Perancangan Sistem Pakar KM-Scorecard for Dairy Cooperatives Kerangka Sistem yang Dirancang

139 80 60 60 40 80 atau       x x x x 50 30 30 50 atau         x x x x x 200 100 100 90 90 70 200 atau 70         x x x x x Tabel 15 Parameter Output, Himpunan Fuzzy dan Domain Himpunan Fuzzy Parameter Himpunan Fuzzy Domain Ekspresi Warna Tampilan Scorecard Perspektif Finansial Rendah 0-50 Merah Sedang 40-80 Kuning Tinggi 75-100 Hijau Perspektif Pelanggan Rendah 0-50 Merah Sedang 40-80 Kuning Tinggi 75-100 Hijau Perspektif Proses Internal Rendah 0-50 Merah Sedang 40-80 Kuning Tinggi 75-100 Hijau Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan Rendah 0-50 Merah Sedang 40-80 Kuning Tinggi 75-100 Hijau Pada pengembangan sistem fuzzy ini, terdapat empat variabel output yang didekomposisi menjadi himpunan fuzzy, yaitu perspektif finansial, perspektif pelanggan, persepektif proses internal dan perspektif pembelajaran dan pertumbuhan. Masing-masing variabel tersebut memiliki tiga himpunan fuzzy, yaitu rendah, sedang dan tinggi. a. Perspektif Finansial Variabel Perspektif Finansial terdiri atas tiga himpunan fuzzy, yaitu rendah, sedang dan tinggi yang direpresentasikan dengan menggunakan fungsi keanggotan berbentuk kurva trapesium trapezoidal. Formulasi persamaan yang digunakan untuk mengembangkan fungsi keanggotaan tersebut adalah: = 00 1 50 50 30 = 4060 40 80 80 60 = 7090 70 1 200 200 100 140 50 30 30 50 atau         x x x x x Berdasarkan pada pemetaan nilai numerik pada semesta pembicaraan oleh masing-masing fungsi keanggotaan himpunan fuzzy terhadap nilai derajat keanggotaan pada himpunan-himpunan fuzzy, maka dihasilkan kurva-kurva himpunan fuzzy pada masing-masing variabel. Representasi karakteristik kurva- kurva himpunan fuzzy pada variabel persepktif finansial ditampilkan pada Gambar 39. Gambar 39 Representasi Fuzzy Perspektif Finansial Pada Gambar 39 di atas, dapat diketahui adanya daerah overlapping akibat perpotongan kurva-kurva himpunan fuzzy yang dibentuk. Daerah overlapping ini merupakan representasikan dari proses pengalaman pakar untuk mengatasi masalh-masalah ketidakadilan, ketidakpastian dan kesamaran dalam melakukan penentuan daerah keputusan. Daerah overlapping merupakan ciri utama pada pengembangan sebuah sistem fuzzy. Selanjutnya ditampilkan berturut-turut representasi pemodelan masing- masing variabel perspektif pelanggan, persepektif proses internal dan perspektif pembelajaran dan pertumbuhan pada Gambar 40, Gambar 41 dan Gambar 42. b. Perspektif Pelanggan = 00 1 50 50 30 De ra jat K ea nggota an Capaian terhadap target 141 80 60 60 40 80 atau       x x x x 200 100 100 90 90 70 200 atau 70         x x x x x 50 30 30 50 atau         x x x x x 80 60 60 40 80 atau       x x x x 200 100 100 90 90 70 200 atau 70         x x x x x = 4060 40 80 80 60 = 7090 70 1 200 200 100 Gambar 40 Representasi Fuzzy Perspektif Pelanggan c. Perspektif Proses Internal = 00 1 50 50 30 = 4060 40 80 80 60 = 7090 70 1 200 200 100 De ra jat K ea nggota an Capaian terhadap target 142 80 60 60 40 80 atau       x x x x 200 100 100 90 90 70 200 atau 70         x x x x x 50 30 30 50 atau         x x x x x Gambar 41 Representasi Fuzzy Perspektif Proses Internal d. Perspektif Pembelajaran Dan Pertumbuhan = 00 1 50 50 30 = 4060 40 80 80 60 = 7090 70 1 200 200 100 Gambar 42 Representasi Fuzzy Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan De ra jat K ea nggota an Capaian terhadap target De ra jat K ea nggota an Capaian terhadap target 143 100 80 80 60 100 atau       x x x x 200 180 200 120 120 90 200 atau 90         x x x x x 70 60 60 70 atau         x x x x x e. Representasi Keanggotaan Scorecard Akhir Output = 00 1 70 70 60 = 6080 60 100 100 80 = 90120 70 1 200 200 100 Gambar 43 Representasi Fuzzy Scorecard Akhir Mekanisme Fuzzy Rule Based Pada Expert System Knowledge Management for Dairy Cooperatives KaMScD Konfigurasi dari mekanisme fuzzy inference system yang digunakan adalah penalaran metode Mamdani. Pada Metode ini, baik parameter masukaninput dan output berupa himpunan fuzzy. Proses impikasi menggunakan operator AND Minimun, sedangkan proses agregasi menggunakan operator OR