Analisis Kriteria Investasi dan Analisis Sensitivitas

53 dimana hasil penjualan output produksi sama dengan biaya produksi. Hal ini menunjukan bahwa biaya produksi kondisi optimal lebih rendah pada hasil penjualan output yang diperoleh selama produksi. Secara keseluruhan hasil analisis usaha kondisi optimal lebih menguntungkan dibandingkan kondisi aktual, meskipun terjadi peningkatan total biaya produksi namun keuntungan yang diperoleh lebih tinggi dan usaha produksi menjadi layak dari sisi analisis usahanya Lampiran 22.

4.4.3 Analisis Kriteria Investasi dan Analisis Sensitivitas

Kelayakan usaha pembesaran kerapu macan di Pulau panggang dapat dihitung melalui analisis terhadap kriteria invesatasi pada usaha tersebut. Beberapa kriteria investasi yang penting untuk dianalisis sisi kelayakan usaha budidaya pembesaran kerapu macan diantaranya adalah nilai Net Present Value NPV, Net BenefitCost Net BC dan Internal Rate of Return IRR. Nilai NPV menunjukan besarnya manfaat bersih yang diperoleh selama umur proyek yang dihitung saat ini dengan discount rate 6 pertahun. Nilai Net BC menunjukan perbandingan antara jumlah nilai sekarang dari keuntungan bersih pada tahun- tahun yang mana keuntungan bersih bernilai positif dengan keuntungan bersih bernilai negatif Kadariahetal,1976. Sedangkan IRR menunjukan nilai discount rate yang membuat NPV pada proyek sama dengan nol Kadariahetal,1976. Analisis kriteria investasi yang dilakukan pada penelitian ini merupakan analisis kriteria investasi pada kondisi optimal aktual dan optimal skenario. Analisis kriteria investasi dilakukan dengan menggunakan cashflow dari usaha yang dilakukan. Dalam cashflow ini terdapat komponen penting yaitu arus kas masuk inflow dan arus kas keluar outflow. Beberapa asumsi yang digunakan dalam menyusun cashflow dalam penelitian budidaya pembesaran kerapu macan di Pulau Panggang diantaranya adalah : 1. Umur proyek selama 3 tahun yang didasarkan kepada umur teknis terlama dari komponen investasi yaitu waring 2. Penggunaan input mengacu dari hasil perhitungan optimalisasi penggunaan input faktor produksi yaitu KJA berukuran 149 m 3 , benih 4 ekorm 3 , pakan rucah 5,8 kgm 3 , tenaga kerja operasional 15 total jam kerjam 3 dan tenaga kerja pemeliharaan 8,4 jam kerjam 3 . 54 3. Untuk memperbaiki kinerja usaha budidaya kerapu di Pulau Panggang maka dilakukan dua analisis tambahan skenario usaha dengan SR aktual sebesar 36 dan peningkatan SR 80 Minjoyo 2004 pada penggunaan input optimal. 4. Skenario yang digunakan dalam penelitian ini yaitu : a. Optimal adalah optimalisasi penggunaan input dengan SR produksi aktual sebesar 36 b. Optimal SR 1 adalah optimalisasi penggunaan input dengan peningkatan SR 80 dengan melakukan perbaikan manajemen pakan yaitu penambahan jumlah pakan sebesar 34,6 dari jumlah yang ditetapkan dalam acuan input optimal mengacu pada anjuran SNI 01-6488.4-2000 yaitu sebesar 10 dari total biomassa ikan atau sebesar 525 Kg pakan rucah c. Optimal SR 2 adalah optimalisasi penggunaan input dengan peningkatan SR 80 dengan melakukan perbaikan manajemen kualitas air. 5. Pemilihan skenario berdasarkan pada kondisi di Pulau Panggang yang mayoritas pembudidaya mempunyai pekerjaan primer sebagai nelayan sehingga kurang memperhatikan manajemen pemberian pakan dan manajemen kualitas air. 6. Analisis sensitivitas adalah suatu teknik untuk menguji secara matematis apa yang akan terjadi pada kapasitas penerimaan suatu proyek apabila terjadi kejadian-kejadian yang berbeda dengan perkiraan yang dibuat dalam perencanaan. Suatu hasil analisis sensitivitas dikerjakan dengan mengubah suatu unsur tertentu pada hasil analisis Kadariah et al, 1976. Analisis ini dilakukan dengan menaikan harga pakan sebesar 20 sebab kenaikan tertinggi selama 5 tahun terakhir adalah sebesar 20 Lampiran 23 sehingga harga pakan yang digunakan sebesar Rp 3.600,00Kg. 7. Harga pakan dipilih sebagai komponen yang dinaikkan karena harga pakan merupakan faktor produksi yang paling tinggi biayanya dan amat penting untuk kelangsungan usaha budidaya. 55 8. Siklus panen yang digunakan dalam penelitian ini adalah 9 bulan.

