dapat memberikan suatu kerangka kerja yang bisa menyatukan dan menyajikan seluruh data perekonomian wilayah. Ketiga, dengan SNSE dapat dapat dihitung
multiplier perekonomian wilayah yang berguna untuk mengukur dampak dari suatu aktivitas terhadap produksi, distribusi pendapatan, dan permintaan yang
menggambarkan struktur perekonomian. Sementara BPS 2003 mengemukakan bahwa perangkat SNSE dapat digunakan sebagai data sosial ekonomi yang
menjelaskan mengenai : 1.
Kinerja pembangunan ekonomi suatu negara, seperti distribusi Produk Domestik Bruto PDB, konsumsi, tabungan dan sebagainya.
2. Distribusi pendapatan faktorial, yaitu distribusi pendapatan yang dirinci
menurut faktor-faktor produksi diantaranya tenaga kerja dan modal. 3.
Distribusi pendapatan rumah tangga yang dirinci menurut berbagai golongan rumah tangga.
4. Pola pengeluaran rumah tangga
5. Distribusi tenaga kerja menurut sektor atau lapangan usaha dimana mereka
bekerja, termasuk distribusi pendapatan tenaga kerja yang mereka peroleh sebagai kompensasi atas keterlibatannya dalam proses produksi.
Di samping itu, SNSE juga merupakan suatu sistem kerangka data yang dapat digunakan sebagai dasar pembuatan suatu model ekonomi dan juga sebagai
dasar analisis, baik untuk analisis parsial partial equilibrium maupun analisis keseimbangan umum general equilibrium dalam melakukan analisis kebijakan.
SNSE pada dasarnya merupakan sebuah matrik berbentuk bujursangkar yang menggambarkan arus moneter dari berbagai transaksi ekonomi. Dimana
kolomnya menjelaskan pengeluaran expenditure, sedangkan baris menunjukkan penerimaan receipt. Salah satu karakteristik yang fundamental dari SNSE
adalah kemampuannya untuk menyajikan secara komprehensif dan konsisten mengenai hubungan-hubungan ekonomi pada tingkatan produksi dan faktor-
faktor, serta institusi, yang terdiri dari pemerintahan, rumah tangga dan swasta. Ada enam tipe neraca dalam sebuah matrik SNSE yang lengkap yaitu, 1
aktivitas, 2 komoditas commodities, 3 faktor-faktor produksi tenaga kerja dan modal, 4 institusi domestik yang terdiri dari rumah tangga household,
perusahaan firms, pemerintah government, 5 modal, dan 6 rest of the world
Sadoulet dan de Janvry, 1995; Thiele dan Piazolo, 2002, lihat Tabel 6. Lima neraca pertama dikelompokkan sebagai neraca endogen, sedangkan neraca
keenam menjadi neraca eksogen yang dapat mempengaruhi besar kecilnya perubahan neraca endogen ketika dilakukan injeksi pada neraca tersebut.
Kerangka dasar SNSE Indonesia memiliki 4 neraca utama, yaitu: 1 neraca faktor produksi, 2 neraca institusi, 3 neraca sektor produksi, dan 4 neraca eksogen
yang terdiri dari neraca modal dan rest of the world ROW Daryanto, 2001. Masing-masing neraca tersebut menempati lajur baris dan kolom. Perpotongan
antara suatu neraca dengan neraca lainnya memberikan arti tersendiri, perhatikan Tabel 6.
Neraca faktor-faktor produksi, termasuk didalamnya adalah tenaga kerja dan modal. Dibaca secara baris, neraca ini memperlihatkan penerimaan-
penerimaan yang berasal dari upah dan sewa, selain itu juga menggambarkan pendapatan remitance dan pendapatan modal. Sedangkan secara kolom
menunjukkan adanya revenue yang didistribusikan ke rumah tangga sebagai pendapatan tenaga kerja, distribusi ke perusahaan dan keuntungan yang bukan
dari perusahaan, serta keuntungan perusahaan setelah dikurangi pembayaran pemerintah. Neraca institusi mencakup rumah tangga, perusahaan dan
pemerintahan. Dalam hal ini rumah tangga akan didisagregasi kedalam kelompok-kelompok sosial ekonomi yang saling berbeda tingkatannya.
