ke luar daerah sebesar Rp. 50,7 miliar, impor sebesar Rp. 2,24 triliun dan piutang ke luar daerah sebesar Rp. 1,68 triliun. Kegagalan kelembagaan baik
dari sisi kebijakan pemerintah maupun pemasaran komoditas perkebunan juga menjadi penyebab terjadinya kebocoran wilayah. Hal tersebut
ditunjukkan dengan adanya output atau produksi yang dihasilkan oleh berbagai sektor ekonomi produksi di Kabupaten Musi Rawas tidak
sepenuhnya dapat dinikmati oleh masyarakat. Kegagalan ini terjadi karena adanya kegagalan kebijaksanaan policy failure dalam mengalokasikan nilai
tambah kepada masyarakat, sehingga nilai tambah yang dihasilkan tidak dapat dinikmati oleh masyarakat.
4. Peranan kelembagaan petani masih sangat lemah, hal tersebut terutama
disebabkan oleh : a kurangnya pembinaan, b belum efektifnya penerapan regulasi pemerintah yang memihak petani, c lemahnya modal sosial atau
kelembagaan petani terutama dalam bentuk networking, tata aturan dan tranparansi. Sedangkan rendahnya akses petani terhadap pasar disebabkan
belum dimanfaatkannya informasi pasar secara optimal, masih tingginya peranan tengkulak dalam pemasaran karet, tidak adanya pasar lelang dan
minimnya infrastruktur pendukung pemasaran
6.2. Saran
1. Untuk mengurangi dampak kebocoran wilayah, maka diperlukan peningkatan
produksi dan nilai tambah dari komoditas karet karena mempunyai dampak terbesar dalam perekonomian di Kabupaten Musi Rawas, sehingga berpotensi
untuk dikembangkan sebagai salah satu komoditas unggulan daerah. 2.
Tindakan yang harus dilakukan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Musi Rawas untuk mengurangi kebocoran wilayah, dengan cara lebih mendorong
penanaman investasi di daerah yakni dengan membuka pabrik pengolahan hasil pertanian yang baru khususnya komoditas karet, sehingga nilai tambah
yang selama ini mengalir ke luar wilayah Kabupaten Musi Rawas dapat ditangkap atau dinikmati kembali oleh penduduk Kabupaten Musi Rawas.
3. Pengaturan lebih lanjut mengenai pemberian dana Corporate Social
Responsibility CSR, oleh seluruh perusahaan yang beroperasi di Kabupaten
Musi Rawas, dalam mengembangkan kesejahteraan masyarakat sekitar wilayah perusahaan dapat memberikan dampak positif, yaitu : a melalui
pemberian pendidikan dan pelatihan kepada masyarakat sekitar perusahaan misalnya kepada petani karet sehingga dapat memberikan keterampilan dan
pengetahuan kepada para petani sehingga mereka dapat menghasilkan produksi pertanian yang berkualitas, dan b membangun sekolah-sekolah
yang diperlukan untuk meningkatkan kualitas pendidikan sumber daya manusia SDM agar dapat sejajar dengan wilayah lain sehingga diharapkan
dapat mensejahterakan kehidupan rakyat. 4.
Dalam upaya meningkatkan pengembangan wilayah Kabupaten Musi Rawas maka diperlukan beberapa hal diantaranya : i efektifitas kebijaksanaan
sektor perkebunan terutama komoditas karet sebagai komoditas unggulan melalui alokasi APBD dan akses kredit, ii meningkatkan nilai tambah
terutama pada sektor pertanian dengan cara pengembangan agribisnis di perdesaan
serta membangun
suatu pola
kemitraan yang
saling menguntungkan antar kelembagaan petani dan perkebunan swasta dalam
skala yang besar, iii memperkuat struktur pasar yang kompetitif, iv memperkuat posisi tawar menawar bargaining position petani, dan v
pengembangan infrastruktur pada lahan-lahan pertanian dan perkebunan yang memiliki potensi untuk dikembangkan. Selain itu, agar dalam pembangunan
pertanian di Kabupaten Musi Rawas lebih memperhatikan kondisi petani terutama buruh tani serta tak kalah pentingnya memperhatikan kondisi sosial
ekonomi serta budaya. 5.
Perlunya dilakukan penelitian lebih lanjut lagi dengan menggunakan metode Sistem Neraca Sosial Ekonomi SNSE di wilayah lain agar dapat melihat
lebih jelas lagi mengenai keterkaitan antar sektor-sektor produksi terutama yang berbasis pertanian, selain itu juga perlu melihat sejauh mana peranan
dari pemerintah daerah dalam mengurangi ketimpangan pendapatan yang ada oleh sebab itu perlunya dilihat pola pengeluaran pemerintah sebagai salah
satu faktor eksogen dalam analisis SNSE.
DAFTAR PUSTAKA
Anwar A. 2005. Ketimpangan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan: Tinjauan Kritis. Bogor : P4W Press.
________ . 1995. Kajian Kelembagaan Untuk Menunjang Pengembangan Agribisnis. Makalah.
________ . 1999. Desentralisasi Spatial Melalui Pembangunan Agropolitan, dengan Merefleksi Kota-Kota Menengah Kecil di Wilayah Pedesaan.
Bahan Lokakarya Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat di Pekanbaru Riau. Aris, Ahmad. 2011. Dampak Pengembangan Perkebunan Kelapa Rakyat Terhadap
Kemiskinan dan Perekonomian Kabupaten Indragiri Hilir [disertasi]. Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.
