62
berdasarkan wawancara dilapangan, para petani responden kebanyak mencampur jadi satu pupuk daun dan buah, Insektisida, dan fungisida dengan alasan
meminimalkan penggunaan tenaga kerja. Adapun Pestisida yang digunakan dapat dilihat pada Gambar 12 a dan b
Gambar 12. a. Pestisida Padat
Gambar 12.
b Pestisida Cair
5.3.5 Panen
Mentimun memiliki banyak varietas sehingga umur panennya pun berbeda-beda seperti varietas mayapanda F1dan Venus dapat dipanen saat umur
32 HST, Panda dapat dipanen pada umur 33 HST Wahyudi,2011. Mentimun yang ditanam para petani responden di kelompok tani pondok menteng sebagian
besar varietas Wulan F1 cap panah merah sehingga tanaman mentimun dapat
63
dipanen ketika tanaman berumur 33-35 HST. Pemanenan dilakukan setiap dua hari atau tiga hari sekali dengan depalan hingga 15 kali pemanenan dikarenakan
perkembangan buah mentimun termasuk cepat. Satu tanaman mentimun yang baik pada umumnyamenghasilkan dua kilogram mulai dari awal pemanenan hingga
panen habis. Waktu panen biasa dilakukan pada pagi hari.
Gambar 13
. Mentimun varietas Wulan F1 dan Mentimun Siap Kirim
5.3.6 Hama dan Penyakit
Seperti pada tanaman lainnya, keberadaan hama dan penyakit pada tanaman mentimun dapat merugikan para petaninya. Masalah tersebut pada
umumnya dapat diatasi dengan mengetahui secara baik hama dan penyakit yang menyerang tanaman mentimun, sehingga dalam pemilihan pestisida yang akan
digunakan sesuai untuk diaplikasikan. Kesalahan yang sering dilakukan para petani terjadi dalam pemberian pestisida yaitu dosis yang tidak tepat dimana para
petani kurang memperhatikan cara pemakaian yang telah ditentukan sehingga penggunaan atau pemakaian pestisida melebih dari aturan yang telah ditetapkan.
Selain itu sebagaian besar petani dalam memberikan pestisida juga hanya berdasarkan pengalamannya. Menurut Wahyudi 2010 hama dan penyakit yang
sering menyerang dalam usahatani mentimun adalah Thrips dan Aphids, Mites, Downy Mildew, dan Powdery Mildew
. Berdasarkan wawancara kepada petani responden kelompok tani pondok menteng hama dan penyakit yang sering
menyerang mentimun yaitu cacantal, ulat daun, kutu daun, thrips, kresek daun dan embun tepung.
64
Pengendalian hama dan penyakit pada tanaman mentimun dapat dilakukan dengan cara pemberian pestisida Pengendalian hama dengan pengendalian
penyakit dilakukan berbeda, dimana untuk pengendalian penyakit dapat dicegah dengan penyiangan secara rutin dan pergantian tanaman karena jika setelah panen
tetap ditanami mentimun atau tanaman yang sama secara terus menerus makan penyakit sebelumnya akan berpindah ke tanaman yang baru. Sedangkan untuk
pengendalian hama yaitu dengan Pemberian fungisida bertujuan untuk mencegah hama sedangkan pemberian insektisida bertujuan untuk memberantas hama.
Hama dan penyakit disebebkan oleh cuaca yang berubah-ubah seperti dalam satu hari terjadi hujan dan panas atau bisa dari cipatran obat pestisida yang mengenai
tanaman mentimun saat hujan ditandai dengan adanya bintik-bintik hitam. Petani responden di Kelompok Tani Pondok Menteng dalam membrantas
hama menggunakan insektisida dan fungisida. Insektisida yang biasa digunakan petani dalam usahatani mentimun yaitu lanet, sevin, winder, khardan, curachron
sedangkan untuk fungisida, petani responden menggunakan antrakol atau dittane. Setiap kali penyemprotan pada umumnya para petani responden menggabungkan
fungisida dan insektisida serta di tambah penggunaan pupuk daun dan buah. Pemberian pupuk daun dilakukan satu atau dua kali dalam penyemprotan untuk
merangsang tumbuhnya bunga, setelah tumbuh bunga pupuk daun lalu digantikan pupuk buah agar buah cepat tumbuh. Untuk pestisida padat para petani responden
menggunakan satu sendok makan untuk dosisnya sedangkan untuk pestisida cair ukuran yang digunakan yaitu satu tutup botol. Pestisida dan pupuk tersebut lalu
dicampur 14 liter air. Pada umumnya petani responden melakukan penyemprotan secara massal, dalam satu periode musim tanam penyemprotan dilakukan
sebanyak 4-5 penyemprotan.
Gambar 14. Hama Cacantal dan Penyakit Kresek Daun
65
VI. ANALISIS RISIKO PRODUKSI DAN PENDAPATAN
USAHATANI MENTIMUN
6.1 Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Risiko Produksi Mentimun
Pemilihan input atau faktor-faktor produksi dalam usahatani mentimun perlu dilakukan, karena dengan pemilihan input atau faktor produksi yang tepat
atau tidak tepat akan berpengaruh pada tinggi rendahnya produksi mentimun yang didapat. Hal tersebut mengindikasikan bahwa input produksi atau faktor-faktor
produksi mentimun memiliki risiko produksi. Selain itu indikasi adanya suatu risiko produksi yang terjadi pada usahatani mentimun dapat dilihat dari fluktuasi
produktivitas yang terjadi pada tanaman mentimun. Untuk mengetahui risiko produksi mentimun pada input atau faktor-faktor
produksi mentimun dapat dianalisis menggunakan model fungsi produksi Just and Pope,
dimana model tersebut menunjukan adanya pengaruh faktor-faktor produksi terhadap produktivitas mentimun. Persamaan fungsi produksi yang digunakan
yaitu fungsi produksi Cobb-Douglass dalam bentuk persamaan logaritma natural. Analisis risiko produksi menggunakan fungsi model GARCH 1,1, dimana model
GARCH 1,1 mempunyai nilai variance produksi yang diperoleh dari hasil pendugaan persamaan produksi rata-rata dan persamaan variance produksi. Hasil
pendugaan model GARCH 1,1 terhadap persamaan fungsi produksi rata-rata dan variance
produksi pada tanaman mentimun dapat dilihat pada Lampiran 10 .
Pada Lampiran 5 dapat dilihat bahwa hasil pendugaan persamaan fungsi produksi dan variance produksi terdapat nilai koefisien determinasi R
2
yang relatif kecil yaitu 31,91 persen. Nilai koefisian determinasi R
2
tersebut memiliki arti bahwa 31,91 persen dari variasi produksi dapat dijelaskan secara bersama-
sama oleh model, sedangkan sisanya sebesar 68,09 persen digambarkan oleh komponen error atau faktor-faktor lain diluar model. Walaupun nilai koefisien
determinasi R
2
relatif kecil, model tersebut cukup baik dalam menjelaskan pengaruh penggunaan input terhadap produksi dan pengaruh risiko produksi
musim sebelumnya terhadap risiko produksi musim tertentu. Risiko produksi musim sebelumnya dapat ditunjukan oleh error kuadrat musim sebelumnya
ε
2 t-1