Penerimaan rumah tangga antara lain datang dari pendapatan faktor-faktor produksi, berbagai macam bentuk transfer seperti transfer pendapatan diantara
rumah tangga itu sendiri, transfer pendapatan dari pemerintah, dari perusahaan biasanya berupa asuransi, atau dari luar negeri. Sementara itu pengeluaran
rumah tangga ditunjukkan untuk konsumsi barang-barang dan pajak pendapatan, serta sebagian dimasukkan untuk saving dalam neraca modal. Pada perusahaan,
penerimaannya berasal dari keuntungan yang diperoleh dan sebagian dari transfer, sedangkan pengeluarannya kepada pembayaran pajak dan transfer. Untuk
pemerintah, pengeluarannya berupa subsidi, konsumsi barang dan jasa, transfer ke rumah tangga dan perumahan. Sebagian juga berupa saving. Disisi lain
penerimaannya berasal dari pajak dan transfer pendapatan dari luar negeri.
Tabel 6. Struktur Sistem Neraca Sosial Ekonomi
PENDAPATAN BELANJA
1 2
3 4
5 6
7 Aktivitas
Komoditas Tenaga
Kerja Modal
Rumah Tangga
Swasta Pemerintah
Neraca Modal
Transaksi Luar Negeri
Total 1.
Aktivitas Penjualan
Domestik Subsidi
Ekspor Ekspor
Produksi 2.
Komoditas Permintaan
antara Konsumsi
Rumah Tangga
Belanja Pemerintah
Investasi Permintaan
Domestik 3.
Faktor Tenaga Kerja
Upah Faktor
Pendapatan dari Luar
PDB pada faktor
pengeluaran Modal
Rent 4.
Institusi Rumah Tangga
Pendapatan Tenaga
Kerja Keuntungan
yang dibagikan
Transfer Antar
Rumah Tangga
Transfer Transfer
Pendapatan Rumah
Tangga Swasta
Keuntungan yang tdk
dibagikan Transfer
Transfer Pendapatan
Swasta Pemerintah
Pajak Nilai Tambah
Pajak Tarif tdk
langsung Pajak
jaminan sosial
Pajak keuntungan
Pajak langsung
Pajak Pendapatan
Pemerintah 5.
Neraca Modal Tabungan
Rumah Tangga
Tabungan Swasta
Tabungan Pemerintah
Transfer Modal
Total Tabungan
6. Transaksi
Luar Negeri Impor
Faktor Pembayaran
Impor Total
Produksi Persediaan
Domestik Pengeluaran Faktor
Produksi Pengeluaran
Rumah Tangga
Pengeluaran Swasta
Pengeluaran Pemerintah
Total Investasi
Pinjaman Transaksi
Mata Uang Asing
Sumber : Daryanto 2011
24
Neraca aktivitas activity atau sektor produksi production merupakan neraca yang menjelaskan transaksi pembelian bahan-bahan mentah, barang-
barang antara dan sewa untuk memproduksi suatu komoditas. Dibaca secara kolom semua transaksi tersebut merupakan pengeluaran yang meliputi permintaan
antara, upah, sewa, dan value added dari pajak. Sedangkan pada baris semua transaksi dianggap sebagai penerimaan yang meliputi penjualan domestik, subsidi
ekspor dan penerimaan. Neraca terakhir adalah neraca eksogen yang memuat neraca modal, dan transaksi luar negeri atau rest of world. Dalam neraca modal,
dari sisi penerimaan secara baris berupa pemasukan dalam bentuk tabungan rumah tangga, swasta dan pemerintah. Sementara dari sisi pengeluaran secara
kolom, pada neraca komoditas berupa investasi. Transaksi antara domestik dengan luar negeri, transfer pendapatan dari faktor-faktor produksi dan transfer ke
luar negeri. Jumlah pengeluaran dan penerimaan pada masing-masing neraca haruslah sama. Hal ini menujukkan bahwa dalam tabel SNSE selalu terdapat
keseimbangan dari masing-masing neraca. Tabel 7. Kerangka Dasar SNSE Indonesia
Pengeluaran Penerimaan
Neraca Endogen Neraca
Eksogen Jumlah
Faktor Institusi
Sektor 1
2 3
4 5
N er
ac a
E n
d o
g en
Faktor Produksi
1 T
13
Alokasi Nilai Tambah ke
Faktor Produksi
X
1
Pendapatan Faktor
Produksi dari Luar Negeri
Y
1
Distribusi Pendapatan
Faktorial Institusi
2 T
21
Alokasi pendapatan
faktor ke institusi
T
22
Transfer antar institusi
X
2
Transfer dari luar negeri
Y
2
Distribusi pendapatan
institusional Sektor
Produksi 3
T
32
Penerimaan Domestik
T
33
Penerimaan antara
X
3
Ekspor dan Investasi
Y
3
Total output menurut
sektor produksi
Neraca Eksogen 4
L
1
Alokasi Pendapatan
faktor ke luar negeri
L
2
Tabungan pemerintah
