Konsep Balanced Scorecard TINJAUAN PUSTAKA

32 1 Employee capabilities. Tidak ada yang lebih baik bagi transformasi revolusioner dari pemikiran era industrial ke era informasi selain filosofi manajemen baru, yaitu bagaimana para karyawan menyumbangkan segenap kemampuannya untuk organisasi. Untuk itu, perencanaan dan upaya implementasi reskilling karyawan yang menjamin kecerdasan dan kreativitasnya dapat dimobilisasi untuk mencapai tujuan organisasi. 2 Information system capabilities. Bagaimanapun juga, meski motivasi dan keahlian karyawan telah mendukung pencapaian tujuan-tujuan perusahaan, masih diperlukan informasi-informasi yang terbaik. Dengan kemampuan sistem informasi yang memadai, kebutuhan seluruh tingkatan manajemen dan karyawan atas informasi yang akurat dan tepat waktu dapat dipenuhi dengan sebaik-baiknya. 3 Motivation, empowerment, and alignment. Paradigma manajemen terbaru menjelaskan bahwa proses pembelajaran sangat penting bagi karyawan untuk melakukan trial and error sehingga turbulensi lingkungan sama- sama dicoba-dikenali tidak saja oleh jenjang manajemen strategis tetapi juga oleh segenap karyawan di dalam organisasi sesuai kompetensinya. 2.9.2 Knowledge Management Balanced Scorecard Knowledge Management Balanced Scorecard merupakan konsep pengukuran kinerja organisasi berbasis pengetahuan dengan menggunakan pendekatan balanced scorecard Tiwana 2000, selanjutnya disebut Knowledge Management Scorecard KM-Scorecard. Konsep KM-Scorecard ini dapat digunakan untuk mengevaluasi dampak penerapan suatu sistem manajemen pengetahuan dengan empat kriteria proses yang komplementer, yaitu: 1 Terjemahkan visi manajemen pengetahuan. Pada tahap ini, manajer perlu mencari konsensus untuk menjawab pertanyaan mengapa pengetahuan perlu dikelola dan apa visi organisasi terkait investasi manajemen pengetahuan. Visi tersebut dibutuhkan untuk diterjemahkan ke dalam tujuan dan sasaran yang konkrit sebelum sejumlah aktivitas dapat diukur. 2 Komunikasikan dan kaitkan. Pada tahap ini dapat diukur seberapa baik karyawan telah dilatih untuk menggunakan sistem manajemen pengetahuan 33 33 sebagai bagian dari pekerjaan. Dapat pula diukur seberapa efektif sistem imbalan dikaitkan dengan pemanfaatan dan kontribusi pengetahuan. 3 Lakukan pengendalian. Tahap ini merupakan bagian dari strategi BSC untuk menentukan seberapa tepat ukuran-ukuran metrik yang dipilih, tujuan, target dan alokasi sumber daya dikaitkan dengan ide-ide awal yang dipertimbangkan untuk penerapan sistem manajemen pengetahuan. 4 Menggabungkan pembelajaran dan umpan balik. Pada tahap ini, dilakukan evaluasi tujuan, target dan ukuran metrik yang telah dipilih untuk sistem manajemen pengetahuan yang dirancang, kemudian dianalisa kemampuan kerjanya. Keempat proses dalam pendekatan KM-Scorecard tersebut yang diilustrasikan pada Gambar 3. Gambar 3 The Knowledge Management Balanced Scorecard Tiwana 2000 Keunggulan KM-Scorecard dibanding pendekatan lain adalah mampu menghasilkan rencana strategik penerapan manajemen pengetahuan yang memiliki karakteristik sebagai berikut: 1 Mampu memberikan potret kesehatan intelektual organisasi setiap saat diperlukan dan pada setiap poinkriteria. Komunikasikan dan Kaitkan Sudahkah ide-ide tersampaikan? Didik karyawan Kaitkan imbalan dengan pemanfaatan kontribusi pengetahuan Terjemahkan visi Manajemen Pengetahuan MP Mengapa organisasi mengelola pengetahuan? Apa visi organisasi terhadap KM? Dapatkan konsensus Perencanaan Bisnis Tentukan tujuan Tentukan ukuran Tentukan imbalan Alokasikan waktu uang Buat patokan Penghargaan terhadap kinerja dan kontribusi aset pengetahuan Pembelajaran dan Umpan balik Apakah dapat dijalankan? Apakah terlihat hasilnya? Apa yang dapat dilakukan lebih baik? Tinjau ulang strategi MP KM-SC 34 2 Terpadunya relasi cause-effect sehingga dapat mengarahkan strategi manajemen pengetahuan dengan lebih tepat. 