Hubungan Analisis Teknis Budidaya dan Analisis Finansial

58 Tabel 14. Kriteria Investasi pada Optimal Skenario 2 Sebelum dan Setelah Kenaikan Harga Pakan No Kriteria Investasi Sebelum Kenaikan Harga Pakan Setelah Kenaikan Harga Pakan Keterangan 1 NVP 5.280.575 4.470.033 Perlakuan peningkatan output produksi sebesar 80 dan perbaikan manajemen kualitas air 2 Net BC 2.94 2,20 3 IRR 118 91 Berdasarkan hasil analisis kriteria investasi pada usaha pembesaran kerapu macan di Pulau Panggang menunjukan bahwa usaha pada optimal SR kedua memberikan manfaat terbesar. Disarankan pembudidaya di Pulau Panggang melakukan perbaikan optimalisasi penggunaan input produksi dan perbaikan manajemen kualitas air agar hasil output yang diperoleh lebih tinggi dari kondisi aktual.

4.3.4 Hubungan Analisis Teknis Budidaya dan Analisis Finansial

Kegiatan budidaya berorientasi terhadap profit keuntungan. Hasil teknis yang diperoleh berpengaruh terhadap besaroutput dan keuntungan yang diperoleh. Tingkat kelangsungan hidup akan menunjukan jumlah total ikan yang dipanen, yang berarti jumlah pemasukan dalam sisi finansial. Jumlah ikan yang mati selama pemeliharaan tetap dihitung, sebab berpengaruh terhadap sisi finansial yang mempengaruhi nilai biaya pemeliharaan.Laju pertumbuhan mempengaruhi besar biaya pemeliharaan.Semakin lambat laju pertumbuhan berarti semakin lama pemeliharaan dan biaya yang dikeluarkan semakin besar.Nilai FCR menunjukan jumlah pakan yang dikonversi menjadi 1kg daging.Nilai FCR dipengaruhi oleh bagaimana manajemen pemberian pakan yang dilakukan. Manajemen pemberian pakan berkaitan dengan laju pertumbuhan, jika manajemen pemberian pakan yang dilakukan benar maka kemungkinan besar laju pertumbuhan ikan akan lebih cepat. Nilai FCR dalam sisi finansial disebut sebagai jumlah biaya yang dikeluarkan selama pemeliharaan.Semakin kecil nilai FCR berarti biaya yang dikeluarkan akan semakin sedikit pula. Kualitas air juga mempengaruhi hasil analisis teknis budidaya yang berimplikasi dengan hasil finansial. Jika kualitas air daerah perairan sesuai dengan habit hidup alami ikan kerapu, maka kemungkinan terganggunya kondisi 59 kesehatan ikan akan bernilai kecil sehingga jumlah kematian ikan selama pemeliharaan pun kecil yang berarti output lebih besar. Manajemen budidaya yang baik akan menghasilkan output budidaya yang tinggi sehingga keuntungan yang diperoleh pun besar secara finansial. Oleh sebab itu perlu dilakukan perbaikan sisi teknis dalam usaha budidaya pembesaran kerapu di Pulau Panggang.Perbaikan yang perlu dilakukan adalah perbaikan manajemen pemberian pakan dan perbaikan manajemen kualitas air. Dari hasil analisis kriteria investasi yang diperoleh dalam penelitian ini, penggunaan input produksi optimal, perbaikan manajemen pakan dan perbaikan manajemen kualitas air akan berpengaruh terhadap output budidaya yang diperoleh. Perbaikan optimalisasi penggunaan input produksi dari sisi pakan dapat dilakukan dengan penambahan pakan pellet untuk mengatasi kelangkaan pakan rucah. Kesulitan pemberian pakan pellet oleh pembudidaya dipengaruhi oleh keterbatasan modal.Oleh karena itu dapat dijadikan pertimbangan bagi PKSPL IPB agar bantuan yang diberikan tidak hanya peminjaman benih saja, namun peminjaman pakan pellet. Sedangkan untuk perbaikan manajemen kualitas air dapat dilakukan dengan pengecekan kondisi kualitas air secara kontinu minimal 2 minggu sekali sesuai anjuran SNI 01-6488.4-2000. Keterbatasan alat dan pengetahuan menjadi masalah dalam hal perbaikan manajemen kualitas air. Hal ini dapat dijadikan pertimbangan bagi PKSPL IPB untuk menyediakan alat pengukur kualitas air terutama DO dan TAN sebab parameter DO dan TAN yang diperoleh dalam penelitian ini memiliki pengaruh yang lebih besar terhadap kondisi budidaya ikan kerapu di Pulau Panggang. Pengukuran DO dapat dilakukan secara langsung menggunakan DO meter, namun pengukuran TAN dilakukan dengan analisis laboratorium. Sebaiknya ada petugas dari PKSPL IPB yang memantau kondisi kualitas air di Pulau Panggang secara kontinu. Selain itu pembersihan perairan di sekitar Pulau Panggang dari limbah diperlukan agar nilai TAN disekitar perairan tersebut tidak tinggi yang akan berpengaruh terhadap keberlangsungan budidaya ikan kerapu. 60

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Manajemen usaha budidaya yang dilakukan di Pulau Panggang kurang baik, melihat hasil analisis teknis budidaya yang diperoleh kecil untuk parameter SR, SGR dan FCR yaitu sebesar 36 untuk SR kerapu macan, 57 untuk SR kerapu bebek, SGR kerapu macan sebesar 4,49, SGR kerapu bebek sebesar 4,05, FCR kerapu macan sebesar 12,2 dan FCR kerapu bebek sebesar 8,5 Secara analisis usaha, kegiatan usaha pembesaran kerapu macan di Pulau Panggang merugi namun untuk kerapu bebek masih tetap untung. Akan tetapi jika pembudidaya melakukan perbaikan dan optimalisasi sesuai hasil yang diperoleh dalam penelitian ini, maka secara analisis finansial usaha budidaya kerapu macan dikatakan layak dan memberikan nilai keuntungan yang tinggi.

5.2 Saran

Meningkatkan keuntungan yang diperoleh dari sisi finansial dengan melakukan peningkatan hasil dari sisi teknis budidaya pada aspek perbaikan manajemen pemberian pakan dan manajemen kualitas air. Menerapkan hasil perhitungan optimalisasi pada penelitian ini untuk kegiatan budidaya pembesaran ikan kerapu macan di Pulau Panggang yaitu dengan menggunakan KJA seluas 49 m 2 , benih 4 ekorm 2 , pakan rucah 5,8 Kg m 2 , tenaga kerja operasional 15 jam kerja total m 2 dan tenaga kerja pemeliharaan 8,5 jamm 2 . Selain itu perlu melakukan pemantauan kondisi kualitas air di sekitar kawasan budidaya secara kontinu dan peminjaman modal untuk biaya pakan pellet agar keberlangsungan ketersediaan pakan lebih terjaga.