swasta dan rumah tangga
L
3
Impor dan pajak tak
langsung L
4
Transfer lainnya
Y
4
Total Penerimaan
Neraca lainnya
Jumlah 5
Y’
1
Distribusi pengeluaran
faktor Y’
2
Distribusi pengeluaran
institusi Y’
3
Total Input Y’
4
Total Pengeluaran
lainnya
Sumber : Sutomo 1995
Penjelasan singkat mengenai arti kerangka SNSE sebagaimana disajikan oleh Tabel 7. adalah sebagai berikut :
Baris 1 : Baris ini menjelaskan mengenai pendapatan yang diterima oleh
faktor-faktor produksi, seperti tenaga kerja dan modal, sebagai akibat adanya proses ekonomi dalam suatu wilayah. Perpotongan
antara baris 1 dengan kolom 3 T
13
, menunjukkan alokasi nilai tambah Produk Domestik Bruto atau PDB kepada faktor-faktor
produksi. Sub-matrik ini disebut juga sub-matrik distribusi pendapatan faktorial factorial income distribution, yang
menjelaskan mengenai distribusi pendapatan yang diterima oleh berbagai faktor produksi dari berbagai
sektor produksi. Perpotongan baris 1 dengan kolom 4 T
14
menjelaskan mengenai pendapatan faktor produksi yang diterima dari luar negeri.
Baris 2 : Baris ini menjelaskan mengenai pendapatan berbagai institusi salah
satunya adalah rumah tangga. Salah satu pendapatan rumah tangga adalah yang berasal dari upah dan gaji serta pendapatan kapital
seperti bunga, surplus usaha, sewa rumah. Upah dan gaji serta pendapatan kapital merupakan pendapatan rumahtangga yang
berasal dari balas jasa terhadap faktor-faktor produksi tenaga kerja dan kapital yang diberikan oleh rumahtangga. Hal ini telah
digambarkan oleh perpotongan antara baris 1 dengan kolom 3 T
13
sebagaimana dijelaskan diatas. Pendapatan berupa upah dan gaji serta pendapatan kapital tersebut kemudian dibawa kepada
rumahtangga dari mana faktor produksi tersebut berasal. Distribusi upah dan gaji serta pendapatan kapital ini digambarkan oleh
perpotongan baris 2 dengan kolom 1 T
21
. Dengan perkataan lain, sub-matrik ini merupakan mapping dari sub-matrik pendapatan
faktor-faktor produksi upah dan gaji serta pendapatan kapital kepada berbagai golongan rumahtangga. Perpotongan antara baris 2
dengan kolom 2 T
22
dan dengan kolom 4 X
2
masing-masing menjelaskan transfer yang diterima oleh institusi seperti
rumahtangga dari institusi lain dan dari luar negeri. Penjumlahan semua pendapatan pada baris 2 Y
2
menjelaskan total pendapatan yang diterima oleh rumahtangga. Pada tingkat rumahtangga
sebagai bagian dari institusi, sub-matrik ini juga disebut sebagai sub-matrik distribusi pendapatan rumahtangga.
Baris 3 : Baris ini menjelaskan, antara lain, mengenai penerimaan berbagai
sektor sebagai akibat dari penjualan barang dan jasa yang dihasilkan kepada konsumen. Penerimaan ini dapat berasal dari: a. hasil
penjualan barang dan jasa kepada konsumen akhir di dalam negeri digambarkan oleh perpotongan antara baris 3 dengan kolom 2
T
32
; b. hasil dari penjualan barang dan jasa sebagai input antara intermediate inputs di dalam negeri yang akan diolah kembali
untuk menghasilkan barang dan jasa lainnya digambarkan oleh perpotongan antara baris 3 dengan kolom 3 T
33
; dan c. hasil penjualan barang dan jasa ke luar negeri atau ekspor atau pun
penggunaan barang yang dihasilkan sebagai barang modal digambarkan oleh perpotongan antara baris 3 dengan kolom 4
X
3
. Penjumlahan seluruh sub-matrik ini menunjukkan total output yang dihasilkan oleh suatu wilayah Y
3
Baris 4 : Perpotongan baris 4 dengan kolom-kolom 1, 2, 3, dan 4
menunjukkan bermacam-macam pengertian. Hal ini disebabkan karena neraca lainnya baris 4 merupakan neraca gabungan yang
sebenarnya dapat dirinci sesuai dengan kebutuhan. Pada kerangka SNSE Kabupaten Musi Rawas neraca ini dibagi atas 3 bagian yaitu
pertama adalah neraca kapital, kedua adalah neraca pajak tidak langsung neto dan ketiga adalah neraca luar negeri.