3 Memiliki kapabilitas untuk mengkaitkan tujuan-tujuan individual dengan keseluruhan strategi pengetahuan organisasi. 4 Mampu mengukur sasaran dari kontribusi pengetahuan sebagai sumber daya tanwujud intangible sources bagi keunggulan kompetitif, seperti kepuasan pelanggan, keterampilan dan kompetensi karyawan. Namun demikian, KM-Scorecard memiliki keterbatasan dalam penerapannya karena lebih sulit dalam merancangnya. Di samping itu, model KM- Scorecard suatu organisasi jarang sekali bisa langsung diadopsi oleh organisasi lain karena seringkali terdapat perbedaan-perbedaan yang tajam meskipun di antara organisasi sejenis.

2.12 Tinjauan Penelitian Terdahulu yang Relevan

Tahun 1990-an merupakan kurun waktu penting dalam perkembangan Manajemen Pengetahuan. Pada kurun waktu tersebut banyak ilmuwan mengemukakan konsep-konsep baru yang penting bagi pengembangan Manajemen Pengetahuan sebagai ilmu. Kurun waktu berikutnya para ilmuwan berusaha menguji konsep-konsep tersebut dengan penelitian empiris di berbagai wilayah. Salah satu konsep yang lahir di era 1990-an yang banyak dijadikan landasan dalam kajian tentang penciptaan pengetahuan organisasi adalah konsep yang dikemukakan Nonaka dan Takeuchi 1995 melalui bukunya The Knowledge Creating Company: How Japanese Companies Create the Dynamic of Innovation. mengemukakan bahwa penciptaan pengetahuan organisasi membutuhkan interaksi yang dinamis dan intensif serta membutuhkan bnayak tenaga dari para anggota tim. Keahlian dalam penciptaan pengetahuan organisasi ini menurut Nonaka dan Takeuchi merupakan kunci dari keberhasilan perusahaan-perusahaan Jepang. Pada buku ini Nonaka dan Takeuchi menggunakan pengetahuan sebagai unit analisisnya dalam menjelaskan perilaku organisasi perusahaan. Kajian ini juga berangkat dari keyakinan bahwa organisasi bisnis tidak hanya memproses pengetahuan tetapi sekaligus juga menciptakannya. Menurut kedua ahli ini penciptaan pengetahuan terjadi dalam tiga tingkatan, yakni individu , kelompok 35 35 dan organisasi. Studi ini bertujuan merumuskan model generik dari penciptaan pengetahuan organisasi. Kajian ini ditulis setelah keduanya bertahun-tahun melakukan penyelidikan secara mendalam terhadap perusahaan-perusahaan Jepang. Pada kurun waktu berikutnya, Soo et al 2002b melakukan studi empirik mengenai proses penciptaan pengetahuan di dalam organisasi. Kelompok peneliti ini menguji model melalui kajian yang bersifat komprehensif tentang penciptaan pengetahuan organisasi dan dampaknya terhadap inovasi dengan melakukan eksplorasi untuk menemukan variabel-variabel yang berperan penting dalam penciptaan pengetahuan. Studi ini dilakukan terhadap 317 perusahaan manufaktur dan empat sektor industri jasa, dimana satu perusahaan diwakili satu responden yakni para pemimpin perusahaan dan data dianalisis dengan Partial Least Square PLS. Meskipun studinya dilakukan di industri berbeda secara bersamaan namun tidak dijelaskan