Hipotesis Model 4 Model Penciptaan Pengetahuan

92 92 Model struktural yang disusun pada Model 5 terdiri atas dua variabel eksogen dan empat variabel endogen Gambar 24. Kedua variabel eksogen tersebut, yaitu: 1  = ASET Aset Pengetahuan 2  = AKUISISI Akuisisi Pengetahuan Dan terdapat empat variabel endogen, yaitu: 1  = DSERAP Daya Serap 2  = KONVERSI Konversi Pengetahuan 3  = KPMPK Kapabilitas Pemecahan masalah dan Pengambilan Keputusan 4  = INOVASI Inovasi Masing-masing variabel eksogen mempunyai indikator yang dinotasikan dengan X i , meliputi: X1 = eksperiensial X2 = konseptual X3 = sistemik X4 = rutin X5 = interaksi informal X6 = kolaborasi formal Masing-masing variabel endogen mempunyai indikator yang dinotasikan sebagai Y i , meliputi: Y1 = daya serap individu Y2 = daya serap organisasi Y3 = internalisasi Y4 = eksternalisasi Y5 = sosialisasi Y6 = kombinasi Y7 = kreativitas Y8 = konsensus Y9 = kelengkapan Y10 = manajemen Y11 = proses Y12 = produk 93 93 Gambar 24 Diagram Lintasan Model Penciptaan Pengetahuan untuk Mendorong Inovasi pada Koperasi Susu Model 5 Aset X 1 X 2 X 3 X 4 Y 1 Y 2 DSerap X 5 X 6 Akuisisi Y 3 Y 4 Y 5 Y 6 Konversi KPMPK Y 7 Y 8 Y 9 Inovasi Y 10 Y 11 Y 12 H1 H4 H5 H6 H3 H8 H7

BAB 5 PROFIL AGROINDUSTRI SUSU

Agroindustri merupakan suatu perusahaan yang melakukan proses pengolahan bahan-bahan hasil pertanian, meliputi transformasi dan preservasi melalui proses yag bersifat fisikal atau kimiawi, penyimpanan, pengemasan dan distribusi Austin 1992. Agroindustri susu yang berkembang di Indonesia adalah perusahaan-perusahaan yang bergerak sebagai industri hilir yang tergabung pada Industri Pengolahan Susu IPS. Di Indonesia saat ini belum berkembang industri hulu bagi IPS yang memproduksi susu setengah jadi. Hal ini karena agroindustri hulu pada umumnya relatif lebih padat modal dan harus dalam skala besar untuk mencapai skala ekonomisnya. Ditinjau dari peta perdagangan internasional produk susu dan turunannya, saat ini Indonesia berada pada posisi sebagai net-consumer. Sampai saat ini industri pengolahan susu nasional masih sangat bergantung pada impor bahan baku susu. Jika kondisi tersebut tidak dibenahi dengan membangun sebuah sistem agroindustri yang kokoh, maka Indonesia akan terus menjadi negara pengimpor produk susu bahkan ternak sapi perahnya. Industri hilir susu sendiri dapat dibedakan atas skala kecil, sedang dan besar. Industri hilir skala kecil, umumnya masih tradisional dan sederhana, seperti industri kerupuk susu, tahu susu dan dodol susu. Industri skala sedang dan besar memiliki teknologi proses produksi yang relatif modern. Proses produksi dilakukan dengan mengubah sifat-sifat kimiawi atau sifat asalnya, misalnya industri yang mengolah susu segar menjadi susu kental manis, susu bubuk, mentega atau keju. Namun industri skala sedang dan besar juga mengolah dengan mempertahankan sifat-sifat asalnya, seperti susu pasteurisasi dan susu sterilisasi. Berdasarkan proses produksinya, IPS dapat dibagi menjadi dua, yaitu : 1 Unit Pengolahan Susu Milk Treatment Centre - MTC dan 2 Pabrik Pengolah Susu Milk Processing Plants - MPP. Milk Treatment Centre MTC melakukan pengolahan susu segar sampai tahap pasteurisasi, sedangkan MPP mengolah susu segar yang sudah dipasteurisasi menjadi produk akhir. Produk MPP dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu produk setengah jadi dan produk akhir. Kelompok pertama termasuk di antaranya Skim Milk Powder SMP, Full Cream Milk Powder FCMP, Anhydrous Milk Fat AMF, Butter Milk dan Lactose. Susu 98 kental manis SKM, Full Cream Powdered FCMP, Liquid Milk, mentega dan keju termasuk dalam kelompok kedua. Di Indonesia saat ini terdapat lima pabrik pengolahan susu yang menguasai pangsa pasar market share produk susu. Pabrik pengolahan susu yang pertama kali didirikan di Indonesia adalah PT. Indomilk pada tahun 1967 dengan modal patungan antara Australian Dairy Produce Board dan swasta nasional. Kemudian disusul berdirinya PT. Friesche Vlag Indonesia yang merupakan usaha patungan dengan modal Belanda. Pada tahun 1971 didirikan pabrik pengolah susu PT. Nestle Indonesia yang merupakan usaha patungan antara Nestle SA dari Swiss dengan peternak Jawa Timur. Pabrik susu yang didirikan dengan penanaman modal dalam negeri PMDN adalah PT. Sari Husada yang didirikan pada tahun 1972. Pada awalnya perusahaan ini dimiliki oleh PT. Kimia Farma dan PT. Tiga Raksa. Namun setelah go public struktur kepemilikannya berubah menjadi 68,6 persen saham dimiliki oleh PT. Tiga Raksa dan sisanya dimiliki oleh masyarakat. Perusahaan yang berstatus PMDN lainnya adalah PT. Ultra Jaya yang mulai produksi tahun 1975 Indonesian Commercial Newsletter 1995.