Untuk membangun sebuah struktur SNSE banyak dibutuhkan data. Secara umum data-data tersebut dapat diperoleh dari Biro Pusat Statistik masing-masing
negara. Kemudian, untuk melakukan disagregasi pada setiap neraca yang berbeda kita membutuhkan tiga kumpulan data. Pertama, neraca aktivitas dan komoditas,
biasanya dapat diambil dari tabel transaksi Input-Output. Kedua, disagregasi value added dari pendapatan tenaga kerja dan keuntungan perusahaan, yang
diperoleh melalui survey tenaga kerja dan keuntungan perusahaan, yang diperoleh melalui survey tenaga kerja dan sensus sektoral. Paling sulit disini adalah
sewaktu mengukur sektor-sektor aktivitas yang informal, namun sebenarnya dapat
diidentifikasikan melalui survei industri. Dan terakhir, ketiga, penentuan pendapatan dan pengeluaran institusi perusahaan dan rumah tangga. Hal ini
merupakan pekerjaan yang paling sulit juga sewaktu membentuk struktur SNSE. Dari sisi pengeluaran kita bisa mendapatkannya melalui survei konsumsi yang
ada, pajak yang tersedia pada anggaran belanja negara. Akan tetapi untuk penerimaan, harus melakukan survei rumah tangga. Jika hal ini tidak tersedia,
maka dapat dikompromikan dengan menggunakan data-data survei pengeluaran keluarga, atau distribusi pendapatan penduduk kota dan perdesaan, atau dari
sterdapat dalam neraca nasional. Transfer antar pemerintah dan perusahaan, tersedia di statistik pemerintahan Sadoulet dan de Janvry, 1995.
2.4.3. Metode Analisis Model Sistem Neraca Sosial Ekonomi
SNSE merupakan sebuah matrik yang merangkum sosial ekonomi secara menyeluruh. Neraca-neraca tersebut di kelompokan menjadi dua bagian yaitu
kelompok neraca-neraca endogen dan kelompok-kelompok neraca eksogen. Secara garis besar kelompok neraca-neraca endogen di bagi kedalam tiga blok,
yaitu : 1 blok neraca faktor produksi; 2 blok neraca institusi, dan 3 blok neraca aktivitas kegiatan produksi. Ketiga blok tersebut selanjutnya disebut
sebagai blok faktor produksi, blok institusi dan blok kegiatan produksi. Tabel 8. Metode Model Analisis SNSE
PENGELUARAN Neraca Endogen
Faktor Produksi
Institusi Kegiatan
Neraca Eksogen
Total
PE N
ER IMAA
N Neraca
Endogen Faktor
Produksi T
13
T
14
Y
1
Institusi T
21
T
22
T
24
Y
2
Kegiatan Produksi
T
32
T
33
T
34
Y
3
Neraca Eksogen T
41
T
42
T
43
T
44
Y
4
Total Y
1
Y
2
Y
3
Y
4
Pada Tabel 8. diatas pada sub matrik T
13
menunjukkan alokasi nilai tambah yang dihasilkan oleh berbagai sektor produksi ke faktor-faktor produksi
sebagai balas jasa bagi penggunaan faktor-faktor produksi tersebut, seperti upah dan gaji sebagai balas jasa bagi penggunaan faktor produksi tenaga kerja. Sub
matrik T
21
menunjukan alokasi pendapatan faktor produksi ke berbagai institusi, umumnya terdiri dari rumah tangga, pemerintah dan perusahaan. Dengan kata
lain, matrik ini merupakan matrik yang merekam distribusi pendapatan dari faktor produksi ke berbagai institusi.
Sub matrik T
22
menunjukan transfer pembayaran antar institusi. Misalnya pemberiaan subsidi dari pemerintah kepada rumah tangga, perusahaan kepada
rumah tangga, atau pembayaran transfer dari rumah tangga ke rumah tangga. Sub matrik T
32
menujukan permintaan terhadap barang dan jasa oleh institusi, sub matrik tersebut menujukan uang yang dibayarkan pihak institusi ke sektor
produksi untuk membeli barang dan jasa yang dikonsumsi. Submatrik T
33
menujukan permintaan barang dan jasa antara industri atau transaksi antar sektor produksi. Selain submatrik-submatrik tersebut, SNSE juga mencatat submatrik
transaksi transaksi ekonomi di sektor perbankan dan transaksi ekonomi dengan pihak luar wilayah.