disini apakah masing-masing industri tersebut memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Temuan penting dari studi tersebut adalah, adanya konsisten dengan proposisi Nonaka dan Takeuchi 1995 bahwa integrasi antara pengetahuan yang telah ada di dalam organisasi merupakan kunci penting bagi inovasi dan kinerja organisasi. Penelitian serupa dengan kajian Soo et al 2002b dilakukan Susatyo-Munir 2004 terhadap perusahaan kosmetika modern di Indonesia Full Manufacturing. Penelitian tersebut menyimpulkan bahwa variabel pengetahuan baru mempunyai pengaruh langsung dan positif pada keluaran inovasi perusahaan. Penelitian ini merupakan konfimasi model yang telah dikembangkan oleh Soo et al 2002b. Dan menghasilkan temuan, struktur model penciptaan pengetahuan perusahaan- perusahaan kosmetik di Indonesia berbeda dengan struktur model yang dikembangkan Soo et al 2002b. Perbedaan tersebut dikarenakan jenis industri dan serta instrumen yang digunakan. Selanjutnya, penelusuran pustaka lebih lanjut untuk dapat mengetahui state-of-the art ilmu Manajemen Pengetahuan khususnya proses penciptaan pengetahuan dan inovasi disarikan pada Tabel 3. 36 Tabel 3 Penelitian Terdahulu yang Relevan No Tahun Pengarang Kesimpulan 1 1999 Sukmawati A Industri pengolahan susu di Indonesia berada pada tahap factor driven yang merupakan tahap awal pembangunan suatu industri dengan determinan industri terkait dan industri pendukung berupa industri pemasok bahan baku utama merupakan titik kritis bagi keunggulan kompetitifnya. 2 2001 Canny A Prioritas strategi dan program pengembangan agroindustri susu berbasis usaha lepas panen susu adalah mengembangkan usaha industri pengolahan susu tingkat pedesaan dan merintis jaringan kemitraan usaha untuk diversifikasi produk susu. 3 2002 Traill WB Meulenberg M Inovasi yang dihasilkan perusahaan- perusahaan industri pangan di Eropa berbeda tergantung kepada pemilihan orientasi dominan inovasinya, yaitu produk, proses atau pasar. 4 2002b Soo et al. Penciptaan pengetahuan baru lebih dipengaruhi oleh jejaring informal dan daya serap individual dengan skenario pemecahan masalah pada tingkat konsensus. 5 2004 Chou SW He MY Aset pengetahuan merupakan faktor kunci yang memfasilitasi proses penciptaan pengetahuan. Aset pengetahuan konseptual mempunyai pengaruh paling nyata terhadap proses penciptaan pengetahuan, sedangkan aset sistemik memberikan pengaruh paling kecil. 6 2004 Al-Hawari M. Model K-space memberikan basis pengetahuan baru dalam konseptualisasi proses penciptaan pengetahuan dalam organisasi. Gaya manajemen pengetahuan berkontribusi positif terhadap kodifikasi dan ketersediaan pengetahuan. 7 2005 Indarti N van Geenhuizen M Sumber pengetahuan paling penting yang mendorong inovasi pada industri kecil mebel di Indonesia adalah learning-by-doing dan pembeli. Transfer pengetahuan masih dilakukan secara informal. 8 2005 Irsan I Faktor mobilisasi penggerak pengetahuan, dalam hal ini dipegang direksi, merupakan faktor yang paling mendukung proses penciptaan pengetahuan. 