Laju Pertumbuhan Spesifik Analisis Teknis Budidaya

34 rendah pada masa pemeliharaan ikan kelas bobot 300-500 gram ialah DO dan TAN. Nilai DO yang rendah 4,04 mgl dan dibawah baku mutu yang ditetapkan MENLH untuk biota laut 5mgl yang mengakibatkan ikan kekurangan oksigen dan menyebabkan kematian. Nilai TAN lingkungan sekitar KJA pembudidaya 0,03-1,18 mgl juga tidak berada pada nilai baku mutu yang ditetapkan MENLH 0,3 mgl, hal ini menunjukan perairan di sekitar lokasi budidaya sudah tercemar oleh limbah sehingga berpengaruh terhadap kemampuan ikan untuk bertahan hidup selama masa pemeliharaan. Musim berpengaruh terhadap ketersediaan pakan yang diberikan pada ikan mengingat pakan yang diberikan berupa ikan rucah dan diperoleh dari hasil tangkapan. Saat ikan kerapu berada pada kelas bobot 300-500 gram, masa pemeliharaan terjadi pada bulan Mei-Juni 2011 yang dipengaruhi oleh angin barat. Angin barat membawa air dingin dari samudra pasifik sehingga perairan yang dilewati arus tersebut suhunya menjadi turun, pH menjadi turun dan salinitas naik. Angin barat juga berpengaruh terhadap gelombang tinggi yang menyebabkan nelayan sulit untuk melaut sehingga hasil tangkapan ikan rucah sedikit. Diduga pula ikan-ikan rucah relatif berenang ke perairan yang lebih dalam untuk menghindari pengaruh gelombang tinggi sehingga lebih sulit pula untuk ditangkap dan menyebabkan kuantitas pakan yang diberikan menjadi lebih sedikit. Selain itu terjadi serangan bakteri pada beberapa ikan, sehingga ikan mengalami kerusakan sirip dan tubuh serta menyebabkan kematian. Tindakan pencegahan yang dilakukan dengan perendaman rutin terhadap ikan yang dipelihara dalam air tawar ataupun ait laut yang diberi elbaju telah dilakukan namun tidak banyak ikan yang tertolong.