5.1 Konsumsi Produk Susu

Dilihat dari sisi konsumsi, hingga saat ini masyarakat Indonesia mengkonsumsi produk susu masih tergolong sangat rendah bila dibandingkan dengan negara berkembang lainnya. Konsumsi susu masyarakat Indonesia hanya 10,47 kgkapitatahun pada tahun 2009 sudah termasuk produk-produk olahan yang mengandung susu. Rataan konsumsi susu negara tetangga seperti Thailand, Malaysia dan Singapura mencapai 30 literkapitatahun, sedangkan negara-negara Eropa sudah mencapai 100 literkapitatahun. Seiring dengan semakin tingginya pendapatan masyarakat dan semakin bertambahnya jumlah penduduk Indonesia, dapat dipastikan bahwa permintaan produk-produk susu oleh penduduk Indonesia akan meningkat. Perkiraan peningkatan konsumsi tersebut merupakan peluang yang perlu dimanfaatkan dengan baik. Produksi susu segar dan produk-produk turunannya seharusnya dapat ditingkatkan. Untuk itu, membangun agroindustri susu yang kokoh sangat diperlukan bagi masyarakat Indonesia demi terjaminnya 99 ketersediaan produk susu yang tepat kuantitas dan kualitasnya serta memperoleh manfaat dari setiap rantai nilai tambahnya. Sebagian besar konsumsi susu masyarakat Indonesia dalam bentuk susu bubuk dan susu kental manis.Hal ini termasuk pengecualian dibanding negara- negara lain yang pada umumnya lebih banyak mengkonsumsi susu cair. Hal ini memberi peluang bagi produsen termasuk koperasi susu untuk mengembangkan pasar bagi produk-produk susu cair. Di sisi lain, edukasi konsumen perlu dilakukan secara efektif agar konsumen beralih kepada produk susu yang memiliki kandungan gizi yang lebih lengkap. Proporsi konsumsi Produk susu masyarakat Indonesia tahun 2007 disajikan pada Gambar 25. Gambar 25 Proporsi Konsumsi Produk Susu Indonesia Tahun 2007 Statistik Peternakan 2008

5.2 Produksi dan Populasi Sapi Perah

Produksi Susu segar di Indonesia tidak menunjukkan perkembangan yang signifikan merespon peningkatan jumlah penduduk dan peningkatan konsumsi per kapita. Produksi susu segar ini sekitar 90 persen dihasilkan olah koperasi susu yang tergabung dalam Gabungan Koperasi Susu Indonesia GKSI. Perkembangan produksi susu segar ditampilkan pada Gambar 26.