Maximun. Untuk penyusunan KaMScD ini telah ditentukan rule seluruhnya sejumlah 72 Rules. Berikut ini detail konfigurasi Fuzzy yang digunakan dari file FisAkhir: [System] Name=FisAkhir De ra jat K ea nggota an Scorecard Akhir 144 Type=mamdani Version=2.0 NumInputs=4 NumOutputs=1 NumRules=72 AndMethod=min OrMethod=max ImpMethod=min AggMethod=max DefuzzMethod=centroid [Input1] Name=finansial Range=[0 200] NumMFs=3 MF1=rendah:trapmf,[0 0 30 50] MF2=sedang:trimf,[45 60 80] MF3=tinggi:trapmf,[70 90 200 200] [Input2] Name=pelanggan Range=[0 200] NumMFs=3 MF1=rendah:trapmf,[0 0 30 50] MF2=sedang:trimf,[45 60 80] MF3=tinggi:trapmf,[70 80 200 200] [Input3] Name=proses_internal Range=[0 200] NumMFs=3 MF1=rendah:trapmf,[0 0 30 50] MF2=sedang:trimf,[45 60 80] MF3=tinggi:trapmf,[70 90 200 200] [Input4] Name=pembelajaranpertumbuhan Range=[0 200] NumMFs=3 MF1=rendah:trapmf,[0 0 30 50] MF2=sedang:trimf,[45 60 80] MF3=tinggi:trapmf,[70 80 200 200] [Output1] Name=ScoreCard Range=[0 200] NumMFs=3 MF1=rendah:trapmf,[0 0 60 70] 145 MF2=sedang:trimf,[60 80 100] MF3=tinggi:trapmf,[90 120 200 200] Sebagai contoh adalah kasus di bawah ini Misalkan diberikan parameter masukan sebagai berikut: finansial = 100 pelanggan = 100 proses internal = 100 pembelajaran pertumbuhan = 100 Berdasarkan fungsi keanggotaan dari masing-masing input, didapatkan sebagai berikut: finansial = 100 termasuk himpunan tinggi dengan mf = 1 pelanggan = 100 termasuk himpunan tinggi dengan mf=1 proses internal = 100 termasuk himpunan tinggi dengan mf=1 pembelajaran pertumbuhan = 100 termasuk himpunan tinggi dengan mf=1 a. Keempat input tersebut kemudian diimplikasi dengan mencari nilai minimun, yaitu mencari nilai terkecil dengan min1,1,1,1 = 1. b. Proses berikutnya adalah dengan membaca rule yang digunakan . Dari rule tersebut, yang digunakan adalah rule nomor 1 “ Jika finansial tinggi AND pelanggan tinggi AND proses_internal tinggi AND pembelajaranpertumbuhan tinggi THEN scorecard tinggi” atau dengan melihat pada konfigurasi rule pertama sebagai berikut : 3 3 3 3, 3 1 : 1 Keterangan : 3 3 3 3  mf ketiga dari setiap input yaitu tinggi , 3  mf ketiga dari output scorecard yaitu tinggi 1  operator yang digunakan adalah AND 1  bobot rule yang digunakan adalah 1 c. Pada rule pertama terlihat bahwa kurva yang terbentuk adalah trapesium. Karena hanya rule satu saja yang digunakan, maka proses agregasi ini 146 hanya menghasilkan satu kurva seperti yang dilihat pada Gambar 44 di bawah ini. Gambar 44 Hasil Agregasi Rule yang Digunakan d. Dari kurva tersebut kemudian dilakukan proses defuzzifikasi dengan persamaan sebagai berikut atau dengan menggunakan metode centroid: atau e. Berdasarkan hasil perhitungan didapatkan bahwa hasil defuzzifikasinya adalah 153. Rule View pada Matlab untuk kasus di atas dapat diilhat pada Gambar 45 dibawah ini. 1 1      n j j n j j j z z z z      z z dz z dz z z z   tinggi Daerah keanggotaan 147 Gambar 45. Rule view yang Menunjukkan Rule 1 yang Digunakan Adapun proses defuzzifikasi dengan menggunakan metode centroid dapat dilihat pada Gambar 46. Gambar 46 Penentuan Nilai Tengah Proses Defuzzifikasi dengan Metode Centroid 148 Sistem pakar yang dikembangkan menggunakan Matlab pada penelitian ini menyediakan sebuah halaman antarmuka utama User interface yang merupakan tempat dimulainya pihak pengguna melakukan interaksi terhadap sistem pakar. Langkah awal, pengguna menetapkan terlebih dahulu target dan bobot dari masing-masing Indikator Kinerja Kunci IKK. Langkah berikutnya, pengguna memasukkan hasil atau kondisi aktual. Sistem pakar akan memproses untuk menghasilkan nilaiscorecard akhir. Antarmuka Sistem Pakar KM-Scorecard Koperasi Susu ditampilkan pada Gambar 47. Gambar 47 Antarmuka Sistem Pakar KM-Scorecard Koperasi Susu 149 Setelah semua kolom yang tersedia diisi oleh pengguna, maka diperoleh hasil nilai KM-scorecard dari Koperasi Susu tersebut. Nilai KM-scorecard ini menggambarkan tingkat keberhasilan yang dicapai dari target yang sudah ditentukan sebelumnya. Contoh tampilan hasil nilai KM-Scorecard Koperasi Susu ditampilkan pada Gambar 48. Gambar 48 Tampilan Hasil Nilai KM-Scorecard Koperasi Susu