4.2.2 Laju Pertumbuhan Spesifik

Penghitungan SGR dilakukan secara kumulatif dari tiap kelas bobot yang ada. Nilai SGR kerapu macan dan kerapu bebek mengalami fluktuatif pada tiap kelas bobot. Nilai SGR turun dari kelas bobot 100-200 gram 4,07 kekelas bobot 200-300gram 3,07, kemudian meningkat pada kelas bobot 300-400 gram 4,68 lalu naik dan turun lagi dikelas bobot up 500 gram 5,53 untuk kerapu macan serta kenaikan SGR untuk kerapu bebek pada kelas bobot 300-400 gram 4,92 dan penurunan pada bobot up 500 gram 4,78. Rata-rata nilai SGR untuk kerapu macan sebesar 4,49 dan SGR untuk kerapu bebek sebesar 35 4,05. Grafik laju pertumbuhan spesifik kerapu macan dan kerapu bebek di Pulau Panggang selama penelitian dapat dilihat pada Gambar 4. Gambar 4. Laju Pertumbuhan Spesifik Kerapu Macan dan Kerapu Bebek Periode April – Juli 2011 di Pulau Panggang Jika dibandingkan dengan prinsip pertumbuhan pada kegiatan budidaya, maka grafik tersebut secara keseluruhan sesuai prinsip, dimana grafik menunjukan peningkatan kemudian penurunan setelah mencapai stadia dewasa untuk laju pertumbuhan harian tiap individunya. Akan tetapi, terjadi penurunan laju pertumbuhan pada kelas bobot 200-300 gram untuk kerapu macan. Pada fase dewasa laju pertumbuhan menurun sebab sebagian energi yang diperoleh dari aktifitas feeding digunakan untuk pertumbuhan reproduktif generatif seperti perkembangan, pertumbuhan dan pematangan gonad, serta aktivitas dan tingkah laku reproduktif lainnya seperti pencarian pasangan kawin, percumbuan dan sebagainya. Naik dan turunnya laju pertumbuhan spesifik ikan kerapu pada penelitian ini diduga disebabkan oleh pengaruh kualitas air DO dan TAN, pengaruh pakan dan genetika ikan itu sendiri. Tidak stabilnya kualitas air yang menjadi habitat hidup ikan menyebabkan pertumbuhan ikan lambat. Kualitas air selama pemeliharaan dari bulan April hingga Juli 2011 dipengaruhi oleh 2 musim yaitu musim barat dan musim timur. Musim berpengaruh terhadap kondisi kualitas air pada parameter DO, saat musim barat suhu air cenderung rendah sehingga DO pun rendah. Nilai TAN yang tinggi menunjukan kondisi perairan di sekitar tempat budidaya telah tercemar dan kurang baik untuk budidaya. Laju pertumbuhan ikan kerapu macan tertinggi berada pada kelas bobot terkecil yaitu 100-200 gram. Diduga pakan yang diberikan dikonsumsi dengan baik oleh ikan untuk 4,07 3,07 4,69 5,53 5,11 2,44 4,92 4,78 0.00 1.00 2.00 3.00 4.00 5.00 6.00 100 ‐200 200 ‐300 300 ‐400 400 ‐500 up 500 Laju pertumbuhan Spesifik Kelas Bobot g kerapu macan kerapu bebek 36 pertumbuhan, sesuai fungsi pakan pada ikan dengan ukuran 100-200 gram tersebut. Laju pertumbuhan ikan kerapu macan pada kelas bobot 400-500 gram lebih tinggi dari kelas bobot 200-400 gram, hal ini diduga kualitas perairan DO dan TAN tempat hidup ikan mulai seimbang lagi sesuai dengan habitat hidup ikan kerapu macan dan kuantitas pakan yang diberikan lebih banyak serta dikonsumsi dengan baik oleh ikan untuk pertumbuhan. Genetika ikan juga dapat berpengaruh terhadap penurunan nilai SGR. Diduga ada beberapa benih ikan yang kurang bagus genetikanya. Hal ini dapat dilihat dari hubungan pertambahan bobot dan pertambahan panjang tubuh selama pemeliharaan pada Tabel 4. Tabel 4. Hubungan Pertambahan Bobot dan Pertambahan Panjang Tubuh Kelas Bobot gram Kerapu Macan Kerapu Bebek Keterangan Pertambahan Bobot gram Pertambahan Panjang cm Pertambahan Bobot gram Pertambahan Panjang cm 100-200 80 1,4 - - + 200-300 106 1,3 129 3,8 + 300-400 106 1,0 161 2,8 + 400-500 101 -0,4 - - - Up 500 121 0,4 287 4 + Keterangan : + = Terjadi pertambahan bobot dan pertambahan panjang tubuh - = Terjadi pertambahan bobot tetapi tidak terjadi pertambahan panjang tubuh Pertambahan bobot tubuh ikan kerapu macan dan ikan kerapu bebek pada semua kelas bobot menunjukan nilai yang positif, tetapi pada pertambahan panjang tubuh ikan kerapu macan kelas bobot 400-500 gram terjadi penurunan panjang tubuh. Perolehan hasil pertambahan panjang tubuh yang menurun disebabkan oleh pengambilan ikan sampel secara acak. Hal ini menunjukan pengambilan sampel sudah mewakili populasi yang ada. Pertambahan bobot tubuh yang tidak diimbangi dengan pertambahan panjang tubuh mengakibatkan bentuk tubuh ikan tidak ideal. Seperti manusia, bentuk tubuh ikan juga dapat dikatakan obesitas ataupun kuntet kerdil. Hal ini diduga disebabkan adanya pengaruh genetika keturunan dari induk ikan yang digunakan sebagai benih. Faktor keturunan merupakan salah satu faktor internal yang mempengaruhi pertumbuhan dan keberadaannya sulit dikontrol.

4.2.3 Feed Convertion Ratio FCR