Peran Sektor Perkebunan Terhadap Perekonomian Kabupaten Musi Rawas

Tabel 42. Dampak Multiplier dalam Perekonomian di Kabupaten Musi Rawas Tahun 2010 Pengeluaran Penerimaan Neraca Endogen Faktor Produksi Institusi Aktivitas Produksi 1 2 3 4 5 6 Neraca Eksogen Faktor Produksi Tenaga Kerja 1 1,0508 0,0160 0,1086 0,0160 0,0422 1,2165 Bukan Tenaga Kerja 2 3,3963 1,2015 2,3025 0.1169 0,2538 23,6718 Institusi Rumah Tangga 3 2,2026 0,1306 1,4059 0,0698 0,1459 4,2169 Perusahaan 4 2,6929 0,8681 1,7978 1,2549 0,3292 17,3193 Pemerintahan 5 1,4314 0,3571 0,9288 0,4947 1,3924 7,4069 Aktivitas Produksi 6 0,2216 0,0154 0,1504 0,0113 0,0271 1,64 Sumber :SNSE Kabupaten Musi Rawas 2010, data diolah Secara umum pada Tabel 42. diatas terlihat bahwa dampak multiplier faktor produksi tenaga kerja terbesar terjadi ke neraca institusi rumah tangga yakni sebesar 2,2026 dan ke neraca faktor produksi tenaga kerja sendiri yakni sebesar 1,0508, sedangkan untuk dampak multiplier faktor produksi bukan tenaga kerja terbesar terjadi ke neraca faktor produksi bukan tenaga kerja yakni sebesar 1,2015 dan ke neraca perusahaan sebesar 0,8681. Selain itu, untuk dampak multiplier neraca institusi tenaga kerja terbesar terjadi ke neraca aktivitas produksi sebesar 0,1504, sedangkan untuk dampak multiplier neraca institusi perusahaan terbesar terjadi ke neraca perusahaan sendiri sebesar 1,2549 dan dampak multiplier neraca institusi pemerintah terbesar terjadi ke neraca pemerintah sendiri sebesar 1,3924. Tabel 43. Analisis Multiplier SNSE Sektor Pertanian di Kabupaten Musi Rawas No Sektor Produksi VAM HIIM GIM OLSM PROM GOM 1 Pertanian - Tanaman Pangan - Tanaman Perkebunan - Peternakan - Kehutanan - Perikanan 1,2845 1,3020 1,2503 1,2123 1,3597 1,2980 0,7652 0,7761 0,7585 0,7277 0,8187 0,7448 0,2823 0,2861 0,2692 0,2642 0,2952 0,2970 1,0076 0,9898 1,1049 0,9852 0,9607 0,9972 2,0827 2,0337 2,1638 2,1148 2,0073 2,0940 5,0784 5,0703 5,0721 4,9388 5,1733 5,1374 Sumber :SNSE Kabupaten Musi Rawas 2010, data diolah Keterangan : VAM : Value Added Multiplier PROM : Production Multiplier HIIM : Household Induced Income Multiplier GOM : Gross Output Multiplier GIM : Government Income Multiplier OLSM : Other Linkage Sector Multiplier Untuk lebih jelasnya, berikut ini akan dibahas mengenai analisis multiplier Kabupaten Musi Rawas tahun 2010, dimana jika diperhatikan pada data VAM Value Added Multiplier berdasarkan pada Tabel 43. maka terlihat jelas ada dua sektor basis pertanian yang memiliki angka VAM terbesar yakni sektor tanaman pangan sebesar 1,3020 dan sektor kehutanan sebesar 1,3597. Oleh karena basis perhitungan VAM adalah faktor-faktor produksi tenaga kerja dan modal, maka angka 1,3020 pada sektor tanaman pangan memberi arti jika tanaman pangan diinjeksi neraca eksogennya sebanyak Rp. 1 miliar, maka akan memberikan dampak kenaikan penerimaan tenaga kerja dan modal output sebanyak Rp. 1,30 miliar. Dengan kata lain sektor tanaman pangan dapat memiliki kemampuan untuk menciptakan kenaikan PDRB di Kabupaten Musi Rawas sebesar Rp. 1,30 miliar untuk setiap peningkatan permintaan akhirnya sebesar Rp. 1 miliar. Begitu pula sebaliknya, untuk besaran koefisien VAM pada sektor perkebunan yakni sebesar 1,2503 dimana nilai koefisien VAM sebesar 1,2503 pada sektor tanaman perkebunan memberi arti jika tanaman pangan diinjeksi neraca eksogennya sebanyak Rp. 1 miliar, maka akan memberikan dampak kenaikan penerimaan tenaga kerja dan modal output sebanyak Rp. 1,25 miliar. Dengan kata lain sektor tanaman perkebunan dapat memiliki kemampuan untuk menciptakan kenaikan PDRB di Kabupaten Musi Rawas sebesar Rp. 1,25 miliar untuk setiap peningkatan permintaan akhirnya sebesar Rp. 1 miliar. Angka multiplier yang penting berikutnya yang akan diulas adalah Other Linkage Sector Multiplier OLSM. Pada multiplier ini menggambarkan seberapa jauh keterkaitan ke belakang suatu sektor produksi dengan sektor-sektor produksi lainnya. Berdasarkan pengolahan data diatas, maka dapat disimpulkan bahwa sektor ekonomi berbasis pertanian yang paling erat keterkaitannya dengan dengan sektor-sektor produksi lain dalam perekonomian wilayah di Kabupaten Musi Rawas adalah industri barang dari kayu dan hasil hutan dengan nilai koefisien OLSM sebesar 1,48 serta industri makanan dan minuman dengan nilai koefisien OLSM sebesar 1,28. Hal tersebut berarti bahwa apabila terjadi kenaikan neraca eksogen di sektor industri barang dari kayu dan hasil hutan sebanyak Rp. 1 miliar, maka akan meningkatkan penerimaan pada sektor-sektor produksi yang lain sebesar Rp. 1,48 miliar, begitu pula untuk sektor industri makanan dan minuman dimana apabila terjadi kenaikan neraca eksogen di sektor industri makanan dan minuman sebanyak Rp. 1 miliar maka akan meningkatkan penerimaan pada sektor-sektor produksi yang lain sebesar Rp. 1,28 miliar. Untuk nilai multiplier OLSM tertinggi di sektor berbasis pertanian adalah sektor tanaman perkebunan yakni sebesar 1,1049 dan sektor perikanan sebesar 0,9972, sedangkan yang paling rendah adalah sektor kehutanan dengan nilai 0,9607. Dari nilai HIIM Household induced income multiplier sektor perkebunan mempunyai nilai sebesar 0,7585 yang berarti bahwa ketika neraca eksogen sektor tanaman perkebunan diinjeksi sebesar Rp. 1 milyar, maka akan memberi dampak kenaikan penerimaan rumah tangga sebanyak Rp. 0,75 milyar. Selain itu, untuk nilai GIM government income multiplier sektor perkebunan mempunyai nilai sebesar 0,2692 yang berarti bahwa ketika ada injeksi sebesar Rp. 1 milyar terhadap neraca eksogen, maka sektor perkebunan mampu menaikkan penerimaan daerah Kabupaten Musi Rawas sebesar Rp. 0,26 milyar. Untuk nilai PROM production multiplier sektor perkebunan mempunyai nilai sebesar 2,1638, yang berarti bahwa ketika diberi injeksi sebesar Rp. 1 milyar, maka penerimaan produksi regional secara keseluruhan akan meningkat sebesar Rp. 2,16 milyar. Untuk analisis gross output multiplier GOM sektor perkebunan mempunyai nilai sebesar 5,0721, yang memberi arti bahwa ketika diberi injeksi sebesar Rp. 1 milyar maka diperkirakan total penerimaan ekonomi domestik sektor perkebunan secara agregat akan naik sebesar Rp. 5,07 milyar.

