Penggunaan Input Produksi Analisis Pendapatan Usahatani

79

6.2 Analisis Pendapatan Usahatani

Gambaran mengenai pendapatan petani dari kegiatan usahatani dapat diketahui dengan menganalisis pendapatan usahatani. Analisis pendapatan usahatani meliputi analisis pendapatan atas biaya tunai dan analisis pendapatan atas biaya total. Pada komponen biaya, biaya yang dikeluarkan oleh petani terdiri dari biaya tunai dan biaya yang diperhitungkan. Biaya tunai terdiri dari biaya benih, pupuk, pestisida, sewa lahan, pajak lahan, biaya tenaga kerja luar keluarga dan biaya lain-lain. Sedangkan yang termasuk biaya yang diperhitungkan adalah biaya penyusutan peralatan, biaya sewa lahan pengelola dan bagi hasil, dan biaya tenaga kerja dalam keluarga.

6.2.1 Penggunaan Input Produksi

Input yang digunakan pada usahatani mentimun pada umumnya terdiri dari benih, kapur, pupuk, pestisida dan tenaga kerja. Rincian rata-rata penggunaan input per hektar per musim tanam musim hujan dan musim kemarau pada usahatani mentimun di kelompok tani Pondok Menteng di Desa Citapen dapat di lihat pada Tabel 15. a. Benih Benih yang digunakan oleh para petani responden di kelompok tani Pondok Menteng pada umumnya menggunakan benih yang unggul. Benih mentimun dengan varietas wulan F1 yang biasa digunakan oleh para petani dalam melakukan usahatani mentimun. Benih dengan varietas wulan F1 digunakan dengan beberapa alasan. Menurut petani responden di kelompok tani Pondok Menteng varietas wulan F1 memiliki hasil yang baik, tahan terhadap penyakit, serta disukai oleh konsumen dari bentuk dan rasanya yang manis dan segar. Petani memperoleh benih mentimun tersebut dari GAPOKTAN Rukun Tani di Desa Citapen. Rata-rata penggunaan benih mentimun per hektar per musim tanam pada kelompok tani pondok menteng adalah sebanyak 1.139 gram saat musim hujan, sedangkan saat musim kemarau penggunaan benih mentimun per hektar sebanyak 1.298 gram. Benih varietas wulan F1 cap panah merah dikemas perbungkusnya yaitu sebanyak 20 gram. Harga perbungkus dari benih varietas wulan F1 cap 80 panah merah adalah Rp. 30.000,- atau Rp 1.500 per gram benih mentimun varietas wulan F1 . Tabel 15. Perbandingan Biaya Rata-Rata Penggunaan Input Usahatani Mentimun per Hektar per Musim Tanam di Kelompok Tani Pondok Menteng Tahun 2010 No Uraian Musim Hujan Musim Kemarau Nilai Rp Nilai Rp 1 Benih 1.708.643 8,05 1.947.500 9,07 2 Kapur 485.153 2,29 485.153 2,26 3 Pupuk - P. Kandang kg - P. ZA kg - P. NPK kg - P. Urea kg - P. KCL kg - P. TSP kg 2.929.387 487.543 837.898 487.249 406.844 261.439 13,80 2,30 3,95 2,30 1,92 1,23 2.929.387 441.339 831.548 487.249 406.844 261.439 13,65 2,06 3,87 2,27 1,90 1,22 Total Biaya Pupuk 5.410.359 25,49 5.357.806 24,97 Pupuk Tumbuh - Gandasil D - Gandasil B 149,977 185.979 0,71 0,88 149,977 185.979 0,70 0,87 4 a. Pestisida Padat - Antrakol - Sevin - Khardan - Lanet b. Pestisida Cair - Winder - Curachron - Plengket 478.786 79.375 100.000 344.860 302.222 301.285 33.750 2,26 0,37 0,47 1,62 1,42 1,42 1,62 475.786 81.395 100.000 390.083 300.378 317.977 24.375 2,22 0,38 0,47 1,82 1,40 1,48 0,11 Total Biaya Pestisida 1.640.278 9,18 1.690.014 7,88 5 Tenaga Kerja 4.322.286 20,36 4.322.286 20,14 Total Biaya 13.902.675 14.138.715 b. Kapur Kapur pada umumnya digunakan dalam usahatani mentimun dimana, kapur memiliki kegunaan untuk menaiki pH tanah. Pemakaian kapur hanya dilakukan setelah pembuatan bedengan. Rata-rata penggunaan kapur per hektar per musim tanam yaitu sebanyak 1.602 kilogram dengan harga per kilogramnya Rp. 300,-. Kapur dapat diperolah petani responden di GAPOKTAN “Rukun Tani” sehingga dalam memperoleh input itu sendiri dapat dengan mudah. 