74
menurun. Hal tersebut dikarenakan tenaga kerja pria kurang teliti dalam melakukan panen dibandingkan wanita yang lebih teliti. Misalkan dalam kegiatan
panen, tenaga kerja pria tidak sengaja memanen tanaman mentimun yang belum siap panen dikarenakan ingin cepat-cepat selesai dan tidak telitinya sehingga
berdampak pada hasil produksi yang menurun.
6.1.2 Analisis Faktor-Faktor pada Risiko Produksi
Hasil pendugaan dengan delapan variabel yaitu benih, pupuk kandang, kapur, pupuk kimia, pupuk daun dan buah, pestisida padat, pestisida cair serta
Tenaga kerja. Delapan variabel tersebut merupakan variabel yang di duga dapat mempengaruhi variasi produksi tanaman mentimun. Adapun hasil pendugaan
dengan delapan variabel tersebut dapat dilihat pada Tabel 14.
Tabel 14.
Hasil Pendugaan Persamaan Fungsi Variance Produksi Mentimun di Desa Citapen 2011
Variance Equation
Variabel Koefisien
Std. Error z-Statistic
Peluang Konstanta
0,160054 0,605174
0,264475 0,7914
ε
2 t-1
0,117792 0,135307
0,870559 0,3840
σ
2 t-1
0,558155 0,362231
1,540879 0,1233
Benih X
1
-0,002574 0,106755
-0,024114 0,9808
Pupuk Kandang X
2
-0,002337 0,045733
-0,051095 0,9592
Kapur X
3
-0,002453 0,046596
-0,052652 0,9580
Pupuk Kimia X
4
-0,002672 0,067652
-0,039499 0,9685
Pupuk D B X
5
0,026551 0,020896
1,270633 0,2039
Pestisida Padat X
6
-0,019230 0,053487
-0,359537 0,7192
Pestisida Cair X
7
-0,020231 0,045891
-0,440842 0,6593
Tenaga Kerja X
8
-0,002689 0,065226
-0,041232 0,9671
a. Benih X
1
Berdasarkan tanda parameter variabel benih memiliki tanda negatif yang berarti semakin banyak benih yang digunakan dalam proses produksi maka variasi
hasil produksi mentimun akan semakin turun. Sedangkan, untuk hasil pendugaan persamaan fungsi variance produksi mentimun sebesar 0,9808. Oleh karena itu,
benih menjadi faktor pengurang risiko produksi. Berdasarkan hasil pendugaan parameter variabel benih, memiliki peluang sebesar 0,9808. Jika taraf nyata
75
sebesar 20 persen, hal ini menunjukan bahwa penggunaan benih tidak berpengaruh nyata terhadap tingkat variasi hasil produksi mentimun. Oleh karena
itu, variabel benih tidak berpengaruh nyata terhadap tingkat variasi hasil produksi mentimun. Jika penggunaan benih ditambah dengan aturan diberi jarak antara
benih satu dengan benih lainnya dalam satu lubang tanam maka hasil produksi yang dihasilkan tetap atau dapat meningkat. Dengan demikian benih sebagai
pengurang risiko produksi
b. Pupuk Kandang X
2
Berdasarkan tanda parameter variabel pupuk kandang memiliki tanda negatif yang berarti semakin banyak pupuk kandang yang digunakan dalam proses
produksi maka variasi hasil produksi mentimun akan semakin turun. Oleh karena itu, pupuk kandang menjadi faktor pengurang risiko produksi. Berdasarkan hasil
pendugaan parameter variabel pupuk kandang, memiliki peluang sebesar 0,9592. Jika taraf nyata sebesar 20 persen, hal ini menunjukan bahwa penggunaan pupuk
kandang tidak berpengaruh nyata terhadap tingkat variasi hasil produksi mentimun. Oleh karena itu, variabel pupuk kandang tidak berpengaruh nyata
terhadap tingkat variasi hasil produksi mentimun. Hal tersebut dapat dilihat jika tanah yang sebelumnya telah ditanamani sayuran lainnya maka kesuburan tanah
akan berkurang. Sehingga, penggunaan pupuk kandang dalam pemupukan dasar berfungsi untuk membuat tanah yang akan ditanami mentimun menjadi subur
kembali, dengan kata lain pupuk kandang dapat sebagai pengurang risiko produksi.
