pembeli dan sikap merupakan titik awal terbaik dalam membentuk segmen pasar.
2. Targeting
Menurut Kotler 2005, penentuan pasar sasaran penting untuk dilakukan setelah perusahaan menetapkan segmen pasar yang memiliki peluang
paling besar. Perusahaan akan berhasil secara gemilang apabila cermat dalam memilih pasar sasaran dan mempersiapkan program pemasaran
yang dirancang khusus untuk masing-masing pasar tersebut. Targeting merupakan pemilihan satu atau lebih segmen yang dianggap paling
potensial dan menguntungkan, sekaligus mengembangkan produk dan program pemasaran untuk segmen-segmen yang dipilih. Perusahaan perlu
mengevaluasi sebelum melakukan pemilihan segmen pasar berbeda dengan memperhatikan daya tarik segmen secara keseluruhan, serta tujuan
dan sumber daya perusahaan. Perusahaan dapat mempertimbangkan lima pola pemilihan pasar sasaran, yaitu 1 konsentrasi segmen tunggal, 2
spesialisasi selektif, 3 spesialisasi produk, 4 spesialisasi pasar dan 5 cakupan keseluruhan pasar.
3. Positioning
Setelah perusahaan memutuskan segmen pasar yang akan dimasuki, selanjutnya harus diputuskan pula posisi mana yang akan ditempati dalam
segmen tersebut. Jika perusahaan dapat menentukan posisinya sendiri sebagai yang memberikan nilai superior kepada sasaran terpilih, maka ia
memperoleh keunggulan komparatuf Umar, 2003. Positioning adalah strategi yang berusaha mencipatakan diferensiasi yang unik dalam benak
pelanggan sasaran, sehingga terbentuk citra merek atau produk yang lebih unggul dibandingkan dengan merek produk pesaing. Hasil akhir penetapan
posisi adalah keberhasilan penciptaan proporsi nilai yaitu alasan meyakinkan pelanggan untuk membeli produk perusahaan Kotler, 2005.
2.2. Produk dan Jasa
Kotler 2002 mengemukakan bahwa produk adalah setiap apa saja yang dapat ditawarkan di pasar untuk mendapatkan perhatian, pemakaian atau
konsumsi yang dapat memenuhi keingingan atau kebutuhan. Produk meliputi benda fisik, jasa, orang, tempat, organisasi, dan gagasan. Jasa merupakan suatu
tindakan atau perbuatan yang dapat ditawarkan oleh suatu pihak kepada pihak lain yang pada dasarnya bersifat tidak berwujud fisik dan tidak menghasilkan
kepemilikan sesuatu. Jasa memiliki empat karakteristik utama yang membedakan dengan barang, yaitu :
1. Intangibility, artinya jasa tidak dapat dilihat, dirasa, didengar, dan diraba
sebelum dibeli dan dikonsumsi. 2.
Inseparability, artinya jasa umumnya dijual terlebih dahulu kemudian diproduksi dan dikonsumsi secara bersamaan.
3. Variability, artinya jasa bersifat sangat variable karena merupakan non-
standardized output, artinya bnyak variasi bentuk, kualitas, dan jenis. 4.
Perishability, artinya jasa merupakan komoditas tidak tahan lama dan tidak dapat disimpan.
Menurut Lovelock dan Wright 2007, jasa adalah tindakan atau kinerja yang ditawarkan suatu pihak kepada pihak lainnya, walaupun prosesnya mungkin
terkait dengan produk fisik, kinerjanya pada dasarnya tidak nyata dan biasanya tidak menghasilkan kepemilikan atas faktor-faktor produksi. Adapun perbedaan
dasar ab\ntara barang dan jasa ialah sebagai berikut : 1.
Pelanggan tidak memperoleh kepemilikan atas jasa, 2.
Produk jasa bersifat tidak terwujud, 3.
Pelanggan lebih terlibat dalam proses produksi, 4.
Orang lain dapat menjadi bagian dari produk, 5.
Adanya keragaman yang lebih besar dalam input dan output operasional, 6.
Banyak jasa sulit dievaluasi oleh pelanggan, 7.
Umumnya tidak mempunyai persediaan, 8.
Faktor waktu relatif lebih penting, 9.
Sistem pemberian dapat menggunakan saluran fisik maupun elektronik.
2.3. Pemasaran Jasa
Industri jasa saat ini merupakan sektor ekonomi yang sangat besar dan tumbuh dengan pesat. Pertumbuhan tersebut selain karena pertumbuhan jenis jasa
yang sudah ada sebelumnya, juga disebabkan oleh munculnya jenis jasa baru, sebagai akibat dari tuntutan dan perkembangan teknologi. Dipandang dari konteks
globalisasi, pesatnya pertumbuhan bisnis jasa antar negara ditandai dengan meningkatnya intensitas pemasaran lintas negara serta terjadinya aliansi berbagai
penyedia jasa di dunia. Perkembangan tersebut pada akhirnya mampu memberikan tekanan yang kuat terhadap perombakan regulasi, khususnya
pengenduran proteksi dan pemanfaatan teknologi baru yang secara langsung akan berdampak pada menguatnya kompetisi dalam industri Lovelock, 2007. Kondisi
ini secara langsung menghadapkan para pelaku bisnis pada permasalahan persaingan usaha yang semakin tinggi. Mereka dituntut untuk mampu
mengidentifikasikan bentuk persaingan yang akan dihadapi, menetapkan berbagai standar kinerjanya serta mengenali secara baik para pesaingnya.
2.4. Bank