81 c. Pupuk Pupuk kandang merupakan pupuk dengan penggunaan terbanyak dalam usahatani mentimun dibandingkan dengan pupuk kimia lainnya. pupuk kandang digunakan dua kali yang pertama dalam pemupukan dasar guna memperbaiki struktur tanah, yang kedua dilakukan saat pengecoran dimana pupuk kandang yang telah matang dicampur dengan beberapa pupuk kimia lainnya. dalam penggunaan dosisnya pun setiap petani berbeda-beda dimana sesuai dari pengetahuan dan pengalaman selama bertani. Rata-rata penggunaan pupuk kandang dalam usahatani mentimun per hektar saat musim hujan dan musim kemarau sama yaitu sebanyak 14.859 kilogram. Pupuk kandang pada umumnya dapat diperoleh oleh petani responden di Gapoktan tapi ada beberapa petani responden yang langsung membeli ke peternaknya, sehingga harga pupuk pun berbeda-beda. Namun, harga eceran pupuk kandang jika dirata-ratakan yaitu sebesar Rp. 197,- per kilogram. Dengan demikian, total biaya yang dikeluarkan petani untuk pupuk kandang yaitu sebesar Rp. 2.929.387 Pupuk yang digunakan dalam usahatani mentimun tidak hanya pupuk kandang tetapi pupuk kimia juga perlu diberikan. Karena pupuk kimia dapat menambah kekurangan unsur hara Nitrogen, phospot, dan kalium yang terkandung dalam tanah yang dibutuhkan dalam pertumbuhannya. Pupuk kimia yang digunakan yaitu pupuk ZA, NPK, Urea, KCL dan TSP. Dari kelima pupuk kimia tersebut yang paling banyak digunakan petani responden adalah ZA, NPK, dan KCL dimana ketiga pupuk kimia tersebut merupakan sumber nitrogen, phosfat, dan kalium, sehingga pupuk urea yang mengandung sumber nitrogen dan pupuk TSP yang mengandung phospat tidak digunakan secara bersamaan karena sudah di berikan oleh ketiga pupuk kimia tersebut, tetapi ada juga petani yang menggunakan Urea, KCL dan TSP. Pupuk kimia tersebut disediakan oleh Gapoktan sehingga petani di kelompok tani pondok menteng tidak susah untuk mendapatkannya. Total biaya yang dikeluarkan petani untuk pupuk kimia saat musim kemarau yaitu sebesar Rp. 2.428.419 per hektar, sedangkan saat musim hujan sebesar Rp. 2.480.972. 82 d. Pestisida Pengendalian hama dan penyakit pada tanaman mentimun dapat dilakukan dengan cara pemberian pestisida. Pengendalian hama dengan pengendalian penyakit dilakukan berbeda, dimana untuk pengendalian penyakit dapat dicegah dengan penyiangan secara rutin dan pergantian tanaman, sedangkan untuk pengendalian hama yaitu dengan pemberian fungisida dan insektisida. Pestisida tersebut dikelompokan jadi dua yaitu pestisida padat dan pestisida cair. Total biaya pestisida yang dikeluarkan oleh petani responden saat musim hujan sebesar Rp 1.640.277, sedangkan saat musim kemarau total biaya yang dikeluarkan petani responden adalah Rp. 1.689.993,- Biaya yang dikeluarkan petani responden saat musim hujan dan saat musim kemarau ada perbedaan, dimana saat musim kemarau total biaya pestisida yang dikeluarkan lebih besar dibandingkan saat hujan. Hal tersebut dikarenakan saat musim kemarau hama dan penyakit lebih banyak menyerang, sehingga penyemprotan pestisida dilakukan secara intensif. Para petani responden dalam menentukan dosis pemakaiannya berdasarkan pengalaman selama bertani mentimun. e. Tenaga Kerja Tenaga kerja mempunyai pengaruh yang cukup besar dalam biaya usahatani mentimun. biaya tenaga kerja merupakan biaya terbesar yang dikeluarkan oleh petani responden diantara biaya lainnya yaitu sebesar Rp. 4.322.286,- . Adapun biaya tenaga kerja meliputi persiapan lahan, penanaman, pemupukan susulan, pengecoran, penyemprotan pestisida dan pupuk daun, pemeliharaan tanaman, dan pemanenan. Tenaga kerja yang digunakan yaitu tenaga kerja pria dan tenaga kerja wanita yang berasal dari luar anggota keluarga dan tenaga kerja dalam keluarga. Penggunaan rata-rata tenaga kerja luar keluarga yang dibutuhkan petani responden dalam satu periode musim tanam adalah 192,14 HOK dan rata-rata untuk tenaga kerja dalam kelurga yang dibutuhkan petani responden dalam satu periode musim tanam adalah 23,97 atau 24 HOK. Aktivitas yang dilakukan tenaga kerja laki-laki dan tenaga kerja perempuan berbeda-beda, dimana tenaga kerja 83 laki-laki memiliki jam kerja selama delapan jam per hari, sedangkan untuk tenaga kerja perempuan memiliki jam kerja selama enam jam per hari. Jam kerja dan jenis kelamin juga mempengaruhi upah yang diberikan, dimana untuk upah tenaga kerja laki-laki untuk satu hari kerja sebesar Rp. 20.000,-, untuk upah tenaga kerja perempuan untuk satu hari kerja sebesar Rp. 15.000,-. Untuk menyetarakan upah tenaga kerja wanita dengan tenaga kerja pria dilakukan perbandingan jam kerja yaitu enam jam kerja wanita dibanding dengan delapan jam kerja pria sehingga tenaga kerja wanita setara 0,75 hari kerja pria.

6.2.2 Penggunaan Peralatan Usahatani