Dalam menggunakan SNSE, perhitungan matrik pengganda analisis multiplier dan dekomposisi matrik pengganda merupakan suatu metode atau
langkah penting yang akan digunakan. Dengan mendapatkan matrik pengganda dari SNSE maka dapat dilihat dampak dari suatu kebijaksanaan terhadap berbagai
sektor didalam suatu perekonomian, termasuk didalamnya dampak suatu kebijaksanaan terhadap distribusi pendapatan. Dekomposisi matrik pengganda
tersebut dilakukan untuk memperjelas proses penggandaan dalam suatu perekonomian, dengan kata lain dekomposisi matrik pengganda dapat
menunjukan tahapan dampak yang terjadi akibat penerapan sebuah kebijaksanaan terhadap berbagai sektor disuatu perekonomian. Matrik dekomposisi pengganda
dibagi menjadi tiga yaitu matrik pengganda transfer, matrik pengganda open loop, dan matrik pengganda closed loop, serta sering juga digunakan matrik pengganda
neraca, yang dapat menjelaskan dampak yang terjadi pada neraca endogen akibat perubahan neraca eksogen.
Analisis Pengganda Multiplier
Untuk melakukan analisis pengganda multiplier, digunakan analisis pengganda neraca accounting multiplier dan pengganda harga tetap fixed price
multiplier. Analisis accounting multiplier, merupakan analisis yang sama dengan
pengganda untuk Matrik Leontief dalam analisis Input-Output. Sedangkan analisis fixed price multiplier berbeda dengan accounting multiplier,
perbedaannya terletak pada respons rumah tangga terhadap perubahan dalam neraca
eksogen dengan
memperhitungkan kecenderungan
pengeluaran expenditure propensity. Pyatt dan Round 1985 dalam Rustiadi 2009,
melakukan dekomposisi terhadap pengganda neraca dengan formula sebagai berikut :
M
a
= M
3
.M
2
.M
1
dimana : M
1
= Pengganda transfer, menunjukan pengaruh dari satu blok pada dirinya sendiri.
M
2
= Pengganda open loop atau cross-effect, yang merupakan pengaruh dari suatu blok ke blok yang lain. Karena injeksi pada salah satu sektor dalam
sebuah blok tertentu akan berpengaruh terhadap sektor lain diblok yang lain setelah melalui keseluruhan sistem dalam blok yang tersebut.
M
3
= Adalah pengganda closed loop, merupakan pengaruh dari suatu blok yang lain, untuk kemudian kembali pada blok semula.
Matrik pengganda neraca menunjukkan perubahan neraca endogen sebesar M
a
sebagai akibat dari adanya perubahan neraca eksogen sebesar 1 unit, misal kenaikan permintaan sektor padi untuk diekspor ke luar negeri. Model pengganda
neraca dapat didekati dengan pendekatan rata-rata dengan pendekatan rata-rata average dan pendekatan marjinal marginal.
a. Pendekatan rata-rata: Average expenditure propensity Matrik A
T =
33 32
22 21
13
A A
A A
A
Dimana A
ij
= T
ij
Y-1 dan Y-1 adalah matrik diagonal dari nilai-nilai jumlah kolom. Matrik ini menunjukan pengaruh langsung dari perubahan yang terjadi
pada sebuah sektor terhadap sektor lain, seperti : Y = AY+X,
atau, Y=I-A
-1
X Jika Ma = I-A
-1
X, maka Y=Ma.X Ma, biasa disebut sebagai pengganda neraca accounting multiplier, yang merupakan pengganda dan menunjukan
pengaruh perubahan pada sebuah sektor terhadap sektor lainnya setelah melalui keseluruhan sistem SNSE.
b. Pendekatan Marjinal Marginal Expenditure Propensity dapat didekati dengan menggunakan
Matrik C, seperti:
C =
33 32
22 21
13
C C
C C
C
Sehingga diperoleh formula: dY = C dY + dX
dY = I-C-1 dX
dY = Mc dX
c. Hubungan Matrik C dan Matrik A M
c
disebut sebagai pengganda harga tetap fixed price multiplier atau dapat dirumuskan dengan : c
ij
= ijaij
dimana; ij = elastisitas pengeluaran sektor j untuk sektor i
c
ij
= elemen matrik C dY
= elemen matrik A
Dekomposisi Pengganda Neraca
Dekompisisi pengganda neraca dilakukan untuk memperlihatkan tahapproses perubahan neraca endogen yang diakibatkan oleh perubahan neraca
eksogen secara jelas. Proses perubahan tersebut melalui:
a. Pengganda Transfer Transfer Multiplier
Menggambarkan dampak yang terjadi di dalam set neraca itu sendiri sebagai akibat adanya injeksi terhadap salah satu sektor dalam set neraca tersebut.
