Pengganda Transfer Transfer Multiplier

yang mana dalam hal ini dilakukan untuk melihat apakah model lahan komunal milik masyarakat secara bersama merupakan model yang sesuai untuk mengembangkan pengelolaan lahan yang didasarkan pada pelibatan masyarakat dengan tujuan untuk peningkatan kesejahteraan rakyat dan keberlanjutan manfaatnya. Untuk itu digunakan pendekatan analisis deskriptif description analysis yaitu dengan menelaah hubungan-hubungan yang saling berkaitan dengan sistem kelembagaan, yang dilihat dengan ukuran pendapatan masyarakat, produktifitas lahan, penilaian masyarakat pada bentuk pengelolaan yang dilakukan, dan partisipasi mereka dalam pola yang dikembangkan tersebut. Kemudian untuk mengetahui bentuk dan pola aktivitas pengelolaan lahan masyarakat, dalam hal ini dilakukan : 1 Analisis secara deskriptif descriptive analysis, untuk melihat usaha tani yang dilakukan di lokasi penelitian dan bagaimana pola pengusahaannya. 2 Untuk mengetahui informasi tentang peran serta partisipasi masyarakat lokal, dilakukan pengukuran secara deskriptif kualitatif. Caranya adalah dengan melakukan wawancara dan pengamatan langsung ke lapangan.

2.6. Penelitian Terdahulu

Beberapa hasil penelitian mengenai pembangunan wilayah dengan menggunakan analisis SNSE dan peran komoditas perkebunan terhadap pembangunan wilayah telah banyak dilakukan dan menunjukkan hasil bahwa pengembangan komoditas perkebunan memberikan efek multiplier kepada perekonomian wilayah. Penelitian yang dilaksanakan oleh Sutomo 1995 mengenai kemiskinan rumahtangga dan pembangunan ekonomi wilayah di Provinsi Riau dan Provinsi Nusa Tenggara Timur NTT menggunakan alat analisis SNSE menunjukkan bahwa rata-rata pendapatan per kapita rumah tangga di Provinsi Riau tahun 1990 lebih tinggi dibandingkan dengan Provinsi NTT, selain itu distribusi pendapatan kedua provinsi dalam keadaan yang sangat tidak merata. Untuk kemiskinan di wilayah Provinsi NTT banyak disebabkan miskinnya wilayah bersangkutan sehingga menjadi terbatas dalam melakukan kegiatan ekonominya, sedangkan untuk kemiskinan di Provinsi Riau ditinjau dari sisi wilayahnya kemiskinan disebabkan karena adanya kebocoran regional. Selain itu, penelitian yang dilaksanakan oleh Hadi 2001 yang menggunakan alat analisis SNSE mengenai kebijaksanaan pembangunan di Indonesia Bagian Barat dan Indonesia Bagian Timur menunjukkan bahwa sektor ekonomi di Indonesia bagian Timur mempunyai ketergantungan lebih besar terhadap sektor ekonomi di Indonesia Bagian Barat. Hasil penelitian dari Hafizrianda 2007 di Provinsi Papua mengenai dampak pembangunan sektor pertanian terhadap distribusi pendapatan dan perekonomian regional dengan menggunakan metode SNSE menemukan bahwa pembangunan ekonomi yang berbasis pertanian mampu memperbaiki distribusi pendapatan di Propinsi Papua karena dari sebagian besar kebijakan pertanian yang disimulasikan mencakup kebijakan dalam bidang investasi dan ekspor, hasilnya dapat mengurangi ketimpangan pendapatan dalam perekonomian Papua. Selanjutnya Model SNSE digunakan oleh Aris 2011 untuk meneliti dampak pengembangan perkebunan kelapa rakyat terhadap kemiskinan dan perekonomian di Kabupaten Indragiri Hilir menemukan bahwa sektor kelapa memberikan kontribusi yang besar terhadap pembentukan output, PDRB dan penyerapan tenaga kerja, dengan kontribusi sebesar 13,44 persen terhadap output total wilayah, sebesar 17,86 persen terhadap PDRB total wilayah dan sebesar 27,92 persen terhadap serapan tenaga kerja total wilayah. Selain itu, penelitian oleh Ramdani 2003, bahwa analisis Input-Output sektor tanaman perkebunan di Kabupaten Musi Rawas belum jenuh, yang tercermin dari nilai output multiplier sektor perkebunan sebesar 1,63 dan nilai pengganda pendapatan sebesar 1,32. Hal ini juga menunjukkan bahwa produk tanaman perkebunan sudah sebagian besar diolah sebelum dipasarkan sehingga meningkatkan nilai tambah produk sektor ini. Penelitian yang dilakukan oleh Lestari 2010 mengenai strategi pengembangan komoditas perkebunan di Kabupaten Musi Rawas dengan menggunakan pendekatan tipologi Klassen menemukan bahwa yang termasuk komoditas prima adalah kelapa sawit; komoditas potensial adalah karet; komoditas berkembang terdiri dari kopi, kelapa, pinang, aren, tebu, kakao, kemiri; komoditas terbelakang adalah kayu manis.