5.5.3. Dekomposisi Nilai Pengganda Sektor Ekonomi Berbasis Pertanian

Analisis ini berusaha memecah nilai multiplier total suatu sektor ekonomi berbasis pertanian ke dalam tiga komponen efek yang menjadi aliran penerimaan perekonomian domestik ketika neraca eksogen suatu sektor industri diberi injeksi initial injection. Ketiga blok efek yang dimaksud adalah own effect, open loop effect, dan closed loop effect. Analisis dekomposisi ini dimulai dengan adanya injeksi terhadap neraca eksogen suatu faktor produksi berbasis pertanian sebesar Rp. 1 milyar, misalnya untuk neraca eksogen sektor industri barang dari kayu dan hasil hutan lainnya SIHH, apabila dilihat dari Tabel 45 dibawah, maka yang akan merasakan langsung dari injeksi yang diberikan adalah sektor itu sendiri dimana pengusaha akan menikmati efek multiplier dari injeksi tersebut sebesar Rp. 1,06 miliar. Untuk mencapai kenaikan tersebut industri barang dari kayu dan hasil hutan lainnya, membutuhkan bahan baku dari sektor-sektor industri lainnya sehingga hasil injeksi tersebut berdampak pada kenaikan penerimaan sektor lainnya secara total own effect berjumlah Rp. 470 juta dengan perician : 1 sektor produksi kehutanan yang menyediakan kayu hutan naik sebesar Rp. 460 juta; 2 sektor tanaman pangan naik sebesar Rp. 800 ribu; 3 sektor peternakan naik sebesar Rp. 600 ribu; 4 sektor industri makanan dan minuman naik sebesar Rp. 2,1 juta; serta 5 sektor industri pupuk, kimia dan barang dari karet naik sebesar Rp. 6,4 juta. Untuk memahami own effect ini diasumsikan bahwa injeksi pada sektor industri barang dari kayu dan hasil hutan lainnya hanya berpengaruh pada sektor-sektor lain dalam satu blok yang sama yakni neraca produksi, dan tidak berpengaruh pada neraca-neraca yang berada pada blok lain. Oleh sebab itu, efek ini sama dengan Matrik Invers Leontief pada tabel I-O input-output yang menggambarkan keterkaitan antarsektor industri Roland-Holst dan Tarp dalam Hafizrianda, 2007. Adapun total open loop effect yang terjadi di Kabupaten Musi Rawas tahun 2010, akibat adanya injeksi Rp. 1 milyar untuk neraca eksogen pada sektor industri barang dari kayu dan hasil hutan lainnya adalah sebesar Rp. 1,91 miliar yang didistribusikan kepada : 1 penerimaan modal sebesar Rp. 270 juta; 2 perusahaan sebesar Rp. 200 juta; 3 tenaga kerja sebesar Rp. 110 juta; 4 rumahtangga golongan bawah bukan pertanian sebesar Rp. 80 juta, pemerintah sebesar Rp. 80 juta dan sisanya sebesar Rp. 140 juta terdistribusi ke institusi- institusi lainnya. Tabel 44. Dekomposisi Multiplier Sektor Ekonomi Berbasis Pertanian Effect Account STP SKEB STERN SHUT SIKAN SIMM SIHH SIPKB Initial Injection 1,0000 1,0000 1,0000 1,0000 1,0000 1,0000 1,0000 1,0000 Own Effect Matrix N1=M1 Tenaga Kerja 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 Modal 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 RT. Buruh pertanian 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 RT. Pengusaha Tani 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 RT. Gol. Bwh Non Tani 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 RT. Penerima Pendapatan Non Tani 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 RT. Gol. Atas Non Tani 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 Perusahaan 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 Pemerintah 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 Tanaman Pangan 4,0946 0,0014 0,0054 0,0003 0,0234 0,3331 0,0008 0,0006 Tanaman Perkebunan 0,0000 3,3567 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 Peternakan 0,0104 0,0057 1,0852 0,0001 0,0073 0,1095 0,0006 0,0464 Kehutanan 0,0017 0,0030 0,0000 1,0402 0,0011 0,0001 0,4650 0,0000 Perikanan 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 1,0480 0,0000 0,0000 0,0000 Ind. Makan dan Minum 0,0007 0,0040 0,0020 0,0008 0,0617 1,0295 0,0021 0,0011 Ind. Barang dari Kayu dan Hasil Hutan Lainnya 0,0039 0,0069 0,0000 0,0001 0,0026 0,0001 1,0597 0,0000 Ind. Pupuk, Kimia dan Barang dari Karet 0,2451 0,1308 0,0049 0,0012 0,0194 0,0277 0,0064 1,1613 Open Loop Effect Matrix N2 = M2-I x M1 Tenaga Kerja 0,8776 0,6277 0,1975 0,2487 0,1587 0,1081 0,1163 0,1829 Modal 2,5067 1,5546 0,5252 0,6520 0,6368 0,2972 0,2756 0,4085 RT. Buruh pertanian 0,1505 0,1159 0,0433 0,0543 0,0422 0,0114 0,0112 0,0175 RT. Pengusaha Tani 0,6598 0,4366 0,1333 0,1671 0,1200 0,0394 0,0388 0,0586 RT. Gol. Bwh Non Tani 0,3789 0,2503 0,0861 0,1073 0,0963 0,0867 0,0881 0,1366 RT. Penerima Pendapatan Non Tani 0,2027 0,1329 0,0432 0,0540 0,0448 0,0278 0,0278 0,0421 RT. Gol. Atas Non Tani 0,5581 0,3582 0,1164 0,1452 0,1268 0,0697 0,0681 0,1027 Perusahaan 1,8293 1,1367 0,3834 0,4761 0,4625 0,2163 0,2010 0,2982 Pemerintah 0,7720 0,4826 0,1623 0,2016 0,1930 0,0912 0,0852 0,1268 Tanaman Pangan 4,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 Tanaman Perkebunan 0,0000 3,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 Peternakan 0,0000 0,0000 1,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 94 Effect Account STP SKEB STERN SHUT SIKAN SIMM SIHH SIPKB Kehutanan 0,0000 0,0000 0,0000 1,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 Perikanan 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 1,0000 0,0000 0,0000 0,0000 Ind. Makan dan Minum 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 1,0000 0,0000 0,0000 Ind. Barang dari Kayu dan Hasil Hutan Lainnya 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 1,0000 0,0000 Ind. Pupuk, Kimia dan Barang dari Karet 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 