Askinatin, M., S Prihawantoro dan B.P. Resosudarmo. 2001. Membangun Sistem Neraca Ekonomi Tingkat Propinsi di Indonesia ; Kasus DKI Jakarta.
Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi, Jakarta. Bendavid-Val A. 1991. Regional and Local Economic Analysis for Practitioners.
Ed ke-4. London: Preager. [BPS] Badan Pusat Statistik Kabupaten Musi Rawas. 2011. Kabupaten Musi
Rawas Dalam Angka 2010. Musi Rawas: Kerjasama Bappeda Kabupaten Musi Rawas dengan BPS Kabupaten Musi Rawas.
_____________________________________________. 2011. Sistem Neraca Sosial Ekonomi SNSE Kabupaten Musi Rawas Tahun 2010. Musi
Rawas: Kerjasama Bappeda Kabupaten Musi Rawas dengan BPS Pusat. Budiharsono S. 2005. Teknik Analisis Pembangunan Wilayah Pesisir dan Lautan.
Jakarta: Pradnya Paramita. Daryanto A. 2001. Social Accounting Matrix Model for Development Analysis.
Mimbar Sosek, 143: 23-43. Daryanto, A dan Y. Hafizrianda. 2010. Analisis Input Output Social
Accounting Matrix Untuk Pembangunan Ekonomi Daerah. IPB Press, 2010.
Dinas Perkebunan Kabupaten Musi Rawas. 2011. Statistik Perkebunan Kabupaten Musi Rawas Tahun 2010. Musi Rawas: Dinas Perkebunan
Kabupaten Musi Rawas.
Fujita M, Hu D. 2001. Regional Disparity in China 1985-1994: The Effect of Globalization and Economic Liberalization. The Annuals of Regional
Science 35:3-37. Hadi S. 2001. Studi Dampak Kebijaksanaan Pembangunan Terhadap Disparitas
Ekonomi Antar Wilayah Pendekatan Model Analisis Sistem Neraca Sosial Ekonomi [disertasi]. Bogor: Program Pascasarjana, Institut
Pertanian Bogor.
Hafizrianda Y. 2007. Dampak Pembangunan Sektor Pertanian Terhadap Terhadap Distribusi Pendapatan dan Perekonomian Regional Provinsi Papua Suatu
Analisis Sistem Neraca Sosial Ekonomi [disertasi]. Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.
Keuning, S.J. and W.A de Ruijter. 1988. Guidelines to the Construction of a Social Accounting Matrix. Review of Income and Wealth, 341: 77-100
Lestari, Rahmalia R. 2010. Strategi Pengembangan Komoditas Perkebunan di Kabupaten Musi Rawas Provinsi Sumatera Selatan Pendekatan Tipologi
Klassen [skripsi]. Surakarta: Fakultas Pertanian,Universitas Sebelas Maret.
McGrath, M.D. 1987. Wh at Can Economists do With South Africa’s SAMs.
Development Southern Africa, 42: 301-311. Ramdani. 2003. Analisis Intersektoral Untuk Menentukan Sektor Prioritas
Pembangunan Daerah Studi Kasus Kabupaten Musi Rawas [tesis]. Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.
Reis H and Rua A. 2006. An Input-Output Analysis: Linkages Vs Leakages; Working Paper Banco de Portugal, November 2006, Economic Research
Department Banco de Portugal. Riyadi, Bratakusumah DS. 2004. Perencanaan Pembangunan Daerah Strategi
Menggali Potensi dalam Mewujudkan Otonomi Daerah. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
Republik Indonesia, 2007. Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang.
Rustiadi E, et al. 2007. Perencanaan dan Pengembangan Wilayah. Edisi Juli 2007. Bogor: Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor.
Sadoulet, E. And A. De Janvry. 1995. Quantitative Development Policy Analysis. The Johns Hopkins university Press, Baltimore.
Seregaldin, I and A. Steer. 1993. Epilog: Expanding the Capital Stock from Making Development Sustainable: From Concept to Action. The
International Bank for Reconstruction and Development, The World Bank. Washington D.C.
Sjafrijal. 2008. Ekonomi Regional: Teori dan Aplikasi. Elfindri, editor. Padang: Baduose Media.
Sumodiningrat G. 1999. Pembangunan Daerah dan Pengembangan Kecamatan Dalam Perspektif Teori dan Implementasi. Jurnal Perencanaan Wilayah
dan Kota 103;146-159. Suripto. 2003. Strategi Pengembangan Komoditas Unggulan. Di dalam: Alkadri,
Hamid, editor. Model dan Strategi Pengembangan Kawasan Perbatasan. Kabupaten Nunukan. Jakarta: Pusat Pengkajian Kebijakan Teknologi
Pengembangan Wilayah, BPPT. hlm 257-276.
Sutomo S. 1995. Kemiskinan dan Pembangunan Ekonomi Wilayah Analisis Sistem Neraca Sosial Ekonomi [disertasi]. Bogor: Program Pascasarjana,
Institut Pertanian Bogor. Tarigan R. 2006. Perencanaan Pembangunan Wilayah. Edisi Revisi. Cet ke-2.
Jakarta Bumi Aksara. Todaro, M.T. 2000. Economic Development, Pearson Education Limited. New
York.