia bekerja. Komitmen yang tinggi terhadap organisasi dapat membuat pegawai dengan rela menjalankan segala tugas-tugas yang diberikan pada mereka. Apabila para karyawan memiliki komitmen yang kurang baik pada instansi, akan membuat pegawai tersebut tidak nyaman dalam melaksanakan tugas-tugasnya. Jadi keterlibatan kerja yang tinggi berarti pemihakan seseorang pada pekerjaannya yang khusus, komitmen pada organisasi yang tinggi berarti pemihakan pada organisasi yang mempekerjakannya Robbins, 2001. Karena itu sangat penting menanamkan suatu komitmen terhadap organisasi agar tercipta disiplin kerja pegawai sehingga segala tujuan yang ingin dicapai oleh instansi dapat tercapai. Hubungan komitmen organisasi dengan disiplin kerja dapat digambarkan dengan skema berikut ini: KOMITMEN ORGANISASI DISIPLIN KERJA

Dokumen yang terkait

Pengaruh Budaya Organisasi Terhadap Stres Kerja Pegawai Negeri Sipil Di Kanwil Kementrian Agama Medan

9 59 131

Analisis Pengaruh Pelatihan Dan Disiplin Terhadap Kinerja Pegawai Negeri Sipil Dengan Kompetensi Sebagai Variabel Intervening Pada Sekretariat Daerah Kabupaten Labuhanbatu Selatan

5 119 152

HUBUNGAN ANTARA KOMITMEN ORGANISASI DENGAN PERSEPSI TERHADAP DISIPLIN KERJA PADA PEGAWAI NEGERI SIPIL Hubungan Antara Komitmen Organisasi Dengan Persepsi Terhadap Disiplin Kerja Pada Pegawai Negeri Sipil.

0 2 14

HUBUNGAN ANTARA KOMITMEN ORGANISASI DENGAN PERSEPSI TERHADAP DISIPLIN KERJA PADA PEGAWAI NEGERI SIPIL Hubungan Antara Komitmen Organisasi Dengan Persepsi Terhadap Disiplin Kerja Pada Pegawai Negeri Sipil.

0 2 19

PENDAHULUAN Hubungan Antara Komitmen Organisasi Dengan Persepsi Terhadap Disiplin Kerja Pada Pegawai Negeri Sipil.

0 2 7

HUBUNGAN ANTARA KOMITMEN ORGANISASI DENGAN PERSEPSI TERHADAP DISIPLIN KERJA HUBUNGAN ANTARA KOMITMEN ORGANISASI DENGAN PERSEPSI TERHADAP DISIPLIN KERJA PADA PEGAWAI NEGERI SIPIL.

0 0 15

PENDAHULUAN HUBUNGAN ANTARA KOMITMEN ORGANISASI DENGAN PERSEPSI TERHADAP DISIPLIN KERJA PADA PEGAWAI NEGERI SIPIL.

0 0 8

DAFTAR PUSTAKA HUBUNGAN ANTARA KOMITMEN ORGANISASI DENGAN PERSEPSI TERHADAP DISIPLIN KERJA PADA PEGAWAI NEGERI SIPIL.

0 0 5

HUBUNGAN ANTARA KOMITMEN ORGANISASI DENGAN DISIPLIN KERJA PADA PEGAWAI NEGERI SIPIL - Unika Repository

0 0 17

HUBUNGAN ANTARA KOMITMEN ORGANISASI DENGAN DISIPLIN KERJA PADA PEGAWAI NEGERI SIPIL - Unika Repository

0 0 60