1,0000 Close Loop Effect Matrix N3 = M3-I x M2 x M1 Tenaga Kerja 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 Modal 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 RT. Buruh pertanian 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 RT. Pengusaha Tani 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 RT. Gol. Bwh Non Tani 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 RT. Penerima Pendapatan Non Tani 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 RT. Gol. Atas Non Tani 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 Perusahaan 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 Pemerintah 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 Tanaman Pangan 4,3028 0,2024 0,0666 0,0833 0,0677 0,0352 0,0394 0,0534 Tanaman Perkebunan 0,0000 3,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 Peternakan 0,1738 0,1160 1,0382 0,0478 0,0390 0,0208 0,0206 0,0316 Kehutanan 0,0222 0,0148 0,0049 1,0061 0,0050 0,0026 0,0026 0,0039 Perikanan 0,1870 0,1247 0,0411 0,0514 1,0420 0,0225 0,0224 0,0343 Ind. Makan dan Minum 0,7095 0,4739 0,1560 0,1951 0,1588 1,0830 0,0825 0,1261 Ind. Barang dari Kayu dan Hasil Hutan Lainnya 0,0506 0,0338 0,0111 0,0139 0,0113 0,0059 1,0059 0,0090 Ind. Pupuk, Kimia dan Barang dari Karet 0,0626 0,0416 0,0137 0,0171 0,0140 0,0076 0,0075 1,0115 Dekomposisi Matrix = N1N2N3 Tenaga Kerja 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 Modal 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 RT. Buruh pertanian 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 RT. Pengusaha Tani 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 RT. Gol. Bwh Non Tani 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 RT. Penerima Pendapatan Non Tani 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 RT. Gol. Atas Non Tani 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 Perusahaan 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 Pemerintah 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 95 Effect Account STP SKEB STERN SHUT SIKAN SIMM SIHH SIPKB Tanaman Pangan 4,1709 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 Tanaman Perkebunan 0,0000 3,3567 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 Peternakan 0,0000 0,0000 1,1266 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 Kehutanan 0,0000 0,0000 0,0000 1,0465 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 Perikanan 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 1,0920 0,0000 0,0000 0,0000 Ind. Makan dan Minum 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 1,1150 0,0000 0,0000 Ind. Barang dari Kayu dan Hasil Hutan Lainnya 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 1,0660 0,0000 Ind. Pupuk, Kimia dan Barang dari Karet 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 1,1746 Multiplier Effect Matrix = N1 + N2 + N3 Tenaga Kerja 0,8776 0,6277 0,1975 0,2487 0,1587 0,1081 0,1163 0,1829 Modal 2,5067 1,5546 0,5252 0,6520 0,6368 0,2972 0,2756 0,4085 RT. Buruh pertanian 0,1505 0,1159 0,0433 0,0543 0,0422 0,0114 0,0112 0,0175 RT. Pengusaha Tani 0,6598 0,4366 0,1333 0,1671 0,1200 0,0394 0,0388 0,0586 RT. Gol. Bwh Non Tani 0,3789 0,2503 0,0861 0,1073 0,0963 0,0867 0,0881 0,1366 RT. Penerima Pendapatan Non Tani 0,2027 0,1329 0,0432 0,0540 0,0448 0,0278 0,0278 0,0421 RT. Gol. Atas Non Tani 0,5581 0,3582 0,1164 0,1452 0,1268 0,0697 0,0681 0,1027 Perusahaan 1,8293 1,1367 0,3834 0,4761 0,4625 0,2163 0,2010 0,2982 Pemerintah 0,7720 0,4826 0,1623 0,2016 0,1930 0,0912 0,0852 0,1268 Tanaman Pangan 12,3974 0,2038 0,0720 0,0836 0,0911 0,3683 0,0402 0,0540 Tanaman Perkebunan 0,0000 9,3567 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 Peternakan 0,1842 0,1217 3,1234 0,0479 0,0463 0,1303 0,0212 0,0780 Kehutanan 0,0239 0,0178 0,0049 3,0463 0,0061 0,0027 0,4676 0,0039 Perikanan 0,1870 0,1247 0,0411 0,0514 3,0900 0,0225 0,0224 0,0343 Ind. Makan dan Minum 0,7102 0,4779 0,1580 0,1959 0,2205 3,1125 0,0846 0,1272 Ind. Barang dari Kayu dan Hasil Hutan Lainnya 0,0545 0,0407 0,0111 0,0140 0,0139 0,0060 3,0656 0,0090 Ind. Pupuk, Kimia dan Barang dari Karet 0,3077 0,1724 0,0186 0,0183 0,0334 0,0353 0,0139 3,1728 Sumber :SNSE Kabupaten Musi Rawas 2010, data diolah Keterangan : STP : Sektor Tanaman Pangan SIKAN : Sektor Perikanan SKEB : Sektor Perkebunan SIMM : Sektor Industri Makanan dan Minum STERN : Sektor Peternakan SIHH : Sektor Industri Barang dari Kayu dan Hasil Hutan Lainnya SHUT : Sektor Kehutanan SIPKB : Sektor Industri Pupuk, Kimia dan Barang dari Karet 96 Selain efek dari injeksi sektor industri barang dari kayu dan hasil hutan lainnya tersebut dapat terjadi dalam putaran blok yang berkali-kali, dapat juga terjadi dalam satu kali putaran blok saja, artinya dari blok produksi, terus ke blok yang lain, kemudian kembali ke blok produksi. Dengan kata lain, efeknya tertutup dalam satu kali putaran saja. Dalam analisis dekomposisi hal tersebut dinamakan closed loop effect yang menunjukkan keterkaitan tidak langsung dalam perekonomian domestik Roland-Holst dan Tarp dalam Hafizrianda, 2007, dimana dari efek satu putaran ini, penerimaan sektor industri barang dari kayu dan hasil hutan lainnya total closed loop effect sebesar Rp. 1,18 miliar, terdiri dari : 1 sektor industri barang dari kayu dan hasil hutan lainnya sendiri sebesar Rp. 1,0 miliar; 2 industri makanan dan minuman sebesar Rp. 800 juta; 3 sektor tanaman pangan sebesar Rp. 30 juta; 4 sektor perikanan sebesar Rp. 20 juta; dan 5 sektor lainnya terdistribusi