6.3.2 Validasi dan Verifikasi Model

Validasi model dilakukan dengan teknik face validity sesuai dengan saran Sargent 1999. Teknik validasi ini dilakukan dengan wawancara mendalam pendapat pakar atas model yang sudah dibangun. Verifikasi model pada penelitian ini dilakukan dengan pemeriksaan sederhana meliputi pemeriksaan aliran logika dari masing-masing perspektif ke masing-masing sasaran strategis, kemudian dari masing-masing sasaran strategis tersebut ke key performance indicators Indikator Kinerja Kunci masing-masing. 150 Secara prinsip pemeriksaan ini dimaksudkan mencari kekeliruan dalam program baik yang bersifat logika maupun kesalahan editorial. Pada pemilihan Indikator Kinerja Kunci IKK, verifikasi dilakukan dengan mengajukan alternatif berdasarkan kriteria penting untuk dilakukan penilaian oleh sejumlah pakar untuk menentukan prioritas IKK yang dinilai paling cocok untuk menggambarkan capaian masing-masing sasaran strategis. Berdasarkan IKK terpilih tersebut dirancang target capaiannya. Hasil analisis yang merupakan target dibanding capaian aktual, sehingga menghasilkan besaran tertentu sebagai nilai KM Scorecard. Nilai tersebut akan direpresentasikan menjadi warna hijau, kuning atau merah. Hasil analisis diajukan kembali kepada pakar untuk dikonfirmasi. Dari hasil konfirmasi tersebut dapat disimpulkan bahwa bahwa sistem pakar yang dirancang layak untuk diterapkan dan selanjutnya dapat dikembangkan.