Misalnya kenaikan permintaan terhadap padi akan menyebabkan kenaikan output sektor padi itu sendiri serta output sektor-sektor produksi lainnya. Kenaikan
output sektor padi itu sendiri dan output sektor-sektor lainnya tersebut merupakan hasil dari adanya pengganda transfer yang bekerja di dalam set neraca produksi.
M
a1
adalah pengganda transfer yang menunjukan pengaruh dari satu blok pada diri sendiri.
M
a1
= 1-A
-1
dimana : A
= Adalah matrik diagonal dari matrik A, yaitu
A =
33 22
22
A A
Sehingga matrik pengganda transfer M
a1
dalam bentuk matrik dapat dinyatakan sebagai berikut :
A =
1 23
1 22
1 1
A A
Dengan adanya pengganda transfer M
a1
maka dapat diketahui pengaruh injeksi pada suatu sektor terhadap sektor lain dalam satu blok yang sama, setelah
melalui keseluruhan sistem didalam blok tersebut berpengaruh kepada blok lain. Dalam matrik M
a1
diatas dapat diketahui besarnya pengganda pada masing- masing blok. Pada blok kegiatan produksi misalnya, besarnya pengganda transfer
adalah 1-A
33 -1
. Ini berarti bahwa setiap injeksi pada salah satu sektor produksi akan berpengaruh pada sektor produksi yang lain sebesar injeksi tersebut, yang
dikalikan dengan I-A
33 -1
tidak lain adalah Matrik Kebalikan Leontief. Pada blok institusi, besarnya pengganda transfer adalah I-A
22 -1
. Ini berarti setiap injeksi pada salah satu institusi akan berpengaruh pada institusi yang
lain sebesar injeksi tersebut, dikalikan dengan I-A
22 -1
. Sedangkan pada blok faktor produksi, besarnya, besarnya pengganda transfer adalah i. Hal tersebut
berarti bahwa injeksi pada salah satu faktor produksi hanya akan berpengaruh terhadap faktor produksi yang diinjeksi tersebut, tidak terhadap faktor produksi
lain. Misalnya dilakukan injeksi terhadap tenaga kerja pertanian penerima upah dan gaji diperdesaan sebesar Rp.100, maka yang bertambah hanyalah penerimaan
bagi tenaga kerja penerima upah dan gaji di perdesaan itu sendiri, sebesar Rp.100. Sedangkan faktor produksi yang lain tidak mengalami perubahan.
b. Pengganda Open Loop
Menggambarkan dampak yang terjadi pada suatu set neraca sebagai akibat adanya perubahan pada salah satu sektor dalam set neraca lain. Misalnya kenaikan
permintaan padi akan menyebabkan kenaikan permintaan terhadap tenaga kerja. Di sini terlihat bahwa perubahan pada neraca sektor padi yang berada dalam set
neraca produksi, menyebabkan perubahan pada set neraca sektor tenaga kerja yang berada dalam set neraca lain, yaitu neraca faktor produksi. Perubahan ini
terjadi berkat adanya pengganda open loop. M
a2
adalah pengganda open loop atau cross-effect, yang merupakan pengaruh dari satu blok ke blok yang lain. Injeksi
pada salah satu sektor dalam sebuah blok tertentu akan berpengaruh terhadap sektor lain di blok yang lain setelah melalui keseluruhan sistem dalam blok yang
lain. Matrik tersebut didefinisikan sebagai berikut : M
a2
= 1-A+A
2
atau,
A = M
a2
= M
a1
33 22
22
A A
c. Pengganda Closed Loop
Menggambarkan dampak yang terjadi pada suatu set neraca yang diakibatkan oleh adanya perubahan pada set neraca lain, dimana perubahan pada
set neraca lain tersebut sebelumnya merupakan dampak pada perubahan pada set neraca yang pertama, sehingga dampak ini merupakan dampak yang kembali pada