sebesar Rp. 50 juta. Seandainya nilai pada sektor industri barang dari kayu dan hasil hutan lainnya sebesar Rp. 1 miliar ditambahkan dengan semua total efek diatas, yakni own effect, open loop effect dan closed loop effect, maka diperoleh total multiplier sebesar 5,6276, yang tidak lain adalah nilai gross output multiplier GOM dari sektor industri tersebut. Sementara jika dilihat dari nilai per elemen dari masing- masing matriks efek kemudian dijumlahkan, kita akan memperoleh nilai efek multiplier dari industri barang dari kayu dan hasil hutan lainnya terhadap masing- masing neraca ekonomi. Misalkan untuk neraca tenaga kerja, nilai elemen pada matriks own effect ditambah nilai elemen matriks open loop effect dan ditambah nilai elemen pada matriks closed loop effect, sehingga bila dijumlahkan mendapat hasil sebesar 0,1163 dimana angka tersebut sama dengan nilai elemen matrik efek multiplier dari industri barang dari kayu dan hasil hutan lainnya terhadap neraca tenaga kerja di Kabupaten Musi Rawas. Selain itu, kita dapat melakukan analisis dekomposisi dengan cara lain yang dapat menggambarkan dengan lebih jelas lagi peranan dari sektor-sektor ekonomi berbasis pertanian terutama di sektor perkebunan terhadap distribusi pendapatan di Kabupaten Musi Rawas. Cara yang dimaksud adalah dengan menghitung persentase dari multiplier untuk masing- masing efek yakni own effect, open loop effect dan closed loop effect terhadap total multiplier gross output multiplier dari setiap sektor produksi. Analisis tersebut dilaksanakan oleh Roland-Holst dan Tarp 2000 serta Hafizrianda 2007. Agar pemahaman mengenai analisis dekomposisi dapat lebih sederhana, maka matriks own effect dan open loop effect digabungkan menjadi satu dikarenakan kedua efek ini menunjukkan keterkaitan langsung antara institusi domestik, sedangkan closed loop effect menjadi matriks tersediri dikarenakan menggambarkan keterkaitan tidak langsung dalam ekonomi domestik. Terdapat sektor yang mempunyai peranan tinggi dalam pembangunan ekonomi berbasis pertanian di Kabupaten Musi Rawas yakni sektor tanaman pangan, tanaman perkebunan dan sektor kehutanan, dimana ketiganya mendominasi efek own, open loop dan closed loop dengan rata-rata 20 persen hingga 85 persen terhadap gross output multiplier masing-masing sektor produksi tersebut. Jika dilihat pada efek keterkaitan langsung own dan open loop effect terlihat sektor berbasis pertanian yang paling besar hubungan dengan neraca tenaga kerja adalah sektor tanaman pangan dan diikuti oleh sektor perkebunan, sedangkan untuk sektor industri yang berkembang yakni sektor industri makanan dan minuman dan industri barang dari kayu dan hasil hutan lainnya. Selain itu, untuk institusi rumah tangga yang paling banyak menerima efek keterkaitan langsung dari sebagian besar sektor ekonomi berbasis pertanian adalah rumah tangga pengusaha pertanian dan diikuti oleh rumah tangga golongan atas bukan pertanian baik dari sektor tanaman pangan, sektor perkebunan maupun sektor kehutanan yaitu rata-rata untuk ketiga sektor ini sebesar 37,71 persen. Sedangkan untuk rumah tangga buruh pertanian dan rumah tangga golongan bawah non pertanian baik dari sektor tanaman pangan, sektor perkebunan maupun sektor kehutanan yaitu rata-rata untuk ketiga sektor ini sebesar 17,08 persen. Berdasarkan tabel dapat disimpulkan apabila dilihat dari efek keterkaitan tidak langsung dilihat dari closed loop effect, sektor berbasis pertanian yang paling besar hubungan dengan neraca tenaga kerja adalah dari : 1 sektor industri pupuk, kimia dan barang dari karet 26,16 persen; 2 sektor peternakan 26,01 persen; dan 3 sektor perkebunan 25,67 persen. Selain itu juga terlihat ada tiga sektor yang paling dominan dalam mempengaruhi perekonomian yakni sektor tanaman pangan, sektor perkebunan dan sektor kehutanan. Sedangkan untuk sektor industri adalah industri pupuk, kimia dan barang dari karet serta industri barang dari kayu dan hasil hutan lainnya. Tabel 45. Kontribusi Own, Open Loop dan Closed Loop Effect Terhadap Gross Output Multiplier Sektor Ekonomi Berbasis Pertanian dalam Persen Effect Account STP SKEB STERN SHUT SIKAN SIMM SIHH SIPKB Own dan Open Loop Effect Matrix Tenaga Kerja 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 Modal 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 RT. Buruh Pertanian 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 RT. Pengusaha Pertanian 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 RT. Gol. Bawah Non Pertanian 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 RT. Penerima Pendapatan Non Pertanian 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 RT. Gol. Atas Non Pertanian 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 Perusahaan 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 Pemerintah 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 Tanaman Pangan 65,29 0,69 7,50 0,36 25,69 90,44 1,99 1,11 Tanaman Perkebunan 0,00 67,94 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 Peternakan 5,65 4,68 66,76 0,21 15,77 84,04 2,83 59,49 Kehutanan 7,11 16,85 0,00 66,97 18,03 3,70 99,44 0,00 Perikanan 0,00 0,00 0,00 0,00 66,28 0,00 0,00 0,00 Ind. Makan dan Minum 0,10 0,84 1,27 0,41 27,98 65,20 2,48 0,86 Ind. Barang dari Kayu dan Hasil Hutan Lainnya 7,16 16,95 0,00 0,71 18,71 1,67 67,19 0,00 Ind. Pupuk, Kimia dan Barang dari Karet 79,66 75,87 26,34 6,56 58,08 78,47 46,04 68,12 Total 74,73 74,33 73,99 74,57 75,14 74,54 74,48 73,84 Closed Loop Effect Matrix Tenaga