c. Kapur X
3
Berdasarkan tanda parameter variabel kapur memiliki tanda negatif yang berarti semakin banyak kapur yang digunakan dalam proses produksi maka variasi
hasil produksi mentimun akan semakin turun. Oleh karena itu, kapur menjadi faktor pengurang risiko produksi. Berdasarkan hasil pendugaan parameter
variabel kapur , memiliki peluang sebesar 0,9580. Jika taraf nyata sebesar 20 persen, hal ini menunjukan bahwa penggunaan kapur tidak berpengaruh nyata
terhadap tingkat variasi hasil produksi mentimun. Oleh karena itu, variabel kapur
76
tidak berpengaruh nyata terhadap tingkat variasi hasil produksi mentimun. Sama halnya dengan pupuk kandang bahwa tanah yang sebelumnya telah ditanamani
sayuran lainnya maka pH tanah akan berkurang. Sehingga penggunaan kapur dalam pengolahan lahan memiliki fungsi untuk membuat pH tanah kembali
normal sehingga tanah tersebut siap untuk ditanami kembali. Dengan kata lain kapur dapat sebagai pengurang risiko produksi.
d. Pupuk Kimia X
4
Berdasarkan tanda parameter variabel pupuk kimia memiliki tanda negatif yang berarti semakin banyak pupuk kimia yang digunakan dalam proses
produksi maka variasi hasil produksi mentimun akan semakin turun. Oleh karena itu, pupuk kimia menjadi faktor pengurang risiko produksi. Berdasarkan hasil
pendugaan parameter variabel pupuk kimia, memiliki peluang sebesar 0,9685. Jika taraf nyata sebesar 20 persen, hal ini menunjukan bahwa penggunaan pupuk
kimia tidak berpengaruh nyata terhadap tingkat variasi hasil produksi mentimun. Oleh karena itu, variabel pupuk kimia tidak berpengaruh nyata terhadap tingkat
variasi hasil produksi mentimun. Hal tersebut dapat dilihat bahwa tanaman mentimun memerlukan pupuk untuk tumbuh cepat. Pupuk kimia dibutuhkan
tanaman mentimun untuk tumbuh khususnya pupuk ZA dan pupuk NPK. Karena kedua pupuk tersebut sudah mewakili pupuk kimia lainnya dan paling sering
digunakan dalam pemupukan susulan dan pengecoran. Penggunaan pupuk kimia dalam penanaman mentimun memiliki fungsi untuk mempercepat tumbuh
tanaman mentimun. Dengan kata lain pupuk kimia dapat sebagai pengurang risiko.
e. Pupuk Daun dana Buah X
5
Berdasarkan tanda parameter variabel pupuk daun dan buah memiliki tanda positif yang berarti semakin banyak pupuk daun dan buah yang digunakan
dalam proses produksi maka variasi hasil produksi mentimun akan semakin meningkat. Oleh karena itu, pupuk daun dan buah menjadi faktor yang dapat
menimbulkan risiko. Berdasarkan hasil pendugaan parameter variabel pupuk daun dan buah, memiliki peluang sebesar 0,2039. Jika taraf nyata sebesar 20 persen,
77
hal ini menunjukan bahwa penggunaan pupuk daun dan buah tidak berpengaruh nyata terhadap tingkat variasi hasil produksi mentimun. Oleh karena itu, variabel
pupuk daun dan buah tidak berpengaruh nyata terhadap tingkat variasi hasil produksi mentimun. Untuk mempercepat tumbuhnya tanaman mentimun
diperlukannya pupuk daun dan buah selain pupuk kimia. Tetapi didaerah penelitian pemberian pupuk daun dan buah untuk tanaman mentimun yang
berlebihan membuat hasil produksi berkurang sehinga petani mengalami kerugian. Dengan kata lain pupuk daun dan buah dapat menimbulkan risiko
produksi.