37 37 Dari sisi objek penelitian, hasil penelitian terdahulu mengenai posisi Industri Pengolahan Susu IPS di Indonesia menyimpulkan bahwa IPS berada pada tahap sumber daya factor driven sebagai pendorong keunggulan yang merupakan tahap awal pembangunan suatu industri. Hal ini berarti bahwa keunggulan bersaingnya masih berbasis sumber daya dasar, antara lain ketersediaan sumber daya alam dan tenaga kerja. Industri pada tahap ini dicirikan dengan teknologi proses yang murah dan tersedia secara luas. Biasanya teknologi berasal dari negara lain dan transfer teknologi dilakukan melalui investasi langsung, imitasi atau akuisisi. Hal ini sejalan dengan kondisi faktual, selama ini IPS dikembangkan sebagai industri substitusi impor, bukan industri yang tumbuh dari keunggulan sumber daya lokal maupun keunggulan teknologi Sukmawati 1999. Diperlukan penelitian selanjutnya untuk mengidentifikasi basis keunggulan bersaing lainnya yang harus dikembangkan oleh IPS agar mampu bergeser pada tahap keunggulan kompetitif berikutnya Gambar 4. Gambar 4 Tahapan Pembangunan Keunggulan Kompetitif IPS Sukmawati 1999 Identifikasi terhadap tingkat kepentingan determinan-determinan yang merupakan determinan penting dalam upaya meningkatkan keunggulan bersaing IPS menggunakan model berlian keunggulan bersaing Porter’s Diamond Model menunjukkan bahwa determinan sumber daya menempati urutan pertama. Determinan industri pendukung dan industri terkait mempunyai tingkat kepentingan kedua dengan keunggulan kompetitif industri pemasok bahan baku utama menjadi faktor terpenting dalam determinan ini. Urutan ketiga tingkat kepentingan untuk ditingkatkan adalah determinan strategi perusahaan, struktur dan persaingan dengan faktor terpenting dalam determinan ini adalah kemauan dan kemampuan perusahaan bersaing di pasar global. Selengkapnya hasil penelitian tersebut diilustrasikan pada Gambar 5 . IPS Investasi Inovasi Kekayaan 38 Gambar 5 Model Berlian Keunggulan Bersaing IPS di Indonesia Sukmawati 1999 Penelitian Canny 2001 menghasilkan identifikasi faktor-faktor internal dan faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi pengembangan agroindustri susu berbasis usaha lepas panen susu. Faktor-faktor internal yang berhasil diidentifkasi adalah: budaya usaha dan nilai-nilai kepercayaan peternak, pembinaan oleh usaha lepas panen susu kepada peternak, dukungan pemerintah, potensi integrasi vertikal dalam membangun aliansi strategis, potensi pengembangan menuju industri hilir, produktivitas dan kualitas susu segar dalam negeri SSDN. Idenfitikasi faktor-faktor eksternal adalah potensi pasar, globalisasi perdagangan, persaingan dengan bahan baku susu impor BBSI, kebijakan negara asal BBSI, resiko terhadap fluktuasi nilai tukar dan perubahan geopolitik dalam negeri. Identifikasi faktor penting yang mempengaruhi sistem pengembangan agroindustri susu, antara lain adalah potensi pengembangan industri hilir dan kemampuan manajemen serta sumberdaya manusia Canny 2001. Salah satu temuannya mengenai solusi pengembangan agroindustri susu dalam negeri adalah peningkatan proporsi susu olahan dengan salah satu programnya adalah diversifikasi produk. Disarankan pula perlunya kajian lebih lanjut terhadap STRATEGI, STRUKTUR, DAN PERSAINGAN penting KESEMPATAN kurang penting PEMERINTAH kurang penting SUMBERDAYA sangat penting PERMINTAAN kurang penting INDUSTRI PENDUKUNG TERKAIT sangat penting 39 39 variabel sosial sehingga dapat memberikan manfaat sosial yang seharusnya diterima peternak sapi perah mengingat 90 persen produsen SSDN adalah peternakan rakyat. Rekomendasi kedua penelitian tersebut yang menjadi pertimbangan pemilihan koperasi susu sebagai sebagai obyek penelitian untuk menghasilkan model penciptaan pengetahuan yang tepat dalam rangka mendorong inovasi.