Kerja 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 Modal 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 RT. Buruh Pertanian 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 RT. Pengusaha Pertanian 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 RT. Gol. Bwh Non Pertanian 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 RT. Penerima Pendapatan Non Pertanian 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 RT. Gol. Atas Non Pertanian 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 99 Effect Account STP SKEB STERN SHUT SIKAN SIMM SIHH SIPKB Perusahaan 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 Pemerintah 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 Tanaman Pangan 34,71 99,31 92,50 99,64 74,31 9,56 98,01 98,89 Tanaman Perkebunan 0,00 32,06 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 Peternakan 94,35 95,32 33,24 99,79 84,23 15,96 97,17 40,51 Kehutanan 92,89 83,15 100,00 33,03 81,97 96,30 0,56 100,00 Perikanan 100,00 100,00 100,00 100,00 33,72 100,00 100,00 100,00 Ind. Makan dan Minum 99,90 99,16 98,73 99,59 72,02 34,80 97,52 99,14 Ind. Barang dari Kayu dan Hasil Hutan Lainnya 92,84 83,05 100,00 99,29 81,29 98,33 32,81 100,00 Ind. Pupuk, Kimia dan Barang dari Karet 20,34 24,13 73,66 93,44 41,92 21,53 53,96 31,88 Total 25,27 25,67 26,01 25,43 24,86 25,46 25,52 26,16 Sumber :SNSE Kabupaten Musi Rawas 2010, data diolah Keterangan : STP : Sektor Tanaman Pangan SIKAN : Sektor Perikanan SKEB : Sektor Perkebunan SIMM : Sektor Industri Makanan dan Minum STERN : Sektor Peternakan SIHH : Sektor Industri Barang dari Kayu dan Hasil Hutan Lainnya SHUT : Sektor Kehutanan SIPKB : Sektor Industri Pupuk, Kimia dan Barang dari Karet 100 5.5.4.Analisis Jalur Struktural Structural Path Analysis Sektor Perkebunan Pada pembahasan diatas telah dideskripsikan mengenai dekomposisi blok dari SNSE yang menjelaskan keterkaitan antara kelompok-kelompok neraca secara umum. Untuk melengkapi pembahasan diatas, kita memerlukan penjelasan mengenai efek keterkaitan tersebut dan mengidentifikasi jalur, dimana pengeluaran sektor dapat memancarkan efek pendapatan terhadap sektor-sektor lainnya dalam suatu perekonomian. Alat analisis SNSE yang dapat mengidentifikasi kegiatan tersebut adalah structural path analysis SPA, atau analisis jalur struktural. Analisis ini diperkenalkan pertama kali oleh Defourny dan Thornbecke 1984, dimana analisa ini dapat menunjukkan struktur jalur dari aliran pengeluaran suatu sektor terhadap perubahan pendapatan institusi. Berikut ini disampaikan penjelasan mengenai jalur struktur dari sektor-sektor ekonomi berbasis pertanian yaitu komoditas karet, kelapa sawit dan kopi terhadap distribusi pendapatan rumah tangga di Kabupaten Musi Rawas. Untuk pembahasan pertama adalah analisis jalur struktural untuk komoditas karet sebagaimana Gambar 14. berikut ini, dimana angka-angka pada gambar berasal dari nilai matrik koefisien SNSE Kabupaten Musi Rawas Tahun 2010, dengan analisis jalur struktural ini ternyata dapat diketahui bahwa efek pengeluaran sektor komoditas karet lebih banyak mengarah kepada rumah tangga golongan atas bukan pertanian. Dari Gambar 14. dibawah terlihat bahwa jalur struktural komoditas karet memiliki tiga jalur dasar yang dilalui dan mempunyai nilai yang paling tinggi yaitu ke sektor komoditas karet sendiri sebesar 0,1476, ke sektor komoditas impor sebesar 0,696 dan ke sektor industri pupuk, kimia dan barang dari karet sebesar 0,0474. Selanjutnya komoditas karet juga memiliki pengaruh terbesar terhadap faktor produksi kapital sebesar 0,5001, berpengaruh terhadap faktor produksi buruh pertanian sebesar 0,0328, serta berpengaruh terhadap faktor produksi pengusaha pertanian sebesar 0,1548. Sedangkan sektor industri pupuk, kimia dan barang dari karet memiliki pengaruh terbesar terhadap faktor produksi kapital sebesar 0,4085, berpengaruh terhadap faktor produksi buruh pertanian sebesar 0,0992, berpengaruh terhadap faktor produksi pengusaha produksi sebesar 0,0371 dan berpengaruh terhadap faktor produksi buruh administrasi sebesar 0,0321. Sektor Faktor Produksi Rumahtangga 0,0328 0,3465 0,1476 0,1548 0,5601 0,3271 0,5001 0,0557 0,0474 0,0924 0,4085 0,1331 0,0992 0,6331 0,0696 0,2094 0,3649 0,0371 0,3294 0,2837 0,0321 0,3987 Buruh administrasi Karet Industri Pupuk Kimia dan Barang dari Karet Gol. Bawah Bukan Pertanian Buruh produksi K. Impor Pengusaha produksi Kapital Gol Atas Bukan Pertanian Penerima Pendapatan Bukan Pertanian Buruh Pertanian Buruh Pertanian Karet Pengusaha Pertanian Pengusaha Pertanian Gambar 14. Jalur Struktural Untuk Komoditas Karet ke Rumah Tangga Selain itu dari faktor produksi buruh pertanian berpengaruh kepada dua golongan rumah tangga yakni kepada rumahtangga buruh pertanian sendiri sebesar 0,3465 dan kepada golongan pengusaha pertanian sebesar 0,3271. Faktor produksi pengusaha pertanian berpengaruh terhadap dua golongan rumah tangga yakni rumahtangga pengusaha petani sendiri sebesar 0,5601 dan kepada golongan rumahtangga golongan atas bukan petani sebesar 0,2094. Untuk faktor produksi kapital berpengaruh kepada tiga golongan rumah tangga yakni golongan rumah tangga pengusaha pertanian sebesar 0,0557 dan kepada rumah tangga golongan atas bukan pertanian sebesar 0,1331 dan rumah tangga golongan bawah bukan pertanian sebesar 0,0924. Faktor produksi buruh produksi berpengaruh hanya terhadap rumah tangga golongan bawah bukan pertanian sebesar 0,6331, sedangkan untuk faktor produksi pengusaha produksi