6.4 Implikasi Manajerial

Bagi Koperasi Susu yang berkepentingan untuk meningkatkan inovasi yang dihasilkan, maka temuan bahwa aset pengetahuan konseptual merupakan aset paling dominan berkorelasi dengan proses konversi pengetahuan perlu ditingkatkan pemanfaatannya. Bagi para pelaku Koperasi Susu, dari model yang dikembangkan penelitian ini menunjukkan bahwa pengetahuan tacit yang ada pada masing-masing individu anggota koperasi baik itu peternak maupun karyawan merupakan aset yang sangat berharga dan harus dikembangkan dengan lebih memberi kesempatan untuk berbagi pengetahuan sehingga terbentuk aset pengetahuan eksperiensial melalui pembelajaran bersama. Dalam rangka meningkatkan kepemilikan aset pengetahuan sistemik yang merupakan aset terlemah yang dimiliki koperasi susu saat ini, dapat dirancang dengan penerapan KM-Scorecard, sehingga sasaran strategi Koperasi Susu tersebut dapat dikomunikasikan menjadi aktivitas yang bisa dipahami oleh seluruh karyawan dan anggota koperasi tersebut melalui perancangan peta strategi. Peta strategi memberikan gambaran keterkaitan antar sasaran-sasaran strategi yang dirumuskan disertai ukuran-ukuran dan targetnya. Untuk itu dalam rencana penerapannya perlu disusun inisiatif strategis sebagai langkah-langkah yang perlu dilakukan agar target tercapai. 151 Secara umum, KM-Scorecard ini dapat berfungsi sebagai diagnosis kinerja Manajemen Pengetahuan pada Koperasi Susu. Karena itu, kegagalan capaian target kinerja bisa dihindari dari awal. Target IKK yang relatif baru, yang belum banyak diterapkan oleh organisasi sejenis, hendaknya ditetapkan target kinerja yang moderat. Bagi peternak, temuan penelitian ini dapat diindaklanjuti dengan lebih mengaktifkan kelompok peternak yang sudah terbentuk sebagai sarana berbagi pengetahuan. Bagi koperasi yang relatif baru, yang belum memilikinya, kelompok peternak dapat dibentuk berdasarkan kedekatan kandang yang dimiliki. Bagi regulator, temuan penelitian ini dapat menjadi masukan untuk mendesain inovasi bagi koperasi susu yang difasilitasi pemerintah dengan mendesain bentuk kerja sama sebagai sinergi dengan berbagi pihak, yaitu akademisi dan pihak industri. Kontribusi yang signifikan dari pihak regulator sangat menentukan laju inovasi yang dihasilkan. Kinerja penerapan Manajemen Pengetahuan pada Koperasi Susu dapat ditingkatkan dengan meningkatkan adopsi ide baru dari pihak eksternal dan mengkonversi ide-ide tersebut dalam aktivitas organisasi. Untuk dapat meningkatkan konversi ide-ide baru tersebut maka penggunaan saluran knowledge sharing oleh para peternak yang tergabung dalam koperasi, karyawan koperasi dan juga pihak manajemen koperasi harus semakin intensif. Penerapan Manajemen Pengetahuan juga diharapkan meningkatkan kepemilikan aset pengetahuan sistemik yang selama ini Koperasi Susu belum memilikinya. Untuk itu pertemuandiskusi tentang bagaimana Manajemen Pengetahuan diterapkan perlu diagendakan sebagai kegiatan rutin. Dari diskusi rutin yag dilakukan diharapkan muncul banyak ide baru yang inovatif, sehingga inovasi-inovasi baru yang telah bernilai komersial dapat menjadi hak kekayaan intelektual bagi Koperasi Susu.

6.5 Kontribusi Penelitian

Kontribusi penelitian ini terkait proses penciptaan pengetahuan pada Koperasi Susu berupa faktor-faktor yang perlu diperhatikan oleh Koperasi Susu dalam mengembangkan strategi bersaingnya. Ringkasan faktor-faktor apa saja 152 yang perlu diperhatikan oleh para pengambil keputusan di Koperasi Susu agar dapat menghasilkan output-output yang inovatif disusun sebagai usulan model penciptaan pengetahuan pada koperasi susu yang ditampilkan pada Gambar 49. Terdapat tiga kegiatan utama yang perlu dikelola dengan baik oleh Koperasi Susu, yaitu: 1 Kegiatan akuisisi pengetahuan Pada kegiatan akuisisi pengetahuan, sangatlah penting bagi Koperasi Susu untuk memperhatikan daya serap organisasi. 2 Kegiatan berbagi dan mendistribusikan pengetahuan Kegiatan ini dapat terlaksan dengan baik bila terdapat dukungan berupa kelompok-kelompok peternak yang aktif, adanya kebiasaan-kebiasaan baik yang didukung oleh kebijakan Koperasi Susu serta adanya infrastruktur teknologi informasi dan komunikasi yang memudahkan kegiatan berbagi dan mendistribusikan pengetahuan. 3 Kegiatan penggunaan pengetahuan Setelah pengetahuan diakuisisi dan didistribusikan, maka kegiatan yang terpenting adalah menggunakan pengetahuan-pengetahuan tersebut untuk menghasilkan inovasi. 153 153 Gambar 49. Usulan Model Penciptaan Pengetahuan pada Koperasi Susu di Indonesia Aktivitas pemecahan masalah dan pengambilan keputusan mengedepankan kreativitas dalam suasana yang harmonis disertai komitmen bersama Interaksi informal terutama dengan pihak Koperasi, Lembaga Keuangan dan pemasok sapronak sarana produksi peternakan Aset Pengetahuan Daya Serap Akuisisi Pengetahuan Kapabilitas Pemecahan Masalah Pengambilan Keputusan Konversi Pengetahuan Inovasi Manfaat komersial dari inovasi proses Proses berbagi pengetahuan melalui kombinasi yang merupakan pemrosesan pengetahuan eksplisit menjadi pengetahuan eksplisit lain Daya serap organisasi berupa dukungan Koperasi untuk mencari informasi yang dibutuhkan dalam rangka meningkatkan pengetahuan dan keterampilan Kepemilikan aset pengetahuan sistemik yang merupakan pengetahuan eksplisit yang merupakan intellectual property rights 155