set neraca semula. Misalnya, kenaikan permintaan sektor padi set neraca produksi, mengakibatkan kenaikan sektor output padi set neraca produksi,
selanjutnya menaikkan permintaan sektor tenaga kerja set neraca faktor
produksi, sehingga pendapatan tenaga kerja set neraca institusi meningkat, dan berikutnya konsumsi rumah tangga akan naik pula yang akan diikuti dengan
meningkatnya permintaan akan padi set neraca produksi. M
a3
adalah pengganda closed loop, menggambarkan pengaruh dari suatu blok ke blok yang lain, yang
kemudian kembali pada blok semula. Matrik pengganda tersebut didefinisikan sebagai berikut :
M
a3
= 1-A
3 -1
dimana : M
a3
merupakan matrik diagonal, dengan diagonal utamanya secara berurutan dari kiri atas ke kanan bawah berisi 1-A
13
A
32
AA
21 -1
, 1-A
21
A
13
A
32 -1
dan 1-A
32
A
21
A
13 -1
. Artinya injeksi pada salah satu faktor produksi akan berpengaruh pada sektor-sektor lain pada blok institusi, kemudian
berpengaruh pada blok kegiatan produksi, dan akhirnya berpengaruh kembali kepada sektor-sektor dalam blok faktor produksi. Demikian pula dengan blok
institusi dan kegiatan produksi. Injeksi pada salah satu sektor dalam blok institusi pada akhirnya akan berpengaruh closed loop pada sektor-sektor dalam blok
institusi itu sendiri, setelah berpengaruh pada blok kegiatan produksi dan faktor produksi, dengan pengganda sebesar 1-A
21
A
13
A
32 -1
.
Distribusi Pendapatan Neraca Endogen
Pada distribusi pendapatan neraca endogen akan dianalisis jumlah pendapatan seperti: jumlah pendapatan faktor produksi Y
1
=T
13
+X
1
, jumlah pendapatan institusi Y
2
=T
21
+T
22
+X
2,
dan jumlah pendapatan kegiatan produksi Y
3
=T
32
+T
33
+X
3
Distribusi Pengeluaran Neraca Endogen
Pada distribusi pengeluaran neraca endogen akan dianalisis jumlah pengeluaran seperti jumlah faktor produksi Y
1
’+T
21
+L
1
, jumlah pengeluaran institusi Y
2
’=T
22
+T
32
+L
2
, dan jumlah pengeluaran kegiatan produksi, Y
3
’=T
13
+T
33
+L
3,
dengan, Matrik T ;
T =
33 32
22 21
13
T T
T T
T
Analisis Jalur Struktural Structural Path Analysis
Menurut Defourny dan Thorbecke 1988 dalam Hafizrianda 2010 metode dekomposisi yang konvensional tidak mampu untuk menguraikan
multiplier ke dalam transaksi komponennya atau untuk mengidentifikasi transaksi dengan menyertakan suatu keterkaitan secara berurutan. Dekomposisi multiplier
yang konvensional hanya mampu menguraikan pengaruh-pengaruh dalam dan antara neraca endogen saja. Dalam structural path analysis SPA kita bisa
melacak interaksi dalam suatu perekonomian yang dimulai dari suatu sektor tertentu dan berakhir pada sektor tertentu lainnya. Metode SPA mampu
menunjukkan bagaimana pengaruh transmisi dari satu sektor ke sektor yang lainnya secara bersambungan dalam suatu gambar. Didalam SPA, masing-masing
elemen pada multiplier SNSE dapat didekomposisi kedalam pengaruh langsung, total dan global. Jadi, pada dasarnya SPA itu adalah sebuah metode yang
dilakukan untuk mengidentifikasi seluruh jaringan yang berisi jalur yang menghubungkan pengaruh suatu sektor pada sektor lainnya dalam suatu sistem
sosial ekonomi. Pengaruh dari suatu sektor ke sektor lainnya tersebut dapat melalui sebuah jalur dasar elementary path atau sirkuit circuit. Disebut jalur
dasar apabila jalur tersebut melalui sebuah sektor tidak lebih dari satu kali, seperti terlihat pada Gambar 2. dibawah ini.