2.13 Posisi Penelitian dalam Konteks Manajemen Pengetahuan

Secara konseptual, terdapat tiga pendekatan yang dapat digunakan sebagai dasar pengelompokan dalam disiplin Manajemen Pengetahuan, yaitu intelijen orgaisasional, pengembangan organisasional dan pemrosesan informasi organisasional Tuomi 1999. Masing-masing kelompok mempunyai arah dan tradisi penelitian yang berbeda. Intelijen organisasional merupakan kelompok penelitian yang fokus pada mekanisme pengembangan kognitif dan belajar. Dalam konteks teori organisasi dan praktek, inteligen merupakan upaya organisasi untuk memperkuat mekanisame pencarian dan pengkajian informasi untuk memberi makna terhadap permasalahan yang dihadapinya Tuomi 1999. Perspektif ini banyak digunakan dalam pembahasan isu-isu intelijen bisnis, kognitif pemberian makna, memori organisasi dan organisasi pembelajar. Terkait dengan topik penelitian organisasi pembelajar, Tuomi 1999 membagi lagi menjadi empat pendekatan utama yang masing-masing dimotori oleh: 1 Nonaka dan Takeuchi 1995 yang menekankan pentingnya pemahaman akan proses transformasi pengetahuan dari pengembangan ide-ide pengetahuan tacit menjadi rancangan kerja baru sebagai pengetahuan eksplisit; 2 Senge 1990 dan Espejo 1996 yang menekankan pentingnya manajemen proses belajar dan pendekatandisiplin berpikir sistemik; 3 Argyris 1993, Schön 1983 dan Schein 1993 yang fokus pada identifikasi faktor-faktor kognisi dan perilaku yang dapat berperan sebagai penghalang proses belajar dan 4 Brown dan Duguid 1991 yang menekankan pentingnya pendekatan sosio-kultural. Pengembangan organisasional merupakan aliran Manajemen Pengetahuan yang lebih menekankan pada perspektif intervensionis dan analitikal. Termasuk 40 dalam perspektif ini adalah penelitian-penelitian dengan topik ekonomi pengetahuan dan cara mengukur nilai pengetahuan tersebut bagi organisasi. Fokus penelitian perspektif ini adalah pemahaman pengetahuan sebagai sumber daya. Pemrosesan informasi organisasional merupakan aliran Manajemen Pengetahuan yang menekankan pentingnya komunikasi dan proses berbagi informasi dalam organisasi. Tuomi 1999 mengelompokkan aliran ini menjadi tiga fokus area penelitian, yaitu: 1 komunikasi organisasional yang meliputi topik jaringan informasi informal dan perancangan infrastruktur sistem komunikasi dan aliran otomasi berbasis komputer; 2 berbagi informasi yang meliputi pengembangan alat atau fasilitas untuk mempermudah proses berbagi informasi baik di dalam organisasi atau antar organisasi dan 3 pemrosesan informasi untuk mendukung proses pengambilan keputusan. Representasi pengetahuan merupakan salah satu topik penelitian yang menekankan teknik merepresentasikan pengetahuan manusia ke dalam bentuk yang dapat diproses komputer, antara lain dengan sistem pakar Boose 1986; Gaines 1994. Mengacu pada taksonomi penelitian di bidang Manajemen Pengetahuan yang dikemukakan oleh Tuomi 1999 tersebut, maka dapat dikatakan bahwa penelitian ini berada pada posisi ranah Manajemen Pengetahuan dengan penciptaan pengetahuan sebagai isu sentral dalam pembelajaran organisasi yang termasuk aliran intelijen organisasional. Dengan menggunakan model penciptaan pengetahuan yang dikemukakan Nonaka dan Takeuchi 1995 sebagai basis teori, penelitian ini, didukung teori dari aliran kompetisi berbasis pengetahuan dan diperkaya dengan aplikasi konsep representasi pengetahuan. Penelitian ini dimaksudkan melengkapi keterbatasan teori penciptaan pengetahuan Nonaka dan Takeuchi 1995 tersebut. Gambaran posisi penelitian dalam konteks manajemen pengetahuan ditampilkan pada Gambar 6.