f. Pestisida Padat X
6
Berdasarkan tanda parameter variabel pestisida padat memiliki tanda negatif yang berarti semakin banyak pestisida padat yang digunakan dalam
proses produksi maka variasi hasil produksi mentimun akan semakin turun. Oleh karena itu, pestisida padat menjadi faktor pengurang risiko produksi. Berdasarkan
hasil pendugaan parameter variabel pestisida padat, memiliki peluang sebesar 0,7192. Jika taraf nyata sebesar 20 persen, hal ini menunjukan bahwa penggunaan
pestisida padat tidak berpengaruh nyata terhadap tingkat variasi hasil produksi mentimun. Oleh karena itu, variabel pestisida padat tidak berpengaruh nyata
terhadap tingkat variasi hasil produksi mentimun. Hal tersebut dapat dilihat dari serangan hama dan penyakit yang menyerang tanaman mentimun atau untuk
melakukan pencegahan diperlukannya pestisida. Salah satu pestisida yang diperlukan yaitu pestisida padat diantaranya
antrakol yng berfungsi sebagai fungisida serta sevin, khardan, dan lanet berfungsi sebagai insektisida. Dengan demikian pemberian pestisida padat tersebut dengan
dasar melakukan pencegahan atau ingin membasmi hama yang menyerang tanaman mentimun. dengan kata lain pestisida padat dapat mengurangi risiko.
g. Pestisida Cair X
7
Berdasarkan tanda parameter variabel pestisida cair memiliki tanda negatif yang berarti semakin banyak pestisida cair yang digunakan dalam proses produksi
maka variasi hasil produksi mentimun akan semakin turun. Oleh karena itu,
78
pestisida cair menjadi faktor pengurang risiko produksi. Berdasarkan hasil pendugaan parameter variabel pestisida cair, memiliki peluang sebesar 0,6593.
Jika taraf nyata sebesar 20 persen, hal ini menunjukan bahwa penggunaan pestisida cair tidak berpengaruh nyata terhadap tingkat variasi hasil produksi
mentimun. Oleh karena itu, variabel pestisida cair tidak berpengaruh nyata terhadap tingkat variasi hasil produksi mentimun. Sama halnya dengan pestisida
padat bahwa tanaman yang terserang hama dan penyakit perlu dilakukan pemberantasan hama dengan berbagai macam pestisida padat ataupun pestisida
cair. Sehingga meningkatnya penggunaan pestisida cair dalam pengendalian hama dan penyakit memiliki fungsi memberantas hama dan mencegah hama kembali ke
tanaman mentimun. Dengan kata lain pestisida cair dapat sebagai pengurang risiko produksi.
h. Tenaga Kerja X
8
Berdasarkan tanda parameter variabel tenaga kerja memiliki tanda negatif yang berarti semakin banyak tenaga kerja yang digunakan dalam proses produksi
maka variasi hasil produksi mentimun akan semakin turun. Oleh karena itu, tenaga kerja menjadi faktor pengurang risiko produksi. Berdasarkan hasil
pendugaan parameter variabel tenaga kerja, memiliki peluang sebesar 0,9671. Jika taraf nyata sebesar di atas 20 persen, hal ini menunjukan bahwa penggunaan
tenaga kerja tidak berpengaruh nyata terhadap tingkat variasi hasil produksi mentimun. Oleh karena itu, variabel tenaga kerja tidak berpengaruh nyata
terhadap tingkat variasi hasil produksi mentimun. Berdasarkan ditempat penelitian, dalam kegiatan ushatani mentimun diperlukannya tenaga kerja yang
banyak untuk memaksimalkan kegiatan usahatani. seperti dalam kegiatan panen, penyulaman, dan penyiangan mentimun yang memerlukan tenaga kerja yang tidak
sedikit. Jika terjadi kekurangan tenaga kerja maka kegiatan usahatani tersebut tidak dapat dimaksimalkan. Dengan kata lain tenaga kerja merupakan pengurang
risiko produksi
79
6.2 Analisis Pendapatan Usahatani