Gambar 2. Jalur Dasar dalam Analisis Jalur Misalkan sektor i mempengaruhi sektor j. Pengaruh dari i ke j bisa terjadi
secara langsung, bisa pula terjadi melalui sektor-sektor lain, katakanlah x dan y. Apabila dalam jalur i ke j tersebut i, x, y, dan j hanya dilalui satu kali maka hal
j
i j
y x
i atau
seperti ini disebut sebagai jalur dasar. Ada kalanya suatu sektor, setelah mempengaruhi sektor yang lain, pada akhirnya akan kembali lagi mempengaruhi
sektor itu sendiri. Misalkan pengaruh sektor i ke j di atas ternyata belum selesai. Jika j mempengaruhi z, dan z mempengaruhi i, maka jalur dari i ke x ke y ke j ke
z dan kembali ke i disebut sirkuit. Dalam jalur ini setiap sektor dilalui hanya satu kali, kecuali i. sektor i dilalui dua kali, yakni pada awal jalur dan pada akhir jalur,
lihat Gambar 3. dibawah ini.
Gambar 3. Sirkuit dalam Analisis Jalur
2.5. Analisis Kelembagaan
Analisis ini merupakan analisis yang dilakukan secara mikro, melalui analisis ini akan dibahas bentuk-bentuk organisasi kelembagaan yang dapat
memberikan gambaran keadaan masyarakat, baik untuk mengetahui penyebab rendahnya tingkat kesejahteraan yang disebabkan oleh tidak ada atau tidak
berfungsinya kelembagaan yang ada, juga sekaligus mengetahui model kelembagaan apa yang paling cocok atau paling baik sebagai pemecahan
organisasi kelembagaan dalam upaya menaikkan tingkat kesejahteraan masyarakat seperti peningkatan produktifitas tenaga kerja, pendapatan dan lainnya terutama
bagi masyarakat yang memiliki lahan. Untuk mengetahui bentuk organisasi kelembagaan yang ada di lokasi penelitian, maka dilakukan :
1 Analisis
biaya-biaya transaksi,
yaitu dengan
menghitung mengkuantifikasikan biaya-biaya transaksi dalam bentuk kerjasama atau
koordinasi yang terjadi antara masyarakat lokal dengan pihak-pihak lainnya, dari praproduksi sampai pada pemasaran hasil produksinya.
2 Untuk lebih mempertegas analisis kelembagaan ini, kemudian akan dilakukan
pula analisis dari interaksi masyarakat dalam sistem kelembagaan tersebut, x
y
z j
i
yang mana dalam hal ini dilakukan untuk melihat apakah model lahan komunal milik masyarakat secara bersama merupakan model yang sesuai
untuk mengembangkan pengelolaan lahan yang didasarkan pada pelibatan masyarakat dengan tujuan untuk peningkatan kesejahteraan rakyat dan
keberlanjutan manfaatnya. Untuk itu digunakan pendekatan analisis deskriptif description analysis yaitu dengan menelaah hubungan-hubungan
yang saling berkaitan dengan sistem kelembagaan, yang dilihat dengan ukuran pendapatan masyarakat, produktifitas lahan, penilaian masyarakat
pada bentuk pengelolaan yang dilakukan, dan partisipasi mereka dalam pola yang dikembangkan tersebut.
Kemudian untuk mengetahui bentuk dan pola aktivitas pengelolaan lahan masyarakat, dalam hal ini dilakukan :
1 Analisis secara deskriptif descriptive analysis, untuk melihat usaha tani
yang dilakukan di lokasi penelitian dan bagaimana pola pengusahaannya. 2
Untuk mengetahui informasi tentang peran serta partisipasi masyarakat lokal, dilakukan pengukuran secara deskriptif kualitatif. Caranya adalah
dengan melakukan wawancara dan pengamatan langsung ke lapangan.
2.6. Penelitian Terdahulu
Beberapa hasil penelitian mengenai pembangunan wilayah dengan menggunakan analisis SNSE dan peran komoditas perkebunan terhadap
pembangunan wilayah telah banyak dilakukan dan menunjukkan hasil bahwa pengembangan komoditas perkebunan memberikan efek multiplier kepada
perekonomian wilayah. Penelitian yang dilaksanakan oleh Sutomo 1995 mengenai kemiskinan rumahtangga dan pembangunan ekonomi wilayah di
Provinsi Riau dan Provinsi Nusa Tenggara Timur NTT menggunakan alat analisis SNSE menunjukkan bahwa rata-rata pendapatan per kapita rumah tangga
di Provinsi Riau tahun 1990 lebih tinggi dibandingkan dengan Provinsi NTT, selain itu distribusi pendapatan kedua provinsi dalam keadaan yang sangat tidak
merata. Untuk kemiskinan di wilayah Provinsi NTT banyak disebabkan miskinnya wilayah bersangkutan sehingga menjadi terbatas dalam melakukan
kegiatan ekonominya, sedangkan untuk kemiskinan di Provinsi Riau ditinjau dari