mempengaruhi dua golongan rumah tangga yakni rumah tangga golongan bawah bukan pertanian sebesar 0,3649 dan golongan rumah tangga golongan atas bukan pertanian sebesar 0,3294. Dan terakhir untuk faktor produksi buruh administrasi mempengaruhi kedua golongan rumah tangga yakni rumah tangga golongan atas bukan pertanian sebesar 0,3987 dan kepada golongan bawah bukan pertanian sebesar 0,2837. Pembahasan kedua adalah analisis jalur struktural untuk komoditas kelapa sawit sebagai mana Gambar 15. berikut ini, dimana terlihat bahwa jalur struktural komoditas kelapa sawit memiliki tiga jalur dasar yang dilalui dan mempunyai nilai yang paling tinggi yaitu ke sektor kelapa sawit sendiri sebesar 0,0884, ke sektor komoditas impor sebesar 0,696 dan ke sektor industri pupuk, kimia dan barang dari karet sebesar 0, 0233. Selanjutnya komoditas kelapa sawit juga memiliki pengaruh terbesar terhadap faktor produksi kapital sebesar 0,5154, berpengaruh terhadap faktor produksi buruh pertanian sebesar 0,0919, serta berpengaruh terhadap faktor produksi pengusaha pertanian sebesar 0,1557. Sedangkan sektor industri pupuk, kimia dan barang dari karet memiliki pengaruh terbesar terhadap faktor produksi kapital sebesar 0,4085, berpengaruh terhadap faktor produksi buruh produksi sebesar 0,0992, berpengaruh terhadap faktor produksi pengusaha produksi sebesar 0,371 dan berpengaruh terhadap faktor produksi buruh administrasi sebesar 0,0321. Selain itu dari faktor produksi buruh pertanian berpengaruh kepada dua golongan rumah tangga yakni kepada rumah tangga buruh pertanian sebesar 0,3465 dan kepada golongan pengusaha pertanian sebesar 0,3271. Faktor produksi pengusaha pertanian berpengaruh terhadap dua golongan rumah tangga yakni rumah tangga pengusaha petani sendiri sebesar 0,5601 dan kepada golongan rumah tangga golongan atas bukan petani sebesar 0,2094. Untuk faktor produksi kapital berpengaruh kepada tiga golongan rumah tangga yakni golongan rumah tangga pengusaha pertanian sebesar 0,0557 dan kepada rumah tangga golongan atas bukan pertanian sebesar 0,1331 dan rumah tangga golongan bawah bukan pertanian sebesar 0,0924. Faktor produksi buruh produksi berpengaruh hanya terhadap golongan rumah tangga golongan bawah bukan pertanian sebesar 0,6331, sedangkan untuk faktor produksi pengusaha produksi mempengaruhi dua golongan rumah tangga yakni rumah tangga golongan bawah bukan pertanian sebesar 0,3649 dan rumah tangga golongan atas bukan pertanian sebesar 0,3294. Dan terakhir untuk faktor produksi buruh administrasi mempengaruhi kedua golongan rumah tangga yakni rumah tangga golongan atas bukan pertanian sebesar 0,3987 dan kepada rumah tangga golongan bawah bukan pertanian sebesar 0,2837. Sektor Faktor Produksi Rumahtangga 0,0919 0,3465 0,0844 0,1557 0,5601 0,3271 0,5154 0,0557 0,0233 0,0924 0,4085 0,1331 0,0992 0,6331 0,0696 0,2094 0,3649 0,0371 0,3294 0,2837 0,0321 0,3987 Buruh Pertanian Buruh Pertanian Kelapa Sawit Pengusaha Pertanian Pengusaha Pertanian Buruh administrasi Penerima Pendapatan Bukan Pertanian Kelapa Sawit Industri Pupuk Kimia dan Barang dari Karet Gol. Bawah Bukan Pertanian Buruh produksi K. Impor Pengusaha Produksi Gol Atas Bukan Kapital Gambar 15. Jalur Struktural Untuk Komoditas Kelapa Sawit ke Rumah Tangga Pembahasan ketiga adalah analisis jalur struktural untuk komoditas kopi sebagaimana Gambar 16. dimana terlihat bahwa jalur struktural komoditas kopi juga memiliki tiga jalur dasar yang dilalui dan mempunyai nilai yang paling tinggi yaitu ke sektor komoditi impor sebesar 0,1278, ke sektor komoditas kopi sendiri sebesar 0,0796 dan ke sektor industri pupuk, kimia dan barang dari karet sebesar 0, 0297. Selanjutnya komoditas kopi juga memiliki pengaruh terbesar terhadap faktor produksi kapital sebesar 0,5391, berpengaruh terhadap faktor produksi buruh pertanian sebesar 0,0306, serta berpengaruh terhadap faktor produksi pengusaha pertanian sebesar 0,1443. Sedangkan sektor industri pupuk, kimia dan barang dari karet memiliki pengaruh terbesar terhadap faktor produksi kapital sebesar 0,4085, berpengaruh terhadap faktor produksi buruh produksi sebesar 0,0992, berpengaruh terhadap faktor produksi pengusaha produksi sebesar 0,371 dan berpengaruh terhadap faktor produksi buruh administrasi sebesar 0,0321. Selain itu dari faktor produksi buruh pertanian berpengaruh kepada dua golongan rumah tangga yakni kepada rumah tangga buruh pertanian sebesar 0,3465 dan kepada golongan rumah tangga pengusaha pertanian sebesar 0,3271. Faktor produksi pengusaha pertanian berpengaruh terhadap dua golongan rumah tangga yakni rumah tangga pengusaha petani sendiri sebesar 0,5601 dan kepada golongan rumah tangga golongan atas bukan petani sebesar 0,2094. Untuk faktor produksi kapital berpengaruh kepada tiga golongan rumah tangga yakni golongan rumah tangga pengusaha pertanian sebesar 0,0557 dan kepada rumah tangga golongan atas bukan pertanian sebesar 0,1331 dan rumah tangga golongan bawah bukan pertanian sebesar 0,0924. Faktor produksi buruh produksi berpengaruh hanya terhadap golongan rumah tangga golongan bawah bukan pertanian sebesar 0,6331, sedangkan untuk faktor produksi pengusaha produksi mempengaruhi dua golongan rumah tangga yakni rumah tangga golongan bawah bukan pertanian sebesar 0,3649 dan rumah tangga golongan atas bukan sebesar 0,3294. Dan terakhir untuk faktor produksi buruh administrasi mempengaruhi kedua golongan rumah tangga yakni rumah tangga golongan atas bukan pertanian sebesar 0,3987 dan kepada golongan bawah bukan pertanian sebesar 0,2837. Sektor Faktor Produksi Rumahtangga 0,0306 0,3465 0,0796 0,1443 0,5601 0,3271 0,5391 0,0557 0,0297 0,0924 0,4085 0,1331 0,0992 0,6331 0,1278 0,2094 0,3649 0,0371 0,3294 0,2837 0,0321 0,3987 Buruh administrasi Penerima Pendapatan Bukan Pertanian Kopi Industri Pupuk Kimia dan Barang dari Karet Gol. Bawah Bukan Pertanian Buruh produksi K. Impor Pengusaha produksi Gol Atas Bukan Kapital Buruh tani buruh Pertanian Kopi Pengusaha Pertanian Pengusaha Pertanian Gambar 16. Jalur Struktural Untuk Komoditas Kopi ke Rumah Tangga