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN

7.1 Kesimpulan

Pengembangan model penciptaan pengetahuan dalam upaya meningkat keunggulan bersaing koperasi susu di Indonesia menghasilkan lima model. Dari kelima model tersebut, model 5 yang terdiri atas dua variabel eksogen, yaitu aset pengetahuan dan akuisisi pengetahuan serta empat variabel endogen, yaitu daya serap, kapabilitas pemecahan masalah dan pengambilan keputusan, konversi pengetahuan dan inovasi dianggap sebagai model terbaik. Model tersebut dapat diterima untuk mengkonfirmasi adaptasi teori yang dihasilkan dari integrasi dua teori penciptaan pengetahuan, yaitu yang dikemukakan Nonaka et al. 2000 dan Soo et al. 2000a. Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa, keberadaan aset pengetahuan yang paling berpengaruh tampak pada pengetahuan konseptual, sedangkan terjadinya akuisisi pengetahuan tercermin adanya kegiatan kolaborasi formal. Daya serap koperasi susu terhadap hasil akuisisi pengetahuan lebih dipengaruhi oleh daya serap organisasi. Indikator terkuat adanya konversi pengetahuan pada koperasi susu adalah proses eksternalisasi, sedangkan faktor paling berpengaruh dalam kegiatan pemecahan masalah dan pengambilan keputusan adalah konsensus. Inovasi pada koperasi susu lebih dicirikan adanya inovasi produk. Dari model struktural yang telah dibentuk, maka dapat dikatakan bahwa inovasi yang terjadi pada koperasi susu berhubungan erat dengan kemampuan pemecahan masalah dan pengambilan keputusan, sedangkan konversi pengetahuan tidak terbukti berpengaruh terhadap inovasi. Keberhasilan pemecahan masalah dan pengambilan keputusan pada koperasi susu dipengaruhi oleh akuisisi dan konversi dengan sama besarnya. Konversi pengetahuan yang terjadi terbukti sangat dipengaruhi oleh kepemilikan aset pengetahuan. Model kontribusi aset pengetahuan terhadap proses konversi pengetahuan pada koperasi susu telah dikembangkan sebagai sebuah model yang paling mendekati pola data yang diambil dari Koperasi Susu di Indonesia. Model tersebut dapat menerangkan bahwa secara bersama-sama aset-aset pengetahuan yang dimiliki berkontribusi terhadap proses konversi pengetahuan, kecuali aset pengetahuan sistemik. Dibanding aset pengetahuan lainnya, aset pengetahuan 156 konseptual memiliki korelasi yang lebih besar terhadap proses sosialisasi dan eksternalisasi. Aset pengetahuan rutin memiliki korelasi lebih besar terhadap proses ekternalisasi. Aset pengetahuan eksperiensial memiliki korelasi lebih besar terhadap proses internalisasi dan kombinasi. Dibanding aset pengetahuan lainnya, pengetahuan sistemik terbukti memiliki korelasi paling lemah terhadap proses konversi pengetahuan. Sistem Pakar yang dikembangkan dengan model KM-Scorecard dirancang mampu memberikan diagnosis kinerja koperasi susu terkait penerapan Manajemen Pengetahuan dalam rangka meningkatkan inovasinya. Sistem Pakar tersebut layak untuk diterapkan dan cukup fleksibel untuk dikembangkan sesuai dengan kebutuhan.

7.2 Saran

1. Model yang telah dikembangkan ini lebih menitikberatkan pada pentingnya pengembangan sumberdaya internal koperasi susu. Namun tidak dapat disangkal bahwa koperasi membutuhkan dukungan lingkungan eksternal. Untuk itu perlu penelitian lebih lanjut mengenai keterkaitan model penciptaan pengetahuan antara pengambil kebijakan, akademisi dan koperasi dalam rangka mendukung inovasi koperasi. 2. Operasionalisasi Sistem Pakar KM-Scorecard belum dapat dilakukan secara mandiri, untuk itu perlu dirancang Sistem Manajemen Ahliyang lebih komprehensif dan user friendly. Hal ini dapat menjadi peluang penelitian lebih lanjut di bidang Manajemen Pengetahuan dengan perspektif teori organisasi dan pendekatan sistem.