9. Tingkat suku bunga discount rate yang digunakan ialah sebesar 6

yang merupakan acuan tingkat suku bunga deposito Bank Indonesia pada bulan November 2011. Pada analisis kriteria investasi, arus kas keluar outflow terdiri dari biaya investasi, biaya tetap dan biaya variabel.Biaya investasi dihitung dari besarnya biaya yang dikeluarkan untuk barang-barang yang memiliki umur teknis minimal satu tahun.Sedangkan cashflow dibuat untuk mengetahui arus tambahan manfaat bersih sebagai akibat pengurangan biaya bersih tambahan selama umur proyek, yaitu dari kondisi aktual ke optimal dan optimal ke optimal skenariodengan tambahan biaya operasional yang harus ditambah sebesar Rp 37.000,00 pada kondisi optimal, dan penambahan biaya operasional sebesar Rp 486.000,00 pada optimal skenario satu serta penambahan biaya operasional sebesar Rp 270.000,00 pada optimal skenario dua. a. Optimal Analisis kriteria investasi pada usaha pembesaran kerapu macan di Pulau Panggang kondisi optimal diperoleh nilai NPV sebesar Rp 3.106.533,00. Yang berarti besar manfaat bersih selama umur proyek tiga tahun diperoleh sebesar Rp 3.106.533,00pada tingkat discount rate 6. Nilai Net BCyang diperoleh pada kondisi ini sebesar 1,16 yang berarti usaha tersebut akan memberikan manfaat bersih sebesar 1,16 untuk setiap Rp 1,00 biaya yang dikeluarkan selama 3 tahun, sedangkan nilai IRR yang diperoleh pada kondisi optimal sebesar 52 yang menunjukan usaha layak untuk dijalankan karena nilai NPV lebih dari 0, Net BC lebih besar dari 1 dan nilai IRR lebih besar dari nilai discount rate. Analisis sensitivitas pada kondisi optimal menunjukan bahwa kenaikan harga pakan sebesar 20 akan menurunkan nilai NPV menjadi Rp 1.370.684,00 , nilai Net BC menjadi 0,42 dan nilai IRR menjadi 20. Hal ini berarti perubahan harga pakan sebesar 20 menyebabkan usaha menjadi tidak layak sebab nilai Net BC tidak memenuhi syarat kelayakan usaha pada analisis finansial yaitu Net BC kurang dari 1 Tabel 12. Secara analisis sensitifitas, kenaikan harga pakan sensitif terhadap kondisi usaha budidaya pembesaran ikan kerapu macan optimal sebab kenaikan harga pakan sebesar 20 membuat kondisi usaha menjadi tidak layak 56 sehingga tidak dapat dijalankan. Tabel 12. Kriteria Investasi pada Optimal Sebelum dan Setelah Kenaikan Harga Pakan No Kriteria Investasi Sebelum Kenaikan Harga Pakan Setelah Kenaikan Harga Pakan Keterangan 1 NPV 3.106.533 1.370.684 Penggunaan acuan optimal input produksi dari hasil perhitungan 2 Net BC 1,16 0,42 3 IRR 52 20 b. Optimal SR 1 Pada kondisi optimal SR pertama, peningkatan SR dilakukan dengan melakukan perbaikan manajemen pakan. Perbaikan manajemen pakan yang dilakukan ialah meningkatkan lagi jumlah pakan yang diberikan sebesar 34,6 dari perolehan acuan hasil perhitungan optimalasasi dari kondisi optimal dengan mengacu pada anjuran SNI 01-6488.4-2000 yaitu sebesar 10 dari total biomassa ikan atau sebesar 525 Kg pakan rucah. Analisis kriteria investasi pada usaha pembesaran kerapu macan di Pulau Panggang kondisi optimal skenario pertama, diperoleh hasil perhitungan nilai NPV sebesar Rp 5.507.362,00 pada tingkat discount rate 6, NetBC sebesar 2,78 dan IRR sebesar 114 yang menunjukan usaha budidaya kerapu macan di Pulau Panggang pada kondisi optimal skenario pertama layak untuk dijalankan sebab NPV lebih dari 0, Net BC lebih besar dari 1 dan nilai IRR lebih besar dari nilai discount rate. Analisis sensitivitas pada optimal skenario pertama menunjukan bahwa kenaikan harga pakan sebesar 20 akan menyebabkan nilai NPV menjadi Rp 4.416.247,00 Lampiran 29. Nilai Net BC setelah dilakukan analisis sensitivitas menjadi 1,92 berkurang 0,86 dan nilai IRR menjadi 82 Tabel 13.Hal ini menunjukan perubahan harga pakan sebesar 20 tetap menjadikan usaha ini layak untuk dijalankan. Secara analisis sensitifitas, kenaikan harga pakan tidak sensitif terhadap kondisi usaha budidaya pembesaran ikan kerapu macan optimal SR pertama sebab kenaikan harga pakan sebesar 20 membuat kondisi usaha tetap layak dan dapat tetap dijalankan. 57 Tabel 13. Kriteria Investasi pada Optimal Skenario 1 Sebelum dan Setelah Kenaikan Harga Pakan No Kriteria Investasi Sebelum Kenaikan Harga Pakan Setelah Kenaikan Harga Pakan Keterangan 1 NPV 5.507.362 4.416.247 Perlakuan peningkatan output produksi sebesar 80 dan perbaikan manajemen pemberian pakan 2 Net BC 2,78 1,92 3 IRR 114 82 c. Optimal SR 2 Pada kondisi optimal SR kedua ini peningkatan SR diperoleh dengan melakukan perbaikan manajemen kualitas air. Perbaikan manajemen kualitas air yang dilakukan ialah penambahan jam kerja untuk pemantauan kondisi kualitas air terutama kegiatan pembersihan karamba dan pemberian multivitamin sesuai acuan SNI 01-6488.4-2000 yaitu pemberian multivitamin dengan dosis 3-5gkg pakan. Hasil perhitungan analisis kriteria investasi pada kondisi ini diperoleh nilai NPV sebesar Rp 5.280.575,00pada nilai discount rate 6, nilai Net BC sebesar 2,94 dan IRR sebesar 118. Hal ini menunjukan usaha budidaya kerapu macan di Pulau Panggang pada kondisi optimal skenario kedua layak untuk dijalankan sebab NPV lebih dari 0, Net BC lebih besar dari 1 dan nilai IRR lebih besar dari nilai discount rate. Analisis sensitivitas pada skenario kedua menunjukan bahwa kenaikan harga pakan 20 akan menyebabkan nilai NVP menjadi Rp 4.470.033,00, nilai Net BC menjadi 2,20 berkurang 0,74 dan nilai IRR menjadi 91 Tabel 14 yang berarti perubahan harga pakan sebesar 20 tetap menjadikan usaha ini layak untuk dijalankan. Secara analisis sensitifitas, kenaikan harga pakan tidak sensitif terhadap kondisi usaha budidaya pembesaran ikan kerapu macan optimal SR kedua sebab kenaikan harga pakan sebesar 20 membuat kondisi usaha tetap layak dan tetap dapat dijalankan. 58 Tabel 14. Kriteria Investasi pada Optimal Skenario 2 Sebelum dan Setelah Kenaikan Harga Pakan No Kriteria Investasi Sebelum Kenaikan Harga Pakan Setelah Kenaikan Harga Pakan Keterangan 1 NVP 5.280.575 4.470.033 Perlakuan peningkatan output produksi sebesar 80 dan perbaikan manajemen kualitas air 2 Net BC 2.94 2,20 3 IRR 118 91 Berdasarkan hasil analisis kriteria investasi pada usaha pembesaran kerapu macan di Pulau Panggang menunjukan bahwa usaha pada optimal SR kedua memberikan manfaat terbesar. Disarankan pembudidaya di Pulau Panggang melakukan perbaikan optimalisasi penggunaan input produksi dan perbaikan manajemen kualitas air agar hasil output yang diperoleh lebih tinggi dari kondisi aktual.

4.3.4 Hubungan Analisis Teknis Budidaya dan Analisis Finansial