5.6. Dampak Kebijaksanaan Pembangunan Sektor Perkebunan di Kabupaten Musi Rawas

Untuk mempercepat pembangunan wilayah di Kabupaten Musi Rawas diperlukan perubahan kebijaksanaan dari pemeritah pusat dan daerah untuk lebih fokus lagi menggarap sektor-sektor ekonomi yang mempunyai multiplier effect yang besar bagi masyarakat. Menurut Hadi 2001, ada beberapa kebijaksanan yang dapat diterapkan yakni dapat berupa : 1 Pemberian insentif bagi para investor; 2 Membangun infrastruktur, khususnya pembangunan sarana dan prasarana transportasi dan komunikasi agar daerah dapat memperluas daerah pemasaran; dan 3 Pemberian kewenangan kepada pemerintah daerah untuk mengelola dana pembangunan secara langsung. Adapun bentuk insentif bagi para investor yakni pemberian keringanan dan pembebasan pajak tax holiday, kemudahan dalam mendapatkan kredit usaha, kemudahan dalam pengurusan perijinan, fasilitas dan kemudahan dalam mendapatkan lokasi usaha. 5.3.1. Analisis Pengganda Injeksi Pengeluaran Pemerintah pada Golongan Masyarakat dan Sektor Pertanian di Kabupaten Musi Rawas Kondisi eksisting berdasarkan tahun dasar 2010, sesuai dengan gambaran kuantitatif dari model SNSE Kabupaten Musi Rawas dari analisis pengganda account multiplier dari adanya injeksi pengeluaran pemerintah terhadap distribusi pendapatan, dimana berdasarkan Tabel 46. dibawah dapat dianalisis bahwa untuk pengeluaran pemerintah di Kabupaten Musi Rawas, maka setiap peningkatan Rp. 100,-, maka akan meningkatkan pendapatan golongan buruh pertanian sebesar Rp. 25,46, golongan pengusaha tani Rp. 20,11, golongan bawah Rp. 19,79, golongan penerima pendapatan Rp. 12,28 dan golongan atas sebesar Rp. 15,24. Tabel 46. Struktur Pengganda Pendapatan dari setiap Golongan Masyarakat Atas Injeksi Jenis Pengeluaran Pemerintah Golongan Masyarakat Account Multiplier Pengeluaran Pemerintah Persentase Buruh pertanian 0,2546 27,41 Pengusaha Tani 0,2011 21,65 RT Golongan Bawah 0,1979 21,31 RT Penerima Pendapatan 0,1228 13,22 RT Golongan Atas 0,1524 16,41 Total 0,9288 100,00 Sumber :SNSE Kabupaten Musi Rawas 2010, data diolah Selanjutnya dibahas pula mengenai struktur pengganda output atas injeksi jenis pengeluaran pemerintah pada sektor pertanian dimana terlihat pada Tabel 48. dibawah bahwa sektor tanaman pangan lebih responsif terhadap injeksi pengeluaran pemerintah yakni sebesar 1,1442 0,2961 + 0,2724 + 0,2781, diikuti oleh tanaman perkebunan sebesar 0,8077 0,2767 + 0,2631 + 0,2679. Untuk sektor industri, industri barang dari kayu dan hasil hutan lainnya lebih responsif terhadap pengeluaran pemerintah, hal ini dapat menjelaskan bahwa pengeluaran pemerintah lebih berdampak pada sektor-sektor yang menghasilkan output barang jadi daripada sektor yang menghasilkan barang modal dan setengah jadi. Tabel 47. Struktur Pengganda Output Atas Injeksi Jenis Pengeluaran Pemerintah Pada Sektor Pertanian di Kabupaten Musi Rawas Tahun 2010 Sektor Produksi Account Multiplier Pengeluaran Pemerintah Persentase Padi 0,2961 10,54 Jagung 0,2724 9,70 Tanaman Umbi-umbian 0,2781 9,90 Tanaman bahan makanan lainnya 0,2976 10,60 Karet 0,2767 9,85 Kopi 0,2631 9,37 Kelapa sawit 0,2679 9,54 Peternakan dan hasil-hasilnya 0,2642 9,41 Kehutanan 0,2952 10,51 Perikanan 0,2970 10,58 Total 2,8083 100,00 Sumber :SNSE Kabupaten Musi Rawas 2010, data diolah 5.6.2. Simulasi Sistem Neraca Sosial Ekonomi Terhadap Sektor Pemerintahan di Kabupaten Musi Rawas Tahun 2010 Selanjutnya akan dianalisis pula dampak simulasi peningkatan output terhadap sektor pemerintahan di Kabupaten Musi Rawas tahun 2010 sebagai berikut, dimana berdasarkan perhitungan simulasi untuk sektor pemerintahan dibawah dapat dijelaskan sebagai berikut, dimana apabila terjadi injeksi neraca eksogen di sektor pemerintahan sebanyak Rp. 1 miliar, maka akan meningkatkan penerimaan pada : 1 sektor pemerintahan sebesar Rp. 1,67 miliar; 2 balas jasa faktor produksi tenaga kerja sejumlah Rp. 839,84 juta; dan 3 balas jasa faktor produksi kapitalmodal sebesar Rp. 339,83 juta, sehingga menimbulkan ketimpangan balas jasa sebesar 0,40 yang diperoleh dengan cara membandingkan antara nilai balas jasa faktor produksi modal dengan balas jasa faktor produksi tenaga kerja. Untuk pendapatan golongan rumah tangga akan mengalami kenaikan sebagai berikut : 1 golongan buruh pertanian sebesar Rp. 43,47 juta; 2 pengusaha pertanian sebesar Rp. 169,41 juta; 3 golongan bawah bukan pertanian sebesar Rp. 202,71 juta; 4 golongan penerima pendapatan bukan pertanian sebesar Rp. 97,74 juta; dan 5 pengusaha bukan pertanian Rp. 478,15 juta, dengan ketimpangan pendapatan yang terjadi sebesar 11 kali lipat yang diperoleh dengan membandingkan antara pendapatan pengusaha bukan pertanian sebagai penerima pendapatan tertinggi dengan pendapatan buruh pertanian sebagai penerima pendapatan terendah. Selain itu, pendapatan perusahaan akan bertambah sebesar Rp. 267,51 juta dan pendapatan pemerintah akan naik sejumlah Rp. 140,40 juta sehingga apabila dibandingkan antara pendapatan perusahaan dengan pendapatan rumah tangga akan diperoleh nilai sebesar 0,27. Tabel 48. Dampak Simulasi Peningkatan Output Terhadap Sektor Pemerintahan di Kabupaten Musi Rawas Tahun 2010 dalam Juta Rupiah Uraian Simulasi Terhadap Sektor Pemerintahan Output 1.671,06 Balas Jasa Tenaga Kerja 839,84 Kapital 339,83 Ketimpangan 0,40 Pendapatan Gol. Rumah Tangga Pertanian Buruh 43,47 Pengusaha 169,41 Bukan Pertanian Golongan Bawah 202,71 Penerima Pendapatan 97,74 Golongan Atas 478,15 Ketimpangan 11,00 Pendapatan Perusahaan 267,51 Pendapatan Pemerintah 140,40 Pend. Perusahaan Pend. Rumah Tangga 0,27 Sumber :SNSE Kabupaten Musi Rawas 2010, data diolah Hal yang menarik dibahas pada simulasi sektor ini adalah kebijaksanaan yang diambil pemerintah Kabupaten Musi Rawas selama ini ternyata lebih banyak dinikmati oleh golongan rumah tangga pengusaha bukan pertanian yang ditandai dengan bertambahnya pendapatan rumah tangga golongan atas sebagai penerima pendapatan terbesar diantara golongan rumah tangga yang lain yakni sebesar Rp. 478,15 juta dengan ketimpangan pendapatan sebesar 11 kali lipat dari pendapatan terkecil yakni golongan buruh pertanian. Sehingga ke depan, sebaiknya langkah kebijaksanaan yang diambil oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Musi Rawas agar lebih mendukung peningkatan kesejahteraan kepada golongan ekonomi lemah terutama golongan buruh pertanian 5.7. Simulasi Sistem Neraca Sosial Ekonomi Terhadap Sektor Pertanian di Kabupaten Musi Rawas Tahun 2010 Berikut ini disampaikan dampak simulasi peningkatan output khususnya untuk sektor pertanian berdasarkan SNSE Kabupaten Musi Rawas tahun 2010, dimana dari Tabel 49 dibawah, berdasarkan simulasi terlihat bahwa output total yang dihasilkan dari injeksi sebesar Rp. 1 milyar untuk kelima sektor berbasis pertanian yang terbesar adalah sektor tanaman perkebunan dengan output sebesar Rp. 1,78 miliar dan diikuti oleh sektor perikanan sebesar Rp. 1,76 miliar, dan sektor peternakan sebesar Rp. 1,72 miliar. Tabel 49. Dampak Simulasi Peningkatan Output Terhadap Sektor Pertanian Berdasarkan SNSE Kabupaten Musi Rawas Tahun 2010 Rp. Juta Uraian Simulasi Terhadap Sektor Pertanian Rata- rata Pangan Perkebunan Peternakan Kehutanan Perikanan Output 1.694,41 1.786,63 1.723,22 1.686,10 1.768,87 1.731,85 Balas Jasa Tenaga Kerja 382,22 389,39 364,62 413,12 332,46 376,36 Kapital 919,75 860,94 847,65 946,55 965,56 908,09 Ketimpangan 2,41 2,21 2,32 2,29 2,90 2,41 Pendapatan Gol. Rumah Tangga Pertanian Buruh pertanian 54,60 59,12 62,58 72,40 62,02 118,42 Pengusaha 225,64 219,40 199,83 230,24 212,43 435,58 Bukan Pertanian Golongan Bawah 170,48 166,66 163,43 180,66 171,83 340,78 Penerima Pendapatan 81,40 79,01 75,42 84,65 79,75 160,19 Golongan Atas 243,95 234,30 226,46 250,74 239,13 479,22 Ketimpangan 4,47 2,97 3,62 3,46 3,91 4,05 Pendapatan Perusahaan 672,51 630,30 619,86 692,39 703,63 663,74 Pendapatan Pemerintah 286,06 269,21 264,15 295,25 296,97 282,33 Pend. Perusahaan Pend. Rumah Tangga 0,87 0,83 0,85 0,85 0,94 0,87 Sumber :SNSE Kabupaten Musi Rawas 2010, data diolah Selain itu, penjelasan selanjutnya juga akan dibahas mengenai simulasi terhadap sektor tanaman pangan, dimana dengan injeksi sebesar Rp. 1 miliar pada neraca eksogen, maka akan berdampak pada peningkatan penerimaan : 1 balas jasa faktor produksi tenaga kerja sektor tanaman pangan sebesar Rp. 382,22 juta, 2 balas jasa faktor produksi kapital sebesar Rp. 919,75 juta, sehingga menimbulkan ketimpangan balas jasa sebesar 2,41 yang diperoleh dengan cara membandingkan antara nilai balas jasa faktor produksi modal dengan balas jasa faktor produksi tenaga kerja. Untuk pendapatan golongan rumah tangga akan mengalami kenaikan sebagai berikut : 1 golongan buruh pertanian sebesar Rp. 54,60 juta; 2 pengusaha pertanian sebesar Rp. 225,64 juta; 3 golongan bawah bukan pertanian sebesar Rp. 170,48 juta; 4 golongan penerima pendapatan bukan pertanian sebesar Rp. 81,40 juta; dan 5 pengusaha bukan pertanian Rp. 243,95 juta, dengan ketimpangan pendapatan yang terjadi sebesar 4,47 kali lipat yang diperoleh dengan membandingkan antara pendapatan pengusaha bukan pertanian sebagai penerima pendapatan tertinggi dengan pendapatan buruh pertanian sebagai penerima pendapatan terendah. Selain itu, pendapatan perusahaan akan bertambah sebesar Rp. 672,51 juta dan pendapatan pemerintah akan naik sejumlah Rp. 286,06 juta sehingga apabila dibandingkan antara pendapatan perusahaan dengan pendapatan rumah tangga akan diperoleh nilai sebesar 0,87. Berdasarkan simulasi ini juga tergambar mengenai pendapatan golongan rumah tangga dimana dari injeksi yang diberikan ke masing-masing sektor perekonomian berbasis pertanian golongan pengusaha pertanian dan golongan rumah tangga atas bukan pertanian yang akan menikmati hasil yang lebih banyak dibandingkan dengan golongan bawah bukan pertanian ataupun golongan rumah tangga buruh pertanian, selain itu juga terlihat bahwa ketimpangan pendapatan dari sektor perkebunan lebih kecil dibandingkan dengan sektor tanaman pangan yakni sebesar 2,21. Dan untuk perbandingan antara pendapatan perusahaan dengan pendapatan rumah tangga sebesar 0,87 untuk sektor tanaman pangan dan 0,83 untuk sektor tanaman perkebunan. Selain sektor pertanian, hal yang menarik juga akan dibahas adalah komoditas sektor perkebunan mana yang mempunyai peran terbesar dalam meningkatkan perekonomian wilayah di Kabupaten Musi Rawas seperti